Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Makan Saja Sendiri!
Bara meregangkan otot-ototnya seraya mengumpulkan nyawanya pagi itu. Menatap ke sekeliling kamarnya, ia pun langsung melompat dari atas ranjang saat merasakan cahaya matahari sudah mulai tampak dari sela-sela tirai jendela kamarnya.
Melihat penanda waktu yang ada di atas nakas di samping headboard ranjangnya ia pun tak sadar mengumpat.
"Aaargh sial. Ini sudah hampir jam 7 pagi!"
Tak pernah ia bangun sampai telat seperti ini selama hidupnya. Karena rutinitasnya cukup terjadwal dengan baik. Pria itu pun semakin merasa kesal karena harus melewatkan acara olahraga pagi yang biasa ia lakukan setiap subuh.
Bergegas ia ke kamar mandi untuk mandi kilat dan bersiap. Sarapan pagi sepertinya akan dilakukannya di kantor saja karena waktu begitu mendesak dan ia sangat tak suka terlambat.
Menjadi pimpinan haruslah memberikan contoh yang baik agar semua karyawan juga bisa melakukan hal yang sama.
Memakai pakaiannya cepat dan buru-buru, bayangan tentang tetangga barunya yang sangat ia benci itu kembali terlintas.
"Aaaa Ini pasti gara-gara tetangga murahan itu!" kesalnya saat bayangan pelakor itu berani menamparnya semalam. Harga dirinya seolah-olah sengaja diinjak-injak.
Kaki Bara tanpa sadar melangkah ke arah jendela dan membuka tirainya sedikit. Mengintip keluar dan memastikan kalau wanita selingkuhan papanya itu sudah pergi dari rumah itu.
Sepi...
Rumah itu masih nampak gelap dan tak ada tanda-tanda ada penghuninya. Bara pun mengangkat ujung bibirnya menyeringai. Perasaannya berubah jadi lebih baik. Itu berarti Devano sudah berhasil mengusir wanita itu sesuai perintahnya.
"Bagus Dev. Aku tahu kalau kamu bisa," ucap Bara tersenyum. Gegas ia meraih handphonenya dan mentransfer sejumlah uang untuk hadiah bagi sang asisten.
"Rasakan kamu pelakor!" ucap Bara menyeringai. Membayangkan wanita itu akan luntang-lantung di jalan dan menjadi santapan pria mokondo, ia pun tersenyum senang.
"Wanita sepertimu layaknya di tempat yang sesuai dan bukannya di sini hahaha!"
Merapikan rambutnya dengan cepat, ia pun segera berangkat ke perusahaan. Meskipun bangun kesiangan, hatinya tetap merasa senang karena penderitaan sang mama bisa ia balaskan.
Memasuki gedung berlantai puluhan dengan sapaan hormat dari semua karyawan, ia pun langsung menuju ruangan kerjanya. Tak ada basa-basi yang ia lakukan seperti kebiasaannya selama ini. Sikap dingin dan tak tersentuh akan selalu ada pada karakternya.
Duduk di kursi kerjanya yang baru ia tempati beberapa hari ini karena terpaksa, ia pun mulai mengecek keadaan semua departemen dari kamera pemantau.
Seulas senyum terbit di wajahnya yang tampan. Hatinya bahagia karena semua urusan berjalan dengan semestinya. Rasa kesalnya sejak kejadian kemarin sampai pagi ini sudah terlupakan.
Gegas, ia membuka laptopnya untuk mulai bekerja tapi sayangnya, perutnya tiba-tiba berbunyi minta hak. Ia baru sadar kalau belum ada makanan pun yang masuk ke dalam perutnya.
Sebuah tombol ia tekan untuk mengirim pesan suara ke bagian pantry agar ia dibawakan sarapan pagi, setelah itu ia melanjutkan pekerjaannya sembari menunggu.
15 menit kemudian, pintu ruangannya di ketuk dari luar. Dan ia yakin kalau menu sarapan yang ia minta pasti sudah datang.
"Masuk!" titah Bara mempersilahkan masuk. Seorang Office Girl, yang tak lain adalah Zizi pun masuk ke dalam ruangan yang cukup luas itu dengan membawa baki berisi nasi padang pesanan sang bos.
Gadis itu merasakan tubuhnya membeku saat tahu kalau bosnya adalah tetangganya yang merupakan musuhnya. Bara pun sama, pria itu sangat kaget dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
Mereka berdua saling bertatapan dengan pikiran-pikiran buruk memenuhi kepala mereka berdua.
"Kamu disini?" ucap pria itu dengan tatapan tajamnya.
Zizi tak menjawab, ia hanya bisa menelan salivanya kasar. Tak menyangka kalau dunia ini benar-benar hanya selebar daun kelor dan sekarang ia bertemu lagi dengan pria yang sangat menyebalkan itu.
"Ngapain kamu disini hah?!" tunjuk Bara emosi. Ia sampai berdiri dari kursinya dan mendekati Zizi yang hanya berdiri mematung.
"Jawab!"
Dalam hitungan detik, Zizi tak mampu menjawab. Perasaannya tiba-tiba takut karena insiden semalam. Ia khawatir kalau-kalau pria itu akan membalas tamparan yang ia berikan malam sebelumnya.
"Hey! Ngapain kamu disini hah?!" ulang Bara bertanya.
Zizi hanya bisa tersenyum meringis kemudian segera menata makanan yang ia bawa di atas meja di hadapan Bara. Ia berpura-pura tak perduli.
"Silahkan pak, makan dulu, nanti kalo udah kenyang baru marah-marah lagi," ucap Zizi berusaha santai dan langsung kabur dari tempat itu.
Tak ada pilihan lain selain menghindar atau hidupnya akan hancur.
"Hey! Berhenti kamu!" teriak Bara. Akan tetapi Zizi tak ingin mendengar dan juga tak ingin patuh. Perasaan takutnya lebih mendominasi.
Bara mengepalkan tangannya emosi. Perasaannya kembali kacau. Wanita itu seakan-akan ditakdirkan untuk menggangu kehidupannya.
"Devano!" teriak Bara dengan emosi tertahan. Sang asisten, yang merupakan sekretarisnya sendiri, langsung memasuki ruangan itu dengan tergesa-gesa.
"Ada apa pak?" tanya pria itu bingung.
"Apa saja yang kamu lakukan semalam hah?!"
"Gak ada pak."
"Apa?!"
"Rumahnya sepi pak. Kayaknya penghuninya udah tidur, kasihan kan kalo diusir. Jadi saya putuskan untuk pulang saja pak."
"Astaga!" Wajah Bara memerah karena menahan amarahnya. Pria itu meraup wajahnya kasar.
"Kembalikan bonus yang aku kirim padamu!"
"Pamali pak kalau sedekah diminta kembali. Rejeki dan jodoh akan seret pak."
Brrrr
Bara semakin kesal.
"Kalau gitu pecat OG yang baru masuk ke ruangan aku!"
"Maaf pak. Untuk Office Girl yang tadi, udah ada SK tetap dari tuan besar. Gak boleh dipecat dan malah harus naik golongan jadi asisten pribadi pak Bara."
"Apa?!" Wajah Bara kembali nampak sangat kaget.
"Mbak Meta, kepala bagian HRD udah ngasih salinan Surat Keputusan pak Presiden Direktur."
Kepala Bara terasa berasap. Rahangnya mengeras sempurna.
"Jadi semua ini rencana tua bangka itu heh?! Baiklah Dev. Aku yang akan keluar dari perusahaan ini!"
"Waduh pak Bara. Jangan seperti ini dong. Gimana nasib Perusahaan kalau ditinggal begini saja?"
Bara langsung meraih handphonenya tak perduli dan langsung meninggalkan ruangan itu. Ia merasa kalau papanya semakin ingin menunjukkan hubungannya dengan wanita itu dan memberinya tempat yang sangat bagus.
Lama-lama, mungkin ia yang akan didepak keluar oleh wanita itu.
"Pak Bara, makan dulu," panggil Devano saat melihat makanan di atas meja.
"Gak. Kamu saja yang makan. Aku gak sudi makan dari tangan wanita itu."
"Astaga pak. Ini dari rumah makan Padang lho. Bukan Zizi yang masak. Mana enak banget lagi rendangnya."
"Makan saja sendiri!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen 😍
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀