Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bsb. 2.
“Iya Kakak, disuruh pulang oleh Ama dan Ina. ( bapak dan Ibu). Katanya disuruh pulang agar cepat kawin. Kalau terlalu lama kerja di Jawa takut nya jadi perawan tua atau aku kecantol laki laki jawa dan tidak pulang lagi ke kampung halaman.” Ucap Mona sambil terus melangkah di samping Wanandi.
“Hmmm..” gumam Wanandi sambil terus melangkah menuju ke rumah nya..
“Kakak kok pulang sendirian, mana istri dan anak Kakak?” tanya Mona yang tahu Wanandi sudah menikah dengan perempuan cantik jadi jadian.
“Tidak ikut, aku pulang hanya sebentar dan akan kembali bersama mereka.” Ucap Wanandi tidak suka ditanya tanya tentang anak dan istrinya, apalagi Mona sejak dulu mengejar ngejar cintanya. Mona pergi ke Jawa setelah Wanandi menikah dengan Lingga Sari. Banyak yang bilang Mona pergi karena patah hati.
“Ooo aku kira Kakak Wanandi akan lama tinggal di sini.” Ucap Mona tampak kecewa..
Wanandi mempercepat langkahnya, dia sebenarnya risi juga karena Mona terus saja mengikuti dirinya.. Tidak lama kemudian Wanandi sudah sampai di rumahnya, rumah dari dinding papan kayu yang kuat..
“Ina.. ( Ibu). ” teriak Wanandi saat melangkah masuk ke dalam rumah yang pintu nya terbuka..
Tidak lama kemudian muncul seorang perempuan setengah baya, rambut digelung dan memakai baju kain panjang. Bibirnya berwarna merah karena sirih pinang..
“Kamu pulang Wan, mana Windy cucuku, aku sudah sangat rindu pada nya..” ucap perempuan setengah baya yang dipanggil Ina oleh Wanandi. Dia adalah Ibu kandung Wanandi yang masih hidup, sedang Ayah nya Wanandi sudah meninggal dunia.
Windy sudah pernah beberapa kali diajak menjenguk Sang Nenek. Nenek pun sangat menyayangi Windy meski pun dia tidak merestui pernikahan Wanandi dan Lingga Sari.
“Tidak ikut, Sang Ratu tidak mengizinkan..” ucap Wanandi dan segera melangkah menuju ke belakang dia akan bersuci dan akan segera menuju ke masjid tempat yang sudah sangat dia rindukan.
“Oooo...” ucap Nenek dengan nada kecewa..
“Pasti dia juga malas ke sini karena banyak anak anak nakal yang mengejek dirinya. Saat itu dia pernah kencing di halaman depan ada anak anak kecil yang melihat ekor Windy.. “ ucap Nenek dengan nada sedih..
Sesaat Mona juga ikut masuk ke dalam rumah orang tua Wanandi..
“Mona, kamu tahu saja Wanandi pulang.” Ucap Nenek lalu kembali masuk ke dalam untuk menyiapkan makanan buat Wanandi.
“Iya, Ina aku lihat Kakak saat lewat di depan rumah..” ucap Mona lalu ikut membantu Nenek menyiapkan makanan. Nenek dulu memang lebih setuju jika Wanandi menikah dengan Mona yang perempuan manusia biasa. Tetapi Wanandi sangat mencintai Lingga Sari.
“Kata Ina kamu, sudah banyak laki laki yang melamar kamu Mona?” tanya Nenek sambil terus menyiapkan makanan.
“Iya Ina, tapi aku tidak tertarik pada mereka semua, hatiku hanya untuk Kakak Wanandi, tetapi seperti nya Kakak Wanandi tidak suka pada aku..”
“Bukalah hati kamu buat laki laki lain Mona, kalau Wanandi tidak cinta kamu bagaimana lagi.. apalagi Wanandi sudah punya anak. Windy sangat ganteng dan sangat pintar, meskipun aku dulu tidak merestui mereka, tetapi dengan lahirnya Windy hatiku luluh juga.. setiap waktu aku merindukan Windy tetapi sayang aturan Sang Ratu sangat ketat, apalagi anak anak di sini selalu mengejek Windy.” Ucap Nenek yang tadi berbinar binar matanya saat membayangkan wajah imut Windy langsung meredup saat ingat Windy tidak setiap waktu boleh menemui dirinya..
Sesaat muncul sosok Wanandi yang sudah memakai sarung dan kemeja rapi, rambut sudah disisir rapi dan aroma harum parfum menguar dari tubuhnya..
“Ina aku mau ke masjid dulu.” Ucap Wanandi dan terus melangkah keluar rumah, karena adzan dzuhur sudah mulai berkumandang. Mona pun juga pamit pergi, telinga Mona terasa panas karena Nenek memuji muji Windy anak Lingga Sari..
Detik berganti detik, menit berganti menit jam berganti jam, hari berganti hari.. Waktu pun terus berlalu di hari sabtu pagi kira kira jam delapan Wanandi sudah bersiap siap akan mengunjungi anak istrinya.. dua keranjang besar nya yang biasa dia pakai untuk memanen dan berdagang sudah terisi penuh dengan buah buahan hasil kebun..
“Ini aku titip buat cucuku Windy..” ucap Nenek sambil membawa satu kantung plastik dodol rumput laut yang dibeli Nenek di pasar.
“Iya Ina, Windy pasti senang di sana tidak ada dodol rumput laut.” Ucap Wanandi menaruh kantong plastik berisi dodol rumput laut itu pada keranjang nya.
“Aku pamit ya Ina, hari senin aku akan datang lagi ke sini.” Ucap Wanandi sambil mencium punggung tangan Ibu nya..
“Iya hati hati salam buat anak dan istri kamu, aku berharap Sang Ratu mengizinkan kamu membawa Windy..” ucap Sang Nenek. Wanandi lalu memikul dua keranjang yang berisi penuh oleh oleh untuk anak dan istrinya.. Wanandi pun terus melangkah dengan penuh semangat karena dia sudah sangat rindu dengan anak istrinya..
Di saat melangkah di depan rumah Mona. Mona yang duduk di dalam rumahnya melihat Wanandi yang berjalan tergesa gesa membawa satu pikul buah buahan..
“Mau ke mana dia mau ke pasar menjual buah?” gumam Mona sambil berdiri menatap Wanandi..
“Sudahlah Mona jangan kamu pikirkan Wanandi. Kamu pilih saja salah satu laki laki yang sudah melamar kamu.” Ucap seorang perempuan setengah baya Ibunya Mona.
“Tidak Ina, aku yakin Kakak Wanandi tidak kerasan di kerajaan gaib itu, lama lama dia akan lupa pada anak dan istrinya. Aku punya cara agar Kakak Wanandi jatuh cinta pada ku dan melupakan istrinya yang makluk siluman, makluk jadi jadian itu.” Ucap Mona sambil tersenyum miring.
“Majikanku di Jawa punya dukun sangat sakti, pasti dengan guna guna Kakak Wanandi akan jatuh hati pada ku.. ..” gumam Mona di dalam hati sambil terus tersenyum miring .
Sedangkan Wanandi terus melangkah jalan berkilo kilo dengan memikul beban berat tidak dirasa.. bibir Wanandi terus tersenyum membayangkan anak dan istrinya akan menyambut hangat kedatangannya..
Sementara itu di kerajaan alam astral waktu menunjukkan dini hari jam tiga pagi.. Ada perbedaan waktu antara di alam nyata dan alam astral.
“Ibu hali ini cudah hali cabtu, Ayah pasti cudah mau ke cini Ibu, ayo kita ke danau menjemput ayah, Ibu..” suara imut Windy yang sudah terbangun dia tidak bisa tidur nyenyak karena terus saja menunggu nunggu hari sabtu tiba..
“Ya sudah ayo kita ke danau menyambut kedatangan Ayah..” ucap Lingga Sari. Ibu dan Anak itu pun lalu melangkah meninggalkan rumah untuk menuju ke tepi danau..
Tidak lama kemudian Lingga Sari dan Windy sudah sampai di tepi Danau.. pandangan mata kedua nya terus tertuju ke pantai tempat perahu Kakek menepi..
“Kok yama ya Ibu .. ayah beyum datang... atu cudah cangat lindu...” suara imut Windy yang berdiri di samping Lingga Sari