Bagaikan petir di siang bolong, Karin yang baru saja menerima perasaan pria yang ia cintai, begitu terkejut ketika mengetahui bahwa pernikahannya dengan orang lain sedang di persiapkan oleh orang tuanya ,bagaimana dengan pria yang ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisaJm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Mansion utama
“Papa baru saja mendapat kabar kalau Karin menerima perjodohan ini.”
Ucap Bambang pada istrinya, Wita yang mendengar itu tentu merasa sangat bahagia setelah dibuat khawatir karena pak Retno tak kunjung menghubungi mereka untuk memberi kabar lebih lanjut, Tak lama Erika yang baru saja pulang dari kantor langsung duduk di sofa bersama kedua orangtuanya.
“Ada apa ma? Pa?”
Tanya Erika yang belum sempat mendengar kabar jika Karin menerima perjodohan dengan adiknya, Wita kemudian memberitahu kabar bahagia yang baru saja mereka dapat membuat Erik juga ikut senang.
“Tapi apa kalian sudah memberitahu Edgar?”
Tanya Erika pada kedua orangtuanya, Wita dan Bambang saling menatap, ini hal yang paling sulit untuk di lakukan, bagaimana tidak? jangankan untuk menurut, Edgar belum tentu akan pulang kerumah jika mereka memberitahu nya tentang perjodohan ini, semua orang terdiam dalam pikiran masing masing, sudah dua hari Edgar tidak pulang, dihubungi juga tidak diangkat.
“Bagaimana cara kita memberitahu nya?”
Tanya Wita pasrah, putra bungsunya itu memang berbeda, meskipun pintar dan bisa mengelola perusahaan Bambang, tapi dia punya kebiasaan buruk yaitu tidak mau diatur dan jarang pulang, itulah sebabnya Bambang dan Wita ingin menikahi Edgar dengan harapan agar putra mereka itu bisa berubah.
“Begini saja, kita persiapkan saja pernikahan nya, begitu dia pulang kita akan memaksanya untuk menyetujui pernikahan ini, jika tidak bisa dengan cara lembut maka dengan cara paksa.”
Jelas Bambang pada istri dan putrinya.
“Pernikahan siapa?”
Ketiga nya menoleh ke sumber suara, terlihat Edgar pulang dari kantor dengan jas yang ia letakkan di tangannya seraya menenteng tas kerja miliknya, ketiganya tentu saja terkejut melihat keberadaan Edgar disana, Tak ada yang menjawab pertanyaan Edgar, Bambang kemudian meminta putranya itu untuk duduk bersama mereka.
“Kemari lah, ada yang ingin kami bicarakan.”
Ucap Bambang, Edgar menurut lalu segera duduk meskipun raut wajahnya terlihat datar tapi beruntung kali ini ia menurut dan ikut nimbrung ditengah tengah keluarganya, semua orang terlihat tegang menatap satu sama lain membuat Edgar merasa aneh dengan keluarganya itu.
“Ada apa? kenapa kalian terlihat gugup seperti ingin menyuruhku menikah saja.”
Ucap Edgar meraih segelas air yang baru saja asisten rumah nya letakkan diatas meja, ketiga orang itu semakin gugup membuat Edgar mengerutkan keningnya, seketika pria itu sadar apa yang baru saja ia ucapkan memang benar, Edgar segera meletakkan gelas diatas meja lalu menyeka mulutnya.
“Benar? Kalian ingin menyuruhku menikah?”
Tanya Edgar lagi membuat Bambang akhirnya menjawab pertanyaan putranya itu.
“Itu benar, kami ingin kau menikah dengan...”
“Tidak bisa, Laura masih belum siap untuk menikah, dan punya anak, apa kalian tidak bosan menyuruhku menikah dan menginginkan cucu? Dan kenapa harus aku? Kak Erika sudah menikah kan? Kenapa tidak memintanya saja untuk punya anak?”
Ucap Edgar tanpa sadar telah melukai hati kakak satu satunya itu, pasalnya Erika sudah menikah hampir 5 tahun namun ia dan suaminya masih belum diberi keturunan, padahal menurut dokter ia dan suaminya sama sama sehat tapi entah mengapa mereka masih belum bisa punya anak.
“Edgar!!”
Ucap Bambang menatap tajam putranya itu, ia tahu maksud Edgar bukan untuk menyinggung kakaknya lantaran Edgar sangat menyayangi kakaknya itu tapi meskipun begitu, Edgar tetap salah terlebih saat raut wajah Erika berubah seketika, hatinya benar benar sedih mendengar ucapan Edgar, Erika kemudian memilih untuk masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan apapun.
“Erika.”
Ucap Wita memanggil putrinya namun Erika tak menjawab dan terus melangkah masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Edgar menatap kakaknya dengan perasaan menyesal, ia benar benar tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu, itu hanya spontan saja keluar dari mulut nya.
“Maaf, Aku tidak bermaksud.”
Ucap Edgar menunduk, sedangkan Bambang menatap tajam Edgar.
“Simpan maaf mu itu, dan persiapkan dirimu, besok kita akan berangkat ke suatu tempat, dan kau tidak bisa menolak!”
Ucap Bambang lalu meninggalkan istrinya dan putranya disana, sedangkan Edgar menatap bingung ucapan papanya, kenapa mereka pergi besok? Dan kenapa ia harus ikut?apa lagi lagi ada acara? Tapi kenapa ia dibawa? biasanya kedua orang tua nya tidak pernah membawa Edgar ikut menemui keluarga mereka lantaran Edgar yang tidak pernah mau diajak.
“Ma? Kita mau kemana besok?”
Tanya Edgar pada sang mama.
“Tidak perlu banyak tanya, ikut saja dan kau akan tahu besok.”
Ucap Wita lalu segera menyusul sang suami, Edgar hanya mengangkat kedua bahunya lalu segera beranjak dari sana dan masuk ke dalam kamarnya yang sudah 2 hari ini tidak ia tempati, pria itu kemudian merebahkan dirinya diatas ranjang lalu meraih ponselnya dari dalam saku, pria itu menghela nafas kala melihat semua pesan yang ia kirim kan pada kekasihnya tak kunjung dibalas.
“Kemana dia? Kenapa akhir akhir ini sangat sibuk?”
Gumam Edgar lalu kembali menutup ponselnya, pria itu kemudian beranjak menuju bathtub untuk menyegarkan dirinya, pekerjaan nya di kantor yang begitu menumpuk membuat nya benar benar sangat lelah, ia butuh hiburan untuk melepas rasa lelah nya, Setelah membersihkan diri, Edgar kemudian menatap cermin dengan hanya mengenakan handuk.
“Wajah setampan ini, tentu saja banyak di perebutkan oleh wanita, tapi sayang aku sangat setia dan sangat mencintai Laura Kenjaya, Kau sangat beruntung Laura.”
Gumam Edgar, sudah rutinitas nya memuji diri sendiri saat bercermin, namun tidak ada yang bisa menertawakan atau menyangkalnya karena apa yang ia katakan memang benar, pria itu benar benar tampan ditambah proporsi tubuhnya yang benar benar bagus dan terlihat seksi lantaran ia juga rajin berolahraga di weekend.
Tengah candu menatap wajah nya di cermin, tak lama ponselnya berdering membuat Edgar segera meraih ponselnya, mengira jika itu dari Laura namun sayang sekali, bukan kekasihnya yang menghubungi nya, melainkan teman temannya.
“Ada apa Davin?”
Tanya Edgar pada temannya itu.
“Malam ini kau free?”
Tanya Davin Ananta, salah satu teman masa sekolah Edgar hingga sekarang.
“kenapa?”
Tanya Edgar.
“Ayo ke tempat biasa, aku dengar ada gadis baru.”
Ucap Davin membuat Edgar memutar bola matanya malas, padahal mereka tahu jika Edgar tidak akan berpaling dari Laura tapi mereka tetap saja menjadi kan gadis sebagai alasan agar Edgar mau bergabung dengan mereka.
“Tidak bisa.”
Ucap Edgar lalu segera menutup sambungan telepon, sebelum meletakkan kembali ponselnya, lagi lagi Edgar menatap pesannya yang masih saja belum dibalas oleh Laura membuat Edgar benar benar kehilangan kesabaran, namun baru saja ia meletakkan ponselnya diatas meja, tiba tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya, pria itu segera membuka pesan tersebut begitu tahu jika Laura yang mengirim nya pesan.
“[Sayang, maaf hari ini aku sangat sibuk jadi sepertinya kita tidak bisa bertemu.]”
Ucap Laura membuat Edgar hanya bisa menghela nafas panjang.
“[Baiklah, tidak apa apa sayang.]”
Ucap Edgar sebenarnya keberatan lantaran sudah tidak bertemu dengan Laura beberapa hari ini tapi ia juga tidak ingin memaksa kekasihnya itu.
”[Sayang, uang ku habis, apa aku boleh minta uang?]”
Lagi Laura mengirim Edgar pesan balasan.
“[Boleh, semua yang ku miliki untukmu sayang.]”
Ucap Edgar lalu segera mengirimi Laura sejumlah uang yang tidak sedikit nominalnya, Setelah itu Edgar segera menghubungi Davin kembali lalu mengubah jawabannya.
“Aku akan datang.”