NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memetakan Kejadian

Aliando datang bersama Laras di rumah orang tua angkat Ali. Pertamakali, ibunya Ali yang datang membantu memapah Laras.

“Ya ampun, kalian kenapa?”

“Biasa lah, Mam.”

“Apanya yang biasa?” ibunya Al langsung bantu mendudukkan Laras di sofa.

Aliando segera mengambil kotak p3k sementara ibunya Al mengambil mangkuk air es dan handuk untuk membersihkan sisa cairan merah kering pada ujung bibirnya Laras.

Aliando duduk dengan wajah serius. “Maafin aku, ya ….” Ia pegang tangan Laras dan di letakkan ke sebelah pipi Ali. “Mas janji, pelakunya bakalan segera di tangkap.”

“Eum.” Angguk Laras  mencoba tersenyum. Namun, ai merintih kesakitan. Ujung bibirnya ternyata ada bekas luka sobek.

“Benar-benar kurang ajar, kasar sekali!” geram Alaindo memperhatikan luka istrinya.

“Minggir dulu, Al …, Mama mau obatin lukanya Laras.”

Ketika ujung handuk tersebut menyeka bibir Laras. Wanita itu sontak mengeluarkan air matanya. Wajah imutnya kelihatan semakin kasihan dan minta di sayang-sayang.

“Sabar ya, Laras.” Mamanya Ali memeluk tubuh mungil Laras sambil menepuk bahunya.

Sementara itu, terdengar suara mobil datang. Ali yakin sekali jika itu adalah Baskara.

Ketika adiknya masuk ke ruang tamu. Langkah Baskara sontak berhenti. Matanya melotot dan menunjuk wanita yang berada di dalam dekapan ibunya. “Laras?”

Baskara segera menuju wanita itu. Ketika Laras menampakkan wajahnya. Baskara sontak terkaget kemudian menoleh pada Ali. Diambilnya kera baju Ali kemudian ditanya, “kdrt lu ya?!”

Dengan kasar, Aliando segera menghempaskan pegangan tangan Bass dari kera bajunya. “Gila kali kau!”

Sepertinya, dua bersaudara tak sedarah itu mengungkapkan bahasa cinta mereka dengan physical attack.

“Terus?” serbu Baskara.

“Laras habis diculik,” ujar Ali datar.

“Hah?!” hebos Baskara. Ia lalu memeriksa Laras sedemikian rupa. “Kamu gak apa-apa, ‘kan, Laras?” Baskara kelihatan begitu cemas.

Laras tersenyum menatap Baskara. “Gak kok, kak. Laras oke aja.”

“Aduh, gini nih, kalau punya suami gak becus.”

Sempat-sempatnya Baskara mencerca saudarany. Ibu mereka yang sedari tadi mulai pusing ketika dua anak lelaki itu bertemu. Kini, ia mendesah. “Hadeh, kalau mau ribut, sana kalian ke lapangan buat ring tinju!”

“Mih, lihat …, istrinya dibiarin bonyok begini,” ucap Baskara melirik Ali dengan tajam.

“Heh ….”

Ketika Ali mulai memaju dan hendak menonjok Bass. Ibu mereka langsung melerai. “Astagah …, kepala Mama pusing sekali kalau kalian gak akur begini!”

Di tatapnya Aliando kemudian, “kamu Al, seharusnya kamu jaga istri kamu dengan baik. Kamu itu polisi, loh!”

Ibunya lalu gantian menoleh pada Baskara. “Kamu juga!” Dijewernya telingan anak kandungnya. “Kalau bicara sama yang lebih tua, harus sopan.”

“Aduh, Mih …, sakit, Mih ….”

Baskara dibawa ke dapur tanpa jeweran sang Mami terlepas. Laras dan Ali kini duduk berdua kembali.

“Mas Al gak obatin lukanya?”

“Aku gak masalah, ‘kok. Justru Mas khawatir banget sama kamu.”

“Laras baik-baik aja. Nih, lihat.” Laras merentangkan ke dua tangannya lebar. Namun, pada akhirnya ketahuan juga. Tadi, Andra sempat menekan keras dua lengan kecilnya. Bahkan jika kemeja Laras dibuka, pasti ada bekas keunguan di sana.

“Eh, ini juga dilukain?” beo Ali dengan mata melebar tak percaya.

“Hu’um.” Bibir Laras manyun, kepalanya menunduk dalam. Dasar, Laras yang manja, pada akhirnya ia mengadu ke suaminya. “Hiks …, badan Laras sakit semua, Mas Al.”

Aliando segera memeluk istri mungilnya. Mengusap puncak kepala dan pundak secara bergantian. Mencoba menenangkan Laras.

Namun, pemandangan menggelikan itu terlihat oleh mata kepala Baskara. Di tangannya, sudah ada nampan berisikan semangkuk bubur buat Laras. Mulut Baskara melebar dan hendak mencibir Ali.

Akan tetapi, ibunya datang menyebelahinya. Segera ia mengurungkan niat dan berusaha bersikap manis. Takut dijewer lagi. “Iya …, iya, Baskara harus sopan.” Baskara mengecup pipi Maminya.

“Sana, bantu kakakmu.”

“Hmmm.” Angguknya terpaksa.

Ketika Baskara sampai di sana. Ia berdeham dan menendang sebelah kaki Aliando. “Nih.”

Ali melepaskan pelukannya pada Laras. “Apa?”

“Bubur.” Sodor Bass ke depan muka Ali. Asap bubur tersebut mengepul.

“Aku masih punya gigi.”

“Tapi ini bukan buat lo!” seru Bass, kesal.

“Oh.” Ali segera mengambil mangkuk bubur. Ia menyendok lalu meniup bubur itu. “Aaaa…,” katanya pada Laras, memperagakan.

“Dih, sejak kapan ini orang alay begitu?” Baskara segera berlalu dari sana dan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju.

Laras masih mencebikkan mulutnya. “Nanti bibir Laras perih.”

“Tidak, ‘kok. Nanti Mas Al pelan-pelan masukinnya.”

“Janji, yaaa.”

“Iya sayang, iyaaa.”

***

Kantor Polisi kota J. Pukul 20.00 WIB

Aliando sudah berkumpul bersama seluruh anggota tim khusus. Mereka akan mulai lembur malam ini. Laras sudah aman dan di titipkan di rumah orang tua angkatnya.

Sementara untuk Pak Kaget dan Bu Sabar, Ali terpaksa berbohong. Takut jika orang tuanya Laras khawatir dan memaksa menyusul ke kota. Jika begitu, penyamarannya sebagai ojol akan terbongkar.

“Baik, seperti laporan dari rekan kita, Pak Ali. Istrinya hari ini baru saja diculik,” kata Pak Chandra serius.

“Saya merasa bahwa kejadian yang menimpa istri Pak Ali berhubungan dengan mayat polisi yang digantung di pohon mangga beberapa hari yang lalu,” ujar salah satu polisi, anggota khusus.

“Ya, saya setuju, Pak Chandra. Mengenai kasus jejaring narkoboy itu pun, pasti juga berhubungan,” timpal rekan lainnya.

Sementara itu, tatapan mata Aliando dan Pak Chandra bersirobok. Ketika itu, mereka berdua saling mengangguk.

“Baiklah, mari mulai memetakan kejadian aneh.” Pak Chandra mulai menulis di papan tulis. Garis-garis dibuat terhubung dengan berbagai simbol khusus.

“Benang merah?” beo salah satu intel yang duduk di sebelah Ali.

“Ya,” jawab Pak Chandra, “satu kelompok dengan berbagai kejahatan,” ujarnya begitu serius.

“Ponselku pun dicuri, pak,” kata Aliando.

Telunjuk Pak Chandra mengambang seketika. “Itu dia.” Tunjuknya menegaskan kepada semua intel yang ada di ruangan tersebut.

“Maksudnya?” tanya Ali.

“Mari mulai dari sana.”

1
widya widya
lanjutt Thor.. seru
Laksmi Dewi (Pilips): up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
Laksmi Dewi (Pilips)
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
Laksmi Dewi (Pilips): jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
Laksmi Dewi (Pilips): makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
Laksmi Dewi (Pilips): novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
Laksmi Dewi (Pilips): sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!