Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 ~ Mencari Perhatian ~
Pria itu masih menggandeng tangan Anna saat melewati lobi hotel. Tentu tak hanya satu pasang mata yang terpana melihatnya. Langkah pria itu begitu tenang tanpa rasa malu. Karyawan hotel manapun tahu kalau seragam yang dipakai Anna adalah seragam dari departemen housekeeping. Ada yang beranggapan Anna mendapat masalah, tapi melihat ekspresi pria itu yang tenang dengan senyum di bibir, dugaan itu langsung hilang.
“Mau dibawa ke mana itu?” bisik seorang resepsionis pada gadis di sebelahnya.
“Entahlah? Apa mungkin Tuan Nick itu temannya? Tapi kok bisa ya kenal dengan kalangan elit kek gitu?” tanya gadis yang juga berseragam resepsionis.
Tak hanya para gadis resepsionis atau porter saja yang merasa heran. Para tamu yang kebetulan melihat juga merasa aneh. Seorang yang berseragam departemen housekeeping tidak boleh melewati lobi begitu saja. Housekeeper yang bertanggung jawab terhadap kebersihan lobi hotel itu saja dilarang bekerja atau melintasi lobi. Mereka sudah harus selesai membersihkan semua area sebelum karyawan dan tamu berdatangan.
Karyawan hotel yang menyaksikan Anna merasa heran bercampur iri. Terlebih saat pria dengan penampilan mentereng itu membukakan pintu mobil untuk Anna. Mereka yang menyaksikan itu bahkan ternganga tanpa sadar.
“Aku ingin mengajakmu makan siang di restoran favoritku,” ucap pria itu pada Anna sambil tersenyum di belakang kemudi.
Anna hanya diam. Seperti masih linglung. Tidak percaya dengan kejadian yang dialaminya saat ini. Sesampainya di teras restoran pria itu membukakan pintu mobil untuk Anna. Gadis cantik itu masih tak percaya dengan perlakuan pria kelas atas itu pada dirinya. Anna hanya mengikutinya saja.
Namun, saat melihat mewahnya restoran yang ingin mereka masuki itu. Langkah Anna terhenti. Pria itu yang masih menggandeng tangan Anna, juga ikut terhenti. Anna tertunduk menatap pakaian yang sedang dikenakannya lalu menoleh dengan tatapan sendu pada pria itu.
“Tidak apa-apa, tidak ada aturan berpakaian di restoran ini,” ucap pria itu sambil tersenyum.
Anna menggelengkan kepalanya. Lalu berbalik badan untuk pergi. Pria itu segera mengejar Anna.
“Maafkan aku, asal kamu tahu. Bagiku tidak masalah dengan apa yang kamu pakai,” ucap pria itu lagi.
“Tapi masalah bagiku. Orang-orang akan menatap aneh padaku. Sebenarnya aku sudah biasa dipandang sebelah mata, tapi aku tidak ingin orang ikut berpikiran aneh terhadap Tuan. Sebaiknya aku kembali ke hotel, Tuan. Maaf …,” ungkap Anna.
“Aku yang minta maaf. Aku tidak berpikir sejauh itu. Hmm, baiklah …! Kita cari makanan yang lain. Bagaimana kalau pesan makanan dan kita santap di taman kota, hmm?” tanya pria itu penuh harap.
“Tuan tidak harus melakukan ini. Aku hanya merepotkan Tuan saja. Tuan bisa makan siang di sini. Aku kembali saja ke ….”
“Nggak …! Aku yang mengajakmu. Aku akan tanggung jawab,” sanggah pria itu.
Anna tertunduk. Tanggung jawab adalah kata-kata yang membuatnya risau dalam beberapa hari ini. Kata-kata yang mendadak terdengar menakutkan. Kata-kata yang tidak ingin didengar oleh Anna. Yang membuatnya segera terikat dalam pernikahan tanpa cinta akibat Dean yang harus bertanggung jawab.
Namun, kata-kata itu terdengar indah dan nyaman di rongga dadanya saat dilontarkan oleh pria yang selalu tersenyum manis padanya itu. Pria itu lagi-lagi bertanya dan akhirnya Anna mengangguk.
Seperti suatu hal yang biasa, pria itu kembali menggandeng tangan Anna kembali ke mobil. Setelah menutup pintu mobil di sisi Anna, dengan setengah berlari pria itu masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi.
“Aku sangat lapar,” ucapnya sambil tertawa.
Pria itu segera melajukan sedan sport itu ke taman kota. Mereka memutuskan memesan makanan cepat saji melalui drive thru lalu mencari bangku taman di bawah pohon rindang.
Anna tersenyum melihat pria yang begitu semangat menyantap makanan itu sambil mengangguk-angguk. Seolah begitu menikmati cita rasa makanan yang sedang disantapnya. Begitu menikmati hingga tak menyadari serpihan makanan menempel di sudut bibirnya.
Anna yang berkali-kali melirik ke arah serpihan itu. Anna bahkan sempat berdoa agar serpihan itu segera jatuh. Anna merasa sangat terganggu melihatnya. Namun, serpihan itu tak kunjung lepas membuat Anna tidak bisa menahan diri lagi. Dengan lembut jemari Anna mengusap sudut bibir pria itu. Menyingkirkan serpihan yang mengganggu pandangan mata itu.
“Maaf Tuan, a-ada yang menempel,” ucap Anna dengan canggung.
Membuat pria itu tertegun. Menghentikan makannya dan menatap Anna dalam-dalam. Bukan karena beraninya Anna menyentuh sudut bibirnya tapi karena usapan lembut itu menimbulkan getaran aneh dalam dadanya.
“Tuan ….”
“Panggil aku Nick, Namaku Nick Rush ….”
“Tapi ….”
“Jangan panggil Tuan ….”
“Nggak bisa! Aku tidak pantas. Aku bukan siapa-siapa, Tuan ….”
“Nick ….”
“Baiklah, Tuan Nick,” jawab Anna.
Pria itu terdiam sesaat lalu mengangguk. Anna tidak bisa dipaksa hanya memanggil nama depannya saja. Padahal bagi Nick itu adalah hal yang biasa. Hanya orang-orang di dunia kerja yang memanggilnya dengan panggilan Tuan Nick.
“Kamu keras kepala ya Anna ….”
“Haaa?” tanya Anna heran karena Nick yang tahu namanya.
Nick hanya mengangguk sambil menatap badge nama yang menempel di dada Anna. Anna pun tersenyum. Mereka melanjutkan makan siang itu sambil bercerita dan tertawa.
“Ngomong-ngomong kenapa Tuan Nick sering mengunjungi teman di hotel? Apa dia selalu menginap di hotel itu?” tanya Anna setelah sesi makan siang itu selesai. Sambil menikmati angin sepoi-sepoi di bawah pohon rindang itu, mereka berdua beristirahat.
“Aku hanya ingin menghibur seorang teman yang sedang dalam masalah,” jawab Nick Rush. “Sebenarnya dia selalu bermasalah. Kadang aku datang hanya untuk mendengar keluh kesahnya. Memberikan sedikit pendapat jika dia minta … juga berikan sedikit perhatian,” jelas Nick Rush.
“Tuan baik sekali. Suka memberi perhatian dan peduli pada orang-orang. Terus terang aku juga merasa Tuan sangat baik padaku, padahal kita tidak saling mengenal, kenapa Tuan?” tanya Anna.
“Kenapa? Aku juga tidak tahu. Aku hanya senang menjadi orang yang berguna. Mungkin … karena aku adalah anak tunggal. Aku hanya sendirian hingga mencari seseorang untuk aku pedulikan, atau mungkin hanya sekedar mencari perhatian,” jelas Nick Rush.
“Mencari perhatian?” tanya Anna tak mengerti.
“Ya, aku rasa aku punya energi lebih untuk memberikan perhatian. Sementara aku tidak siapa-siapa. Tidak punya tempat untuk menyalurkan rasa peduliku. Aku kesepian. Karena itu mungkin aku mencari perhatian dari orang-orang yang membutuhkan aku,” lanjut Nick Rush.
“Tuan Nick, itu adalah cara mencari perhatian yang sangat … positif,” sahut Anna.
“Maksudmu?” tanya Nick Rush sambil tersenyum.
“Banyak orang-orang dari kalangan atas seperti Tuan, mencari perhatian dengan cara yang menyusahkan. Menyakiti dan melukai orang lain hanya karena ingin perhatian dari seseorang. Menghabiskan waktu menjadi orang yang tidak berguna. Membiarkan orang lain membereskan kekacauan yang ditimbulkan, hanya karena ingin mencari perhatian dari seseorang atau demi mencari perhatian dari orang tua. Sementara Tuan Nick, mencari perhatian itu dengan cara yang positif,” jelas Anna.
“Begitu ya? Sepertinya memang benar,” jawab Nick Rush sambil tersenyum.
“Oh Tuan, maaf. Sebenarnya aku senang di sini bersama Tuan, tapi sebaiknya aku segera kembali ke hotel,” ucap Anna tiba-tiba setelah melirik jam tangannya.
“Kamu ini seperti Cinderella aja yaa,” ucap Nick sambil tertawa.
Anna juga ikut tertawa. Pria itu segera bangkit dari bangku taman itu. Nick Rush mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Anna. Gadis itu hanya tertawa lalu melangkah di sisi Nick Rush. Dengan raut cemberut yang dibuat-buat, Nick menepuk telapak tangannya sendiri.
“Kamu ditolak, kasian sekali kamu,” ucapnya bicara pada telapak tangannya sendiri.
Anna tertawa melihat tingkah pria tampan itu. Sekejap kemudian tawa itu hilang karena teringat pada Dean Monteiro. Siapa yang tidak ingin digandeng tangan oleh pria setampan Nick Rush.
Namun, Anna harus sadar. Harus hadapi kenyataan bahwa dirinya tidak bisa berharap pada pria manapun lagi. Semua itu karena perbuatan Dean Monteiro yang telah merusak kehormatannya.
Anna merasa menjadi manusia yang terhempas ke level paling bawah. Manusia yang tidak lagi memiliki kehormatan. Anna memalingkan wajahnya, tak ingin laki-laki baik itu mengetahui kegundahan hatinya.
“Tunggu Anna!” ucap Nick Rush saat Anna ingin membuka pintu mobil itu sendiri.
Di teras hotel itu kembali Nick Rush membukakan pintu mobil untuk Anna. Nick bertanggung jawab mengantar Anna kembali ke hotel. Perlakuan Nick yang begitu gentleman tentu saja membuat iri para resepsionis dan karyawan hotel yang mengintip kedatangan mereka.
Semua itu dengan mudah disaksikan dari dalam lobi yang berbatas dinding kaca itu. Terlihat Anna yang tersenyum saat melihat tingkah Nick Rush yang membungkuk seolah-olah sedang memberi hormat. Anna melambaikan tangan sebelum Nick kembali ke mobilnya.
“Terima kasih banyak untuk traktirannya Tuan. Sampai jumpa,” seru Anna sambil tersenyum.
Nick Rush tiba-tiba menghentikan langkahnya. Lalu berbalik menatap Anna, seperti ada yang ingin diucapkan. Anna menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.
“Anna, aku ingin berjumpa denganmu lagi, tapi … aku harus keluar negeri untuk beberapa bulan ini ….”
“Oh, ya Tuan, baiklah. Tuan pasti sangat sibuk. Aku mengerti, maafkan aku,” ucap Anna bertubi-tubi.
“Ya Anna, tenang saja. Kembali dari luar negeri, aku pasti akan mencarimu ….”
“Apa? Aku … oh tidak harus Tuan. Tidak apa-apa. Aku ucapkan sampai jumpa bukannya harus mencariku ….”
“Aku harus mencarimu, kamu masih hutang traktir padaku ….”
“Oh ….” Anna tercenung.
Pria itu tertawa sambil melangkah masuk ke dalam mobilnya. Anna kembali melambaikan tangan sambil tersenyum saat mobil itu melaju meninggalkan hotel. Senyum itu segera lenyap saat mobil itu menghilang di balik tikungan.
“Dari mana saja kamu!”
Anna membalik badan. Terkejut saat melihat Ny. Maria melangkah tergesa keluar dari lobi. Diikuti oleh para asistennya, Ny. Maria melangkah dengan sombong, tetapi tetap anggun.
“Kamu harus lakukan persiapan pernikahan. Aku tidak mau dibuat malu oleh mu!” ucap Ny. Maria dengan nada membentak.
Kemudian melangkah menuju mobil mewahnya yang baru saja datang. Begitu masuk, mobil mewah itu langsung melaju. Mobil lainnya muncul dan Dean sebagai pengemudi.
“Ayo naik!” perintah Dean menoleh sekilas ke arah Anna lalu kembali menatap ke arah depan. “Ayo cepat!”
Kali ini sangat keras hingga membuat Anna terlonjak. Segera gadis itu berlari menuju pintu mobil sisi yang lain. Membuka sendiri pintu mobil itu dan duduk di samping Dean. Perlakuan yang bertolak belakangi saat Anna bersama dengan Nick Rush.
Namun, tetap membuat para karyawan dan resepsionis yang melihat kejadian itu terheran-heran. Anna naik mobil mewah bersama orang penting di hotel itu. Setelah turun dari mobil mewah lain bersama orang terhormat yang selama ini mereka kagumi.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...