Cerita ini untuk fatcat dengan happy ending
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Pagi-pagi sekali Nathan sudah berada di rumah Meyra. Untuk apa lagi kalo bukan menjemput gadis itu. Meyra sendiri yang menyuruh dirinya untuk menjemputnya.
"Pagi Om, Tante, Kak Keyra." sapanya pada keluarga Meyra yang kini menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda. Zoe menatapnya senang, Keyra menatapnya menggoda, sedangkan Morris sendiri menatapnya dengan tatapan tidak senang.
"Mau apa kamu kesini sepagi ini ?" Morris bertanya dengan raut mukanya yang tegas dan datar.
"Menjemput Meyra Om, untuk berangkat ke kampus bersama." jawabnya jujur
"Siapa yang izinin kamu emang ?" Keyra sudah cekikikan sendiri melihat kelakuan sang Papa yang mencoba mengintimidasi Nathan.
"Pa" Zoe memperingati suaminya agar tidak terlalu ketus pada Nathan.
"Papa, udah ih jangan galak-galak sama Athan. Meyra sendiri yang minta Athan buat jemput Meyra pagi-pagi." gadis imut itu akhirnya turun dan menghentikan aksi Papanya yang terlihat seperti ingin memakan Nathan hidup-hidup.
"Ya sudah lah. Ayo sarapan." ajaknya yang kemudian mengganti pembicaraan, karena sudah berhasil diluluhkan oleh Meyra. Sehingga Morris tidak memperpanjang interogasinya pada Nathan dan membuat cowok itu tertekan.
"Gak usah Pa, Meyra langsung berangkat aja sama Athan." Papanya sudah melotot tidak terima akan penolakan gadis itu.
"Meyra makan dulu sayang" bujuk Zoe agar anaknya itu tidak melewatkan sarapannya.
"Makan dulu Dek. Lagian ngapa si buru-buru amat ke kampus. Masih pagi banget ini." kakaknya pun ikut mengomeli Meyra.
Huh, mereka tidak tau saja Meyra melakukan ini semua agar Gale tidak sempat untuk menjemputnya. Baiklah, hanya ini satu-satunya cara agar Papa dan Mamanya bisa setuju.
"Please ya Pa, Ma. Lagian gak setiap hari kok." gadis manis nan imut itu mengeluarkan jurus andalannya, apa lagi kalo bukan puppy eyes nya.
Kedua orang tuanya menghela nafas sebentar, kemudian menatap satu sama lain, lalu akhirnya menganggukkan kepalanya bersamaan. Keyra sendiri hanya bisa mendengus karena orang tuanya lagi-lagi lemah dengan tatapan sang adik.
"Makasih Pa, Ma." ucap Meyra dengan tersenyum cerah.
"Mama bawain kamu bekal ya sayang ?" tawar Zoe yang dibalas gelengan oleh Meyra.
"Gak perlu Ma, Meyra tadi udah siapin sendiri kok."
"Bagus deh kalo gitu" Morris mengangguk menyetujui perkataan istrinya.
"Kalo gitu Meyra pamit berangkat ke kampus dulu ya Pa, Ma, Kak Keyra." ketiganya mengangguk
Begitu pula dengan Nathan yang berpamitan pada keluarga Meyra. Mereka memberinya amanat agar membawa kendaraan dengan hati-hati. Tentu saja hal tersebut langsung diiyakan olehnya.
Setelah beberapa jam kepergian Meyra dan Nathan, muncul lah Gale yang ingin menjemput gadis imut itu sesuai apa yang dijanjikannya semalam.
Gale memencet bel rumah Meyra dan Keyra yang membukakan pintunya.
"Permisi Kak, Meyra nya ada ? Gale mau jemput Meyra buat berangkat ke kampus bersama."
"Jadi ini alasannya Meyra berangkat sepagi itu bareng Nathan." batin Keyra mulai paham dengan alasan dibalik kelakuan adiknya tadi.
"Yah, Meyra nya udah pergi ke kampus duluan. Emang dia gak kasih tau kamu ?" tanya Keyra basa-basi.
"Nggak Kak" Gale menggelengkan kepalanya.
"Ini karena gue juga sih yang maksa dia buat berangkat bareng." batin Gale
Tapi bagaimanapun penolakan yang dilakukan oleh gadisnya, ia tidak akan menyerah semudah itu. Dia akan membuktikan bahwa dirinya bisa menaklukan hati gadis itu. Gadis yang disukainya, dan hanya boleh bersamanya.
"Kalo gitu Gale pamit dulu ya Kak. Lain kali aja deh berangkat sama Meyra nya." Keyra menganggukkan kepalanya.
"Iya hati-hati" kata Keyra sembari tersenyum. Setelah Gale benar-benar menghilang dari pandangannya, ia hentikan senyumannya dan berganti menghembuskan nafas lelah.
"Kisah percintaan yang rumit. Gale kecintaan sama adek gue, adek gue kecintaan sama Nathan. Sedangkan Nathan sendiri belum tau hatinya buat siapa. Tapi keknya dia juga bakalan punya perasaan yang sama kayak Meyra gak si ? Secara siapa juga yang mau disuruh jemput sepagi ini kalo bukan suka sama orang yang menyuruh untuk jemput. Atau dia gak enak aja buat nolak ? Tau deh ah." Keyra sibuk berspekulasi dengan pikirannya sendiri.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Meyra mengajak Nathan untuk mampir dulu ke penjual bubur ayam yang ada didekat kampus. Bekal yang dibawa Meyra akan dimakan nanti.
Keduanya duduk disana dan menikmati makanannya dengan tenang. Meyra sendiri tim bubur diaduk berbeda dengan Nathan.
Seusai makan, Meyra mengajak bicara cowok itu selagi masih ada waktu.
"Athan"
"Ya Meyra kenapa ?"
"Apapun yang terjadi nanti perasaan aku tetap sama, cuma buat kamu Athan. Karena ada hal yang tidak bisa aku tolak, dan itu juga bukan keinginan aku." adunya dengan raut muka sedih.
Nathan menatap gadis itu rumit. Ia masih mencerna apa yang dikatakan olehnya.
"Aku boleh peluk kamu gak ?" Meyra bertanya dengan wajah penuh harap. Nathan menjawabnya dengan sebuah anggukan, membuat gadis imut itu tersenyum senang. Awan mendung yang sempat mampir di raut mukanya seketika menghilang.
Meyra memeluk Nathan erat, meresapi wangi milik pemuda itu. Meletakkan kepalanya di dada Nathan, membuat si empunya merasa berdebar. Untung saja Meyra terlalu fokus sehingga tidak menyadari debaran jantung Nathan. Ada perasaan hangat nan menggelitik yang dirasakan saat gadis itu memeluknya.
"Apa aku jujur aja ya ke Athan, dia pasti ngerti kan." batin Meyra
Belum sempat Meyra membuka mulutnya untuk jujur pada Nathan, tiba-tiba saja ada yang memisahkan pelukannya dengan Nathan dan menarik cowok itu untuk menjauh dari Meyra. Tanpa jeda untuk mencerna apa yang sedang terjadi, seseorang tersebut memukul Nathan bertubi-tubi melampiaskan amarahnya.
"Gale berhenti" Meyra berteriak pada Gale membuat cowok itu menghentikan pukulannya.
"Athan" Meyra langsung menghampiri Nathan yang tergeletak tak berdaya. Hatinya mencelos melihat keadaan cowok itu yang sekarang sudah babak belur. Kedua tangannya mengelus pipi Nathan begitu pelan seolah takut membuatnya makin sakit. Bersamaan dengan itu air matanya mulai turun, ia tidak bisa lagi menahan tangisannya.
"Gue ingetin ya sama lo, jangan pernah deket-deket lagi sama tunangan gue kalo lo gak mau gue bikin kayak gini lagi." Gale memberikan peringatannya pada Nathan.
"Tunangan" gumam Nathan begitu lirih, karena kini badannya terasa sakit semua. Meyra yang masih bisa mendengar gumaman Nathan menggelengkan kepalanya, seolah menyangkal apa yang diucapkan oleh Gale barusan.
"Ayo pergi" Gale menarik tangan Meyra pelan, namun dihempaskan begitu saja oleh gadis imut itu.
"Gak, gak mau." Gale yang masih belum reda amarahnya langsung menarik kuat Meyra, mengajaknya untuk segera pergi dari situ.
"Sakit Gale" Meyra membentak Gale dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata.
"Maafin aku, aku kelepasan." Gale ingin menghapus air mata gadisnya, tapi sebelum hal itu terjadi Meyra buru-buru memalingkan mukanya ke samping. Sehingga tangan Gale hanya menggantung di udara.
Meyra melangkah ingin menghampiri Nathan, sebelum suara Gale kembali terdengar. Dia memperingatkan gadis itu untuk tidak mendekatinya kembali.
"Kalo kamu melangkahkan kaki dan menghampirinya, aku gak akan segan buat pukul dia lagi. Gak peduli sekalipun dia mati." Meyra mengepalkan kedua tangannya erat mendengar ancaman dari Gale.
"Maafin aku Athan" ujarnya pada cowok itu yang kini hanya bisa menatapnya dengan tatapan lemah. Meyra segera menghapus air matanya dengan kasar, lalu beranjak pergi mengikuti Gale.
Tak berdiam diri, Meyra segera menyepam chat sahabatnya. Ia meminta pertolongan gadis itu untuk mengurus keadaan Nathan. Untung saja Sera juga belum berangkat ke kampus.
Sepanjang perjalanan Meyra hanya berdiam saat Gale beberapa kali bertanya padanya. Ia benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan keadaan Nathan. Gale menengok Meyra dari kaca spionnya. Gadis itu nampak terlarut dalam pikirannya.