Elsya adalah seorang anak perempuan yang bisa melihat sosok tak kasat mata, saat memasuki taman kanak-kanak ia bertemu dengan sosok perempuan yang kini menjadi temannya, karena hal itu ia kadang terlihat berbicara sendiri dan membuat orang-orang di sekitarnya menganggap ia anak aneh.
Anggapan itu lah yang membuat ia tidak memilih teman di sekolah, dan ada hal lain yang menjadikan Elsya sasaran empuk para preman di sekolah untuk melakukan kejahatan padanya.
Elsya hanya tinggal bersama kakak kandungnya, kalau bukan support dari kakaknya ia tidak akan mampu bertahan.
Hingga suatu hari Elsya harus berpisah selama-lamanya dengan teman gaibnya, itu membuat Elsya sangat sedih dan memutuskan untuk menutup mata batinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Elzein mengerutkan keningnya sambil melihat mbak Kun yang masih berdiri di pojokan, ia pun menceritakan yang dia lakukan setelah Elzein tadi pergi.
...--- flashback on ---...
Saat mbak Kun pamit ke Elsya tadi, ia sedang berjalan-jalan dan mengintip setiap kamar untuk mencari bahan gosip.
Sampailah mbak Kun disalah satu kamar yang cukup ramai, karena penasaran ia pun melihat siapa yang di kunjungi, dan ternyata itu adalah Monica.
Kamar inap nya Monica hanya berjarak beberapa kamar dari kamar inap Elsya, tapi kenapa hanya Monica yang di jenguk oleh teman-teman sekelasnya.
Melihat itu mbak Kun tidak terima dan merasa marah, Monica hanya lecet di bagian lutut akibat tergores aspal, namun dia banyak dapat perhatian padahal dia pembully kejam.
"Kenapa dia bisa di rawat? Apa sesakit itu?" ucap mbak Kun bertanya-tanya saat melihat titik lukanya Monica yang sudah di perban.
Kemudian mbak Kun mengumpulkan tenaga, dan berusaha mempengaruhi salah satu anggota geng M yang memang duduk di dekat Monica untuk membuka perban di lutut Monica.
Setelah beberapa menit, akhirnya Mimi terpengaruh dan refleks menarik perban di lutut Monica.
"Ah lukanya gak parah padahal, kenapa harus di perban," ucap mbak Kunti.
"Yaaaaa siapa yang lepas," ucap Monica panik, dia pun segera menutupi lukanya tapi di tahan sama yang lain.
"Lah kirain parah, goresan doang ini mah," ucap seorang anak laki-laki yang melihat luka Monica.
"Katamu lukanya parah?" tanya salah satu siswi yang juga melihat luka Monica.
"Kalau gitu kenapa di perban? Pake hansaplast aja ini gak masalah."
Teman-temannya yang datang menjenguk Monica mulai mencibirnya, bagaimana tidak ia melebih-lebihkan keadaannya.
"Tapi tetap aja sakit," ucap Monica.
"Dih."
"Balik yok," ucap salah satu cewek mengajak temannya untuk pulang.
"Yo dah, mau istirahat juga gue."
Mereka pun mulai pulang satu persatu, mbak Kun yang masih disana cukup merasa puas dengan aksinya.
"Tinggal di sini dulu kali ya," ucap mbak Kun sambil berkeliling di kamar inap Monica.
Mbak Kun hanya duduk di sofa sambil menatap Monica yang sedang menelpon seseorang, orang-orang yang menjenguknya tadi semua sudah pulang.
Bahkan anggota gengnya pun sudah pulang, "Bosan banget." mbak Kun merebahkan tubuhnya di sofa.
Disaat itu mbak Kun mendengar Monica mengatakan ia tidak bisa jalan karena lututnya yang cedera, seketika mbak Kun bangun dari rebahan nya.
"Heleh-heleh dasar pembohong." mbak Kun mendekati Monica dengan tersenyum, "Gangguin ah."
Mbak Kun mulai menepuk-nepuk pundak Monica pelan, tapi Monica hanya diam.
"Lah gak kerasa berarti," ucap mbak Kun sambil memikirkan ide lain.
Mbak Kun meniup telinga Monica, dan ide nya itu berhasil membuatnya geli.
"Apa sih ini," ucap Monica kesal karena ada yang meniup di telinganya.
Berkali-kali Monica menepis sesuatu di telinganya, agar tidak ada yang menganggu lagi.
Karena Monica tidak bergeming dari tempatnya, mbak Kun pun mematikan lampu kamar Monica beberapa detik, lalu kembali di nyalakan oleh mbak Kun.
"Anjir malah jadi takut gue," ucap Monica sambil melihat sekeliling.
Melihat kesempatan itu, mbak Kun langsung menarik selimut yang digunakan Monica dengan kasar.
"Waaaaaaaaaaaaah." Monica langsung turun dari kasurnya, dan berniat keluar kamar.
Tapi mbak Kun tentu tidak membiarkan Monica untuk keluar kamar, mbak Kun menahan pintunya.
Monica tentu sudah menangis dan terus berucap kasar, "Setan satu ini bukannya berdoa malah ngomong kasar, kerjain lagi ah." mbak Kun semakin semangat untuk mengerjai Monica.
Mbak Kun kembali mematikan lampu, dan menghidupkan kembali setelah beberapa detik.
"Setaaaaaaaan," teriak Monica, dan ia pun berhasil membuka pintu kamar inapnya.
Nafas Monica sudah tak karuan, jantung nya pun serasa hampir copot karena ketakutan.
Di saat itu ibunya Monica baru datang karena baru pulang dari luar kota.
"Monica," panggil ibunya.
"Ibu." Monica langsung berlari menghampiri ibunya dengan berlari.
Mbak Kun hanya duduk di bangku yang ada di depan kamar inap Monica, "Lemah, gitu doang takut."
Setelah Monica tenang, ibunya baru menanyakan kondisi anaknya.
"Kata kamu lukanya parah, ko kamu bisa lari tadi?" ibunya pun melihat luka Monica.
"Monica? Gak lucu ya kamu bercanda soal sakit, ini luka kamu cuma goresan, kenapa harus pake drama lukanya parah terus gak bisa jalan?" ucap ibunya Monica kesal karena Monica berbohong.
"Tapi bu,"
"Ibu disana itu gak lagi jalan-jalan, ibu lagi kerja Monica, ayo pulang," ajak ibunya Monica, mau tidak mau Monica menurut kepada ibunya.
Monica tentu malu, karena banyak orang yang melihat ia di omeli ibunya.
"Selesai mari balik, sampai ketemu lagi setan, ini baru awal jadi persiapkan dirimu," ucap mbak Kun melambaikan tangan ke Monica.
"Semoga aja Elzein belum datang." mbak Kun segera kembali di kamar Elsya.
Tapi baru saja mbak Kun mau masuk, seketika mbak Kun berhenti karena ia merasakan aura Elzein dari dalam kamar Elsya, alhasil ia hanya berdiri di depan pintu, setelah berdiri cukup lama barulah Elzein memanggilnya.
...--- flashback off ---...
"Bagus, lain kali hajar aja," ucap Elzein.
"Oke bos."
Setelah memastikan Elsya bener-bener tidur, Elzein pun beranjak untuk mematikan lampu karena ia pun juga mau tidur.
Keesokan harinya, Elzein mengurus administrasi adiknya sebelum pulang, Elsya memang belum sembuh total bahkan jalan pun masih butuh bantuan tongkat.
"Sudah selesai?" tanya Elsya saat melihat kakaknya yang sudah kembali ke kamar inapnya.
"Sudah, tunggu bentar gue pinjam kursi roda."
"Gue bisa jalan."
"Beneran?" Elsya langsung menganggukkan kepalanya.
"Pelan-pelan aja lu jalan," tegur Elzein saat melihat Elsya berjalan cukup cepat.
Sesampainya di mobil Elsya langsung masuk, ia merasa heran karena ini bukan mobil kakaknya.
"Lu beli mobil?" tanya Elsya.
"Gak lah, kemarin gue bawa motor mana bisa lu pulang naik motor," jawab kakaknya.
"Kita ke sekolah lu dulu ya, gue mau ngasih surat sakit lu, untuk beberapa hari gak usah ke sekolah, kalau bisa masuknya pas lu udah mulai ujian," ucap kakaknya.
"Mana bisa gitu."
"Nanti lu gak usah turun, biar gue aja."
"Iya."
Sesampainya di depan sekolah Elsya, Elzein sengaja memarkirkan mobilnya di luar sekolah agar tidak ada yang melihat Elsya.
"Tunggu disini, jangan keluar."
"Iya."
Elsya hanya melihat sekeliling dari dalam mobil, dan tidak sengaja ia melihat seorang nenek-nenek yang ingin menyebrang jalan.
Tapi kendaraan yang lewat tidak ada yang memelankan laju kendaraannya, melihat itu Elsya mau turun dari mobil untuk membantu nenek-nenek itu menyebrang.
"Mau kemana lu?" tanya mbak Kun yang tiba-tiba nongol di kursi kemudi.
"Itu neneknya mau nyeb...." belum sempat Elsya menyelesaikan ucapannya, Elsya melihat nenek tadi tertabrak mobil, tapi tubuh nenek itu di tembus sama mobil yang menabraknya.
"Setan ternyata," ucap Elsya spontan.
"Bisa-bisanya lu juga gak tau kalau dia itu setan."
jika bersedia km bs follow ak dan ak bs undang kamu mksh.