NovelToon NovelToon
Benih Dalam Kegelapan

Benih Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.

Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.

Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tanggung jawab

"Keluarga gue pasti kecewa," ujar Calista dengan suara yang nyaris bergetar. Kenneth hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan, ikut merasakan kekhawatiran yang sama. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan mondar-mandir di dalam ruangan kecil itu, tak tahu harus berkata apa lagi.

Kenneth berhenti sejenak, menatap Calista yang kini terbaring sambil menangis di sofa. Rasa bersalah menghantuinya. Ia mendekat, duduk di samping Calista.

"Sama, Cal... keluarga gue juga pasti kecewa," kata Kenneth akhirnya.

Calista terdiam sesaat, lalu menarik napas panjang. Dia duduk dan menatap Kenneth, menunggu kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut pria itu.

"Tapi Cal, ada satu hal yang mau gue tanyain sama lo," ucap Kenneth pelan.

Calista sedikit terkejut, namun berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. "Apa?" tanyanya, sedikit cemas.

Kenneth menatapnya dengan serius, lalu langsung bertanya, "Lo punya pacar?"

Pertanyaan itu membuat Calista sedikit tergagap, namun dia tetap berusaha menjawab dengan jujur. "Punya," katanya tanpa ragu.

Kenneth menarik napas panjang. "Lo nggak pernah begituan sama dia kan? Maksudnya, lo nggak pernah berhubungan badan sama pacar lo setelah sama gue, kan?" Kenneth memastikan.

Calista menggeleng dengan cepat. "Nggak pernah. Gue cuma pernah ngelakuin itu sama lo doang. Lagi pula, pacar gue sekarang lagi di Jerman kuliah. Udah hampir setengah tahun dia nggak balik ke Indonesia."

Kenneth menatap Calista lebih intens kali ini, seolah mencoba mencari tanda-tanda kebohongan, tapi ia tak menemukan apa pun. "Lo ragu? Gue ngomong jujur, lo boleh cari tahu sendiri kalau lo mau."

Sesaat, suasana hening. Lalu, tiba-tiba Calista bertanya, "Atau... mau digugurin aja?" Kalimat itu meluncur begitu saja, membuat Kenneth terkejut.

"Nggak, nggak ada gugur-guguran!" tolak Kenneth tegas. "Ini perbuatan kita berdua, dan nggak bisa dihilangin gitu aja."

Calista menundukkan kepalanya. Ia merasa bingung dan takut. "Kalo lo? Lo punya pacar?" tanya Calista, mencoba mengalihkan perhatian.

Kenneth menggeleng. "Nggak. Gue sibuk kuliah."

Dia kemudian menghela napas panjang dan berkata dengan nada lembut, "Lo tenang aja, Cal. Gue bakal tanggung jawab." Kenneth menghapus air mata yang mengalir di pipi Calista.

"Tapi gue takut, Ken. Gue belum siap nikah, apalagi punya anak..." gumam Calista, suaranya lirih.

"Nggak usah takut," jawab Kenneth menenangkan. "Kita bisa berusaha sama-sama."

Calista tak menjawab. Ia hanya menatap Kenneth dengan mata yang masih berkaca-kaca. Perutnya terasa mual lagi. "Gue mual... huek..." Calista tiba-tiba memuntahkan isi perutnya. Kenneth panik dan segera mengikutinya ke kamar mandi.

"Keluar, Ken... keluar!" kata Calista sambil mencoba mengusir Kenneth keluar dari kamar mandi.

"Kenapa? Gue mau bantu lo," tolak Kenneth.

"Nggak... gue nggak mau lo liat. Nanti lo jijik."

Kenneth tak menggubris. Ia tetap tinggal di sana, memegangi rambut panjang Calista agar tidak berantakan dan memijat tengkuknya pelan. "Keluarin aja," ucap Kenneth lembut.

Calista menuruti perkataan Kenneth. Ia memuntahkan semuanya hingga tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya. Nafsu makannya hilang seketika. Kenneth semakin khawatir.

"Mau minum susu aja, ya?" tawar Kenneth. Calista mengangguk lemah.

"Sebentar ya, gue ke mini market di bawah dulu. Lo jangan kemana-mana," kata Kenneth sebelum bergegas pergi.

Setelah Kenneth pergi, Calista kembali terisak. Di tengah tangisannya, nama pacarnya terlintas di benaknya. "Maafin aku, Randy... Maafin aku..."

Tak lama, Kenneth kembali dengan kantong plastik berisi susu dan roti. Ia tersenyum pada Calista dan segera menghampirinya.

"Nih, minum susu dulu," kata Kenneth sambil membuka kemasan kaleng susu dan menyodorkan sedotan kepada Calista.

"Makasih, Ken. Maaf ngerepotin lo," ucap Calista dengan nada tak enak hati.

"Nggak apa-apa," jawab Kenneth sambil tersenyum, lalu hening sesaat.

"Cal, gue udah buat keputusan," ucap Kenneth tiba-tiba. "Minggu nanti, gue bakal ke rumah lo buat minta izin nikahin lo."

Mata Calista membelalak. "Secepat itu? Gue belum siap, Ken. Minggu kan berarti tinggal empat hari lagi!" seru Calista, kaget.

"Lebih cepat lebih baik, selagi perut lo belum besar," jawab Kenneth mantap. "Sabtu sore, gue juga bakal bilang ke keluarga gue soal ini."

"Kalau gitu, gue ikut ke rumah lo. Gue nggak mau lo ngomong sendiri ke keluarga lo," sahut Calista.

"Ya, nggak masalah. Yang penting sekarang, lo harus makan dulu," kata Kenneth sambil membukakan roti. "Mau rasa apa? Keju atau coklat?"

"Keju. Gue nggak terlalu suka coklat," jawab Calista, mengambil roti dari tangan Kenneth dan mulai memakannya.

Setelah beberapa gigitan, Calista mendesah pelan. "Ngomong-ngomong, apa kita bisa nikah tanpa ada rasa cinta? Gue nggak yakin, Ken..." tanyanya ragu.

"Bisa, Cal. Cinta itu tumbuh karena terbiasa," jawab Kenneth dengan yakin. "Gue janji akan terus berusaha semampu gue supaya lo terbiasa sama gue dan akhirnya kita bisa saling mencintai."

"Tapi gue punya pacar, Ken..." ucap Calista lirih.

"Itu pilihan lo nanti, Cal. Kalau lo masih mau sama pacar lo, terserah lo," jawab Kenneth sambil tersenyum kecil, meskipun di hatinya ada sedikit rasa sakit.

Calista terdiam, tak tahu harus berkata apa. Situasinya begitu rumit, dan ia merasa terjebak di antara dua pilihan yang sama-sama sulit.

"Udah, nggak usah dipikirin sekarang," ujar Kenneth lembut, mengelus kepala Calista. "Yang penting sekarang lo pikirin kesehatan lo sama bayinya."

Kenneth terus mengoceh, merencanakan apa saja yang harus mereka lakukan. "Nanti kita cek ke dokter kandungan ya. Terus beli susu khusus ibu hamil dan suplemen. Oh, sama beli buku panduan ibu hamil juga, biar kita nggak salah langkah."

Calista menatap Kenneth dengan takjub. Pria itu, yang awalnya terlihat cuek dan dingin, kini menunjukkan sisi yang berbeda. Dia begitu perhatian, bahkan memikirkan hal-hal yang belum terpikirkan oleh Calista sendiri.

"Stop! Stop! Lo bawel banget, ya!" ujar Calista, tertawa kecil di tengah kebingungannya.

Kenneth tersenyum lebar. "Gue emang bawel, Cal. Muka gue aja yang kelihatan dingin, tapi sebenernya gue nggak cuek."

Mereka berdua tertawa kecil, meskipun di dalam hati, masih ada perasaan campur aduk.

"Lo tenang aja, Cal. Tabungan gue masih banyak, semoga cukup buat lo dan bayinya," kata Kenneth sambil tersenyum.

"Tabungan gue juga masih ada," balas Calista, tersenyum lega. Setidaknya, ada sedikit harapan di tengah situasi sulit ini.

Mereka berdua saling tersenyum, meskipun tak ada cinta yang melandasi hubungan mereka. Namun, dalam hati kecil mereka, ada keyakinan bahwa mereka bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak yang sedang tumbuh di dalam rahim Calista.

1
Fajarina
ayo lanjut
habibulumam taqiuddin
begitu dunk
unknown
crazy upppp thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!