Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu, Jumat & Minggu pukul 17.00
[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_22]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebetulan yang Tidak Disengaja
“Wah, Mbak mau kemana udah rapi begini?”tanya Dayu yang melihat Dila memakai gamis yang asing di matanya.
“Mau main ke cafe. Kamu mau ikut?”balas Dila kembali mengajukan pertanyaan.
“Enggak ah, Dayu malas keluar rumah. Mau rebahan aja”jawab Dayu yang berjalan ke arah ruang tamu untuk menonton televisi.
“Oh yaudah”sahut Dila.
Ia kembali kedalam kamar dan memakai kerudung. Entahlah dirinya menyukai gamis yang diberikan oleh Umi Shita melalui jasa pengiriman atas nama Ustadz Alfi 3 hari yang lalu. Rasanya nyaman ketika dirinya mengenakan gamis ini, tidak ada masalah bukan ketika mengunjungi cafe memakai pakaian seperti ini.
Flash back on
"Mba, Mba"panggil Dayu mengetuk pintu kamar milik Dila dengan intensitas lumayan sering.
Sehabis Sholat Subuh tadi, Dila kembali tidur karena agar mempercepat pemulihan tangannya ini. Walaupun tidak boleh tidur setelah fajar menyingsing, ia tetap melakukannya demi kesembuhan tangan yang terluka.
Namun kegiatan tidurnya terganggu akibat suara ketukan pintu dengan suara adiknya memanggil. Dila mengernyitkan keningnya dengan mata yang masih tertutup sebab indra pendengarannya langsung memproses suara tersebut secara tiba tiba.
Dengan langkah lesu, dirinya bangkit dari tempat ternyaman untuk membukakan pintu kamarnya. Ada rasa pusing di kepalanya akibat bangun secara tiba tiba begini. Ia tidak sempat menetralkan rasa kantuknya jadilah terasa berdenyut kepalanya.
"Kenapa manggil Dek?"tanya Dila menatap Dayu dengan mata memerah dan suara yang parau khas bangun tidur.
Dayu sedikit meringis dan menyesal telah mengganggu tidur pemulihan kakaknya. Ia lupa karena antusias mendapatkan paket dari seseorang untuk kakaknya yang tadi dihantarkan oleh kurir jasa pengiriman.
“Maaf ganggu Mba tidur, tapi ini ada paket dari dia orang istimewa heum”jelas Dayu akhiri ucapannya dengan mengulum senyumnya penuh arti. Ia pun memberikan paket yang ada di tangannya ke tangan Dila lalu bergegas beranjak ke dalam kamarnya.
“Paket? Dari siapa?”bingung Dila yang menatap paket di tangannya dan masih memprosesnya informasi dari Dayu. Namun terlambat, ia sudah tidak melihat adiknya didepannya.
Ia menutup pintu kamarnya kembali dan meletakkan paket berupa kardus sedang di tangannya untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu. Setelah mengusap wajahnya dengan tisu basah dinakas, Dila akhirnya kembali segar.
“Coba kita lihat siapakah yang mengirimnya?”gumam Dila membolak balikkan kardus sedang tersebut demi mencari nama pengirim paket.
Netranya terpaku dengan nama pengirim paket ini dan kembali mengerjap-ngerjap matanya tidak percaya. Nama pengirim jelas jelas tertulis dengan nama laki laki yang waktu itu chat dirinya meminta alamat pasti dan berterima kasih padanya.
Pengirim :
Alfi Yusuf Al Fahri
Jl. Tuanku Imam Bonjol II
Jakarta Utara
Tunggu dulu, berarti dirinya tidak sedang bermimpi saat ini kan. Ini sungguhan dari Ustadz Alfi. Tangannya meraih gunting dan membuka kardus ukuran sedang ditangannya. Sampai terlihat isi di dalam kardus sedang tersebut yaitu pulpen miliknya, sepasang gamis berwarna hijau muda dan buku diary disertai sebuah surat di dalam plastik.
[Terimakasih telah menyelamatkan Umi Nak, terimalah hadiah yang tidak seberapa ini untukmu. Semoga bermanfaat dan Umi berharap gamisnya cocok dipakai olehmu yaa_Umi Shita 🌼]
Flashback off
Begitulah ketika Dila mendapatkan paket dari Umi Shita dengan atas nama Ustadz Alfi. Dirinya masih berpikir jika waktu itu dia bukanlah menyelamatkan Umi dari Ustadz terkenal itu. Tapi, terlalu denial untuk menolak kenyataan bahwa tangannya masih tahap pemulihan. Dan itu artinya, ini benar benar terjadi.
Dila menaiki motornya menuju cafe yang akan menjadi tempat ternyamannya untuk menghibur diri. Padahal, ia ingin mengajak Dayu namun ternyata bocahnya tidak mau. Jadilah, dirinya sendiri keluar rumah. Sebelum itu, ia berpesan dengan adiknya selama dirinya belum pulang.
“Mbak mau ke cafe dan mungkin siang baru kembali. Kamu mau dibelikan apa?”tanya Dila
“Em_ mie ayam Mbak. Dayu ingin makan siang pakai itu dengan es teh”jawab Dayu tersenyum penuh harap.
“Baiklah, nanti Mbak belikan dan kita makan sama sama. Selama tidak ada Mbak dirumah, kamu harus mengunci pintu dan jangan keluar jika ada yang mengetuk. Hari ini tidak ada siapapun yang akan berkunjung ke rumah. Jadi tetap waspada”instruksi Dila dengan perlahan lahan seperti seorang ibu hendak meninggalkan anaknya dirumah.
“Siap”setuju Dayu.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam, hati hati ya Mbak”
Sementara dengan seseorang di bagian lainnya…
“Ais kemana Umi?”bingung Ustadz Alfi menatap kursi meja makan yang biasanya dipakai Aisyah, adiknya.
“Oh, adikmu sedang home schooling Al. Lalu siang nanti ikut kursus komputer di Jakarta Pusat dan Abi yang akan mengantarnya”jawab Umi Shita dengan lengkap.
Di ruang makan hanya ada Ustadz Alfi, Umi Shita dan Abi Ishaq. Mereka memakan bubur kacang hijau dengan roti bersama tanpa Aisyah hari ini. Adik dari Ustadz Alfi tersebut sedang sibuk dengan pendidikannya di dalam kamar jadi terasa sepi di ruangan ini.
“Alfi bagaimana dengan restoranmu? Tidak ada masalah kan?”tanya Abi Ishaq disela memakan buburnya. Umi Shita hanya menyimak sembari memakan bubur buatannya juga.
Ustadz Alfi yang sedang memakan bubur sedikit lagi habis langsung terhenti dan menatap Abinya. Dirinya tersenyum karena ditanyakan mengenai bisnisnya. Bisnis restoran khas makanan arab miliknya berjalan lancar dan proses menuju kejayaannya. Nama Restoran miliknya adalah "Yusuf Resto" yang tidak ada siapapun tahu dirinya menjadi pemiliknya, karena informasi yang beredar ia hanya bekerja sama saja dengan restoran tersebut.
“Alhamdulillah Abi. Sangat lancar dan rencananya Alfi ingin membangun cabang di Bandung dekat pesantren untuk membuka lowongan pekerjaan para santri. Doakan ya Abi, Umi agar Alfi bisa mewujudkannya”harap Ustadz Alfi meminta restu dari kedua orang tuanya.
“Masyaallah Al, niatmu sangat baik sekali. Tentu saja selalu kami doakan. Apalagi kamu minta restu untuk menikah”senyum penuh arti Umi Shita yang kemudian terkekeh kecil melihat bahu putranya menurun.
“Heum betul itu. Kapan kamu mengenalkan perempuan untuk menjadi menantu kami gus Alfi?”ledek Abi Ishaq.
“Kenapa jadi bahas itu sih Abi, Umi”cemberut Ustadz Alfi membuat keduanya meledak akan tawa.
“Ah Abi, ada perempuan yang menarik perhatian Umi waktu itu. Dila sangat baik hati, lucu dan penyayang sesama. Bukankah ini menjadi kriteria calon menantu kita dan calon istrimu Al”sindir Umi Shita dan disetujui Abi Ishaq dengan tersenyum penuh arti.
Sedangkan Ustadz Alfi telinganya memerah akibat nama tersebut selalu berada dibenaknya. Baru saja ia ingin menghapus nama itu, eh malah disinggung kembali. Jadilah saat ini jantungnya kembali bereaksi tanpa ia kehendaki.
“Ekhem_Alfi ingin mengunjungi restoran lalu cafe menemui tim inti dakwah, Umi sama Abi ingin menitip apa?”tanya Ustadz Alfi mengalihkan pembicaraan. Buburnya pun sudah habis dan ini adalah salah satu cara terbebas dari situasi.
“Umi dan Abi tidak mau apa apa, yang penting kamu pulang dengan selamat sampai rumah”jawab Umi Shita disetujui Abi Ishaq.
“Baiklah kalau begitu. Assalamualaikum Abi, Umi”pamit Ustadz Alfi kemudian mencium tangan kanan kedua orang tuanya. Bergegas pergi sebelum banyak berbicara tentang istri untuk dirinya.
“Waalaikumussalam, hati hati”jawab serempak Abi Ishaq dan Umi Shita. Setelah putra mereka keluar rumah, mereka berdua tertawa bersama akibat puas meledek Ustadz Alfi habis habisan dan membuat telinga laki laki itu memerah.
Sementara dengan Ustadz Alfi yang mengendarai mobil pribadinya. Dirinya hari ini mengisi bahan bakar terlebih dahulu dan mengunjungi restoran miliknya. Barulah pergi ke cafe untuk hangout bersama teman temannya. Yaa demi kedamaian hati dan pikirannya.
▪️▪️▪️▪️▪️
Setelah beberapa menit, Dila sudah sampai di cafe yang dituju. Ia langsung memberhentikan motornya di parkiran cafe dan mulai berjalan memasuki area cafe. Sebut saja "Cafe Lion Z" yang berada di Jl. Jend.Sudirman III No.345 Jakarta Pusat. Cafe ini terlihat sangat ramai keadaan diluar namun di dalam tampak berbeda sekali. Orang orang lebih suka diluar daripada di dalam karena sebelah cafe ini terdapat taman yang indah dan nyaman. Padahal itu tempat kesukaannya tapi mau bagaimana lagi, masa harus mengusir orang lain yang sedang minum atau makan. Itu bukanlah hal yang tepat dilakukannya. Ia memutuskan untuk berada di dalam saja.
Berbeda lagi dengan 4 orang laki laki yang termasuk tim ustadz Alfi. Mereka Umay, Azzam, Farhan & Teuku setelah perjalanan yang penuh dengan perbincangan random telah sampai di cafe ini yang terkenal dengan service terbaik dan tempatnya hangout banget.
"Loh itu bukannya Dek Dila"pikir Umay.
Satu fakta lagi, Muhammad Umay Khairulanam yang sama adalah sepupu laki laki dari Almarhum Paman Dila. Ia sangat begitu menjaga dan menyayangi Dila seperti adik kandungnya sendiri. Dirinya tidak menyangka akan bertemu adik sepupunya disini setelah dirinya penuh akan kesibukan beberapa bulan ini.
"Assalamualaikum Dek Dila"salam Umay yang sudah menghampiri adik sepupunya dan diikuti oleh ketiga laki laki bersamanya dengan wajah heran selain Azzam.
"Jangan jangan sepupunya Umay ini adalah Dila yang Al maksud waktu itu, secara keluarga Umay banyak yang belajar ilmu silat dipadepokan pesantren daerah Ponorogo yang terkenal itu"pikir Azzam sekilas termenung lalu menetralkan wajahnya kembali.
"Wa'alaikumussalam, Kak Umay"kaget Dila tersenyum sumringah dengan kedatangan kakak sepupunya tanpa janjian. Ia pun segera berhambur memeluk kakak sepupunya. Yah walau tidak boleh sih seharusnya, soalnya kan hanya sepupuan bukan kandung. Namun perasaan keduanya seperti seorang kakak beradik bukan hal lainnya.
"Sehat kan Dek?"tanya Umay yang mengelus kepala Dila begitu hati hati. Seakan akan kepala itu berbahan mudah pecah jika disentuh sedikit.
"Alhamdulillah sehat Kak"jawab Dila yang melepas pelukan itu. Tatapannya melihat ke arah tiga laki laki yang tadi bersama kakak sepupunya.
"Ini siapa Kak?"tanya Dila menatap tiga laki laki di depannya yang terlihat sekilas memperhatikan dirinya saat ini.
"Kenalkan ini teman kakak. Yang itu adalah Azzam Putra Fadillah, panggil saja Azzam. Yang ini adalah Farhan Rizqi Janendra, panggil saja Farhan. Dan yang sebelahnya adalah Teuku Umar Razmani, panggil saja Teuku. Kalian kenalkan ini adik sepupu perempuanku yang pertama… Dila Cahyani Asmawati panggil ia Dila saja"jelas Umay yang membuat ketiga laki laki tersebut menangkupkan kedua telapak tangan di depan dadanya.
"Hai...Kak"sapa Dila yang tersenyum manis sebab merasa dihormati dengan laki laki di depannya. Kalau orang lain menghormatinya dan menghargainya, maka dirinya pun akan merespon dengan baik sebagai timbal balik kepada orang tersebut. Begitupula sebaliknya.
“Tuhkan benar Dila yang dimaksud Alfi. Bisa kebetulan begini sih. Al harus tahu tentang ini, semoga aku tidak lupa memberitahunya”pikir Azzam tanpa disadari oleh semua orang.
"Oiya lagi apa disini sendirian?"tanya Umay kembali.
"Aku lagi bosan dirumah dan kesini sekedar main saja. Kalau kakak ngapain?"balas Dila yang juga kembali bertanya.
"Disini kumpul bareng sama teman, lagipula cafe ini sangat cocok untuk hangout juga"jawab Umay. Dila terdiam sembari menilai teman teman kakak sepupunya membuat ketiga laki laki tersebut merasakan hawa intimidasi namun hanya sekilas.
"Kakak berteman dengan seseorang baik dan aku sangat bersyukur karena temannya akan mengobati rasa sendirinya saat Kak Rida bertugas"pikir Dila yang tiba tiba mengingat sepupu iparnya.
Rida Ananda Nismara adalah istrinya Umay. Keduanya menikah sekitar 5 tahun yang lalu dan mereka berkomitmen mendukung pekerjaan masing masing. Rida sebagai polisi dan Umay sebagai pengawal pribadi orang terpandang. Sebenarnya ia juga penasaran siapakah orang yang dilindungi oleh kakak sepupunya. Pernikahan mereka belum dikaruniai anak dan Dila berharap ia segera mendapatkan keponakan yang lucu dari sepupunya.
"Kalau begitu, kami ingin melanjutkan niat. Jaga dirimu, jika ada apa apa langsung berkabar"ucap Umay lalu berlalu pamit bersama tiga orang laki laki yang diakui sebagai temannya.
Dila hanya mengangguk patuh dengan langkah menuju kasir untuk memesan makanan dan minuman. Di Cafe ini menu yang disukainya tetaplah es dalgona cokelat dan kentang gurih dilengkapi saus pedas. Setelah pesanannya siap, dirinya pun memilih tempat duduk sendirian yang cocok di pinggir pintu masuk/keluar cafe.
Dirinya memang bosan, playlist film kartun "shaun the sheep" menjadi pilihan utamanya saat ini. Dirinya tidak peduli dengan umur yang sudah dikatakan hampir dewasa namun masih saja menonton kartun dengan santainya. Bahkan senyum gemasnya terus terukir saat aksi domba dengan anjing pemilik sedang menjalankan sesuatu rencana bersama.
Sehabis menonton film kartun, Dila beralih menonton playlist video dakwah yang belum ditontonnya. Tentu saja pendakwahnya sang idola nomor satu di hatinya. Eh, lebih tepatnya hanya Ustadz Alfi saja yang dikenalnya. Sudah dibilang, dirinya hanya fokus dengan satu orang agar ilmu yang didapat konsisten. Sambil menonton dengan headset, dirinya melihat ada senyum yang terus terukir di wajah sang idola tanpa sadar membuatnya ikut tersenyum diam diam.
Jam berlalu berputar tiada henti dan tidak berada ditempat yang sama kembali. Tidak disangka minuman dan makanan Dila sudah habis. Ia pun memilih pulang saja karena uangnya terbatas jika ingin membeli lagi dan ia juga akan membeli mie ayam dilengkapi es teh dua porsi. Dirinya dengan segera membereskan ponsel dengan yang lainnya dan memasukkannya kedalam tas.
Dila berdiri dari duduknya membuat Umay menoleh ke arah adik sepupunya. Terlihat Dila mencari kunci motornya di dalam tas. Umay sedikit terkekeh kecil dengan itu, sebelum memasukkan ponsel bukankah bisa kunci motornya dikeluarkan lebih dulu agar mudah dicapai. Masih saja ceroboh dimatanya.
Atensi Umay sekawan melihat seorang laki laki dengan baju koko senada dengan gamis Dila membuat heran mereka saja. Gamis Dila berwarna hijau muda dengan hiasan bunga dekat pinggangnya begitu pula dengan baju koko seorang laki laki yang dikenal mereka juga berwarna hijau muda.
"Sepertinya akan terjadi sesuatu"ungkap Teuku yang membuat Umay, Azzam dan Farhan melihat ke arah pintu masuk/keluar cafe.
Dila sibuk mencari kunci motor tanpa melihat sekelilingnya sedangkan sosok laki laki yang baru masuk terfokus dengan ponselnya. Azzam melihat grup chat yang membuktikan laki laki yang memegang ponselnya sedang mengetik sesuatu. Sepertinya ucapan Teuku akan terbukti sebentar lagi.
Bruk
Benar saja, Dila dan laki laki itu bertabrakan. Namun laki laki itu masih menahan tubuhnya dengan baik jadi tidak terjatuh. Tetapi Dila yang terjatuh sebab merasa tubuhnya terpental. Tentu saja tubuhnya kalah telak dengan laki laki bermasker di depannya.
"adduh"keluh Dila yang terduduk membuat atensi semua orang di dalam cafe tertuju kepada orang yang didepan pintu masuk/keluar cafe. Beruntung tidak banyak orang jadi tidak membuat kehebohan lebih dari itu.
Umay hampir berdiri dari tempat duduknya namun ditahan oleh Farhan. Laki laki itu yakin mereka berdua dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Umay menurutinya dengan baik dan menunggu. Ia terlupa bahwa ada rahasia yang belum bisa terungkap oleh adik sepupunya. Jangan sampai rencana baik itu diketahui lebih dulu dan tidak sesuai perintah sang tuannya.
Laki laki berbaju koko hijau muda dengan celana bahan hitam merasa bersalah namun dirinya juga tidak boleh berdekatan dengan lawan jenisnya. Dirinya yang berpikir akan ingin melakukan apa langsung berhenti saat melihat perempuan di depannya mulai perlahan bangkit dari jatuhnya.
"Maaf saya tidak bisa membantumu berdiri, apakah masih sakit?" tanya seseorang laki laki berbaju koko senada dengan gamis Dila.
Dila hanya terdiam tidak jadi bangkit dahulu sebab tidak sengaja mata mereka bertatap secara lama. Tatapan mata cokelat hazelnut milik laki laki di depannya membuat hatinya berdesir hebat. Selain itu, mereka terlalu dekat jika saja Dila bangkit dari lantai. Sementara dengan laki laki tersebut juga tampak terpaku dengan mata berwarna hitam bening di depannya. Sungguh rasa yang dirasakannya terkesan aneh tapi membuat hatinya tentram.
"Masyaallah matanya indah sekali. Warna cokelat hazelnut itu membuatku jatuh larut dalam tatapannya Astaghfirullah"pikir Dila yang bersemu merah sebab memikirkan laki laki di depannya. Walaupun laki laki berkoko hijau senada dengan dirinya saat ini memakai masker namun dirinya bisa merasakan wajahnya pasti tampan.
"Sungguh mata hitam bening miliknya membuatku tentram. Rasa ini aneh tapi indah juga. Jantungku berdebar hanya melihat pipi yang sedikit tembem itu. Inginku cubit dan gigit gemas pipi selembut roti rasa tiramisu"pikir laki laki yang diduga Ustadz Alfi lebih jauh dibandingkan pemikiran Dila. Ia baru merasakan sensasi ini selama 21 tahun hidupnya. Walaupun Dila tergolong memiliki wajah berundertone warm, tapi dari penglihatannya ada aksen manis namun cantik
(Sadar Mas sadar hehe. Mas Ustadz lebih ugal ugalan dan ternyata pikiran laki laki ketika melihat perempuan memang begitu diluar nurul walaupun tertutup dengan sempurna sesuai syariat apalagi jika benar benar terbuka)
Akhirnya mereka berdua sadar dengan keterdiaman sesaat namun menghanyutkan itu. Dila buru buru memundurkan tubuhnya dan bangkit dengan wajah yang menunduk. Sedangkan Ustadz Alfi mengusap wajahnya lalu beristighfar dalam hati karena merutuki pikirannya yang sudah kemana mana. Keduanya dilanda kecanggungan haqiqi dan entah bagaimana bisa menyelesaikannya.
"Al menemukan tambatan hatinya? Secepat itu?"pikir Azzam yang ternyata diam diam tersenyum ikut bahagia. Ya ampun, sahabatnya ternyata normal.
"Saya ingin"Kompak Dila dan ustadz Alfi bersamaan sontak berhasil mengundang senyuman penuh makna dari Farhan, Teuku, Umay dan juga Azzam.
"Kamu aja"ucap mereka berdua serempak kembali.
Azzam bahkan sudah tertawa lepas melihatnya. Beruntung tidak terdengar ke posisi Dila dan Ustadz Alfi saat ini. Sementara itu, suasana malah lebih canggung dari sebelumnya. Dila jadi betah menatap lantai dan ustadz Alfi makin salah tingkah dibuatnya. Aura kharismanya menghilang dan tergantikan dengan salah tingkah luar biasa. Itu ditandai dari ustadz Alfi mengusap tengkuknya dengan tangan kirinya lalu membenarkan letak kopiahnya sembari tersenyum kikuk dibalik masker kesehatannya.
Lama dengan diamnya mereka, akhirnya Ustadz Alfi memiliki keberanian membuka pembicaraan sekian lamanya. Entah dirinya kenapa gugup dengan hanya satu orang di depannya ini.
"Maaf saya gak sengaja. Apa kamu baik baik saja? Perlu saya antarkan ke rumah sakit? roti tiramisu hehe"tanya Ustadz Alfi memecah rasa sepi di antara dirinya dengan gadis di depannya. Diakhir kalimat ia hanya berani di dalam hati saja, entahlah pikiran jadi tertuju dengan roti tiramisu saat ini. Dila lalu menatap ustadz Alfi dan tersenyum simpul membalas ucapan itu.
"Gak apa apa dan tidak perlu sampai seperti itu. Saya juga salah tidak melihat sekitar, maaf yaa. Em_kalau begitu saya duluan assalamualaikum"jawab Dila tersenyum menunduk dan bergegas pergi dari cafe dengan jantungnya yang berdetak kencang. Lari adalah jalan ninjaku, pikirnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"ucap Ustadz Alfi seraya melihat sembarang arah. Hanya sekali saat pandangannya terkunci tadi namun dirinya seperti termagnet oleh mata indah milik gadis tak dikenalnya tadi.
Mata perempuan adalah bahaya untuk laki laki memang benar adanya. Dari mata, laki laki saja sudah bisa tergoda dan hanyut di dalam tatapannya. Mau iman setebal apapun, laki laki ketika tidak sengaja menatap pasti akan terhanyut juga. Kecuali dijaga dengan menundukkan pandangan ketika di depannya seorang perempuan.
Dila sudah pergi dari jangkauan pandangannya. Gadis yang dilihat ustadz Alfi tadi sudah menghilang ke arah parkiran. Namun ia terhenti sebab teringat melihat apa yang dipakai gadis di depannya tadi warnanya tidak asing. Apalagi pakaian mereka senada hari ini
"Pakaiannya persis seperti titipan Umi untuk gadis penyelamatnya dan kebetulan sekali akupun memakai pakaian senada dengannya. Tapi aku tadi tidak melihat luka di tangannya dan lagipula Umi tidak bilang lukanya terletak di tangan sebelah mananya. Mungkin ini hanya kebetulan saja"pikir Ustadz Alfi menggeleng kepala untuk menghilangkan terkaannya. Ia pun menghampiri empat laki laki yang tampak mengobrol serius itu. Padahal mah saat ustadz Alfi belum melihat ke arah mereka, keempatnya tertawa puas melihat kegugupan dirinya tadi. Baru kali ini Ustadz Alfi tersebut menunjukkan gelagat awkward di depan lawan jenis. Si kaku itu sudah berubah kah?
bersambung....
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/