NovelToon NovelToon
Who?

Who?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:661
Nilai: 5
Nama Author: Dinkacill

Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.


Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Plan A

Sudah 2 minggu Lisya menjadi murid di PHS. Tapi masih tak dapat petunjuk kasus kematian Velia. Padahal dia rela berteman dengan Seira yang sangat bertolak belakang dengan dirinya dan hasil yang ia dapat menonton kebucinan Seira dan Revan setiap harinya. Bahkan ia tak pernah melihat Seira membully seseorang di PHS

"Bel, kita salah tersangka gak sih?" ujar Lisya pada Sabela yang sedang memakai masker wajah

"Gue juga bingung, semenjak Velia udah gak ada, si Seira mendadak jadi siswi kalem" ujarnya kemudian kembali mengoles masker wajah nya "Ca, Lo beneran gak mau pake masker wajah?"

Lisya menggeleng tidak minat dan hanya berbaring di kasur Sabela sambil menatap langit-langit kamar

"Kayaknya ya, dia gak bully orang lagi karena gak ada yang nyaingin atau ganggu dia" seru Sabela

Lisya langsung duduk bersila menghadap ke arah Sabela "Yaudah lo coba ganggu dia"

Sabela melotot "anjir! Kalau gitu gue yang mati abis itu"

"Aelah gak mungkin mati. kita cuma liat dia masih mau ngebully gak?" ujar Lisya dengan santai

"Pasti masih lah, liat aja Velia yang gak pernah nyenggol dia aja kena bully karena tersaingi apalagi gue yang ganggu dia terang terangan"

"Heran gue, kenapa banyak yang takut sama dia. Bagi gue dia biasa biasa aja kayak anak mama" ujar Lisya

Sabela mendelik "Lo aja belum pernah liat dia ngamuk dan ya jangan lupa dia itu anak tunggal Astana, kalau gak gue udah jadi orang terdepan jambak rambutnya" ucapnya

Lisya mendengus "Sok banget lo, walau dia bukan orang kaya lo tetap gak berani nyentuh ujung rambutnya"

"Ya gimana lagi temen baru lo itu auranya nyeremin" ujar Sabela kemudian tertawa pelan

"Tapi kan Velia juga kaya ya, kok bisa Seira berani sama Velia?" tanya Lisya penasaran

"Pikir pikir aja ya, Velia itu jarang diperhatiin, keluarga nya aja gak tau anaknya sering dibully walau itu juga salah Velia yang gak pernah ngasih tau bonyoknya tapi tetap aja keluarga Velia itu tingkat kepeduliannya tuh nol. Sedangkan Seira punya kekuasaan, kekuasaan itu bukan cuma duit aja tapi orang yang jadi garda terdepan saat dia dalam masalah" jawab Sabela panjang lebar

"Siapa? Revan?"

"Ya kali Revan cuek bebek kek gitu jadi garda terdepan pelindung Seira"

Lisya mengganguk, benar juga selama melihat kebucinan Seira dan Revan tak pernah aura mencintai dari Revan. Laki-laki itu hanya selalu cuek menanggapi Seira

"Terus siapa?"

"Bapaknya" jawab Sabela

"Maksud lo?"

Sabela meletakkan masker wajah nya di meja rias kemudian menatap Lisya "Seira udah banyak kasus nya tapi selalu ditutupin sama bokapnya yang kaya. Seperti yang lo denger denger, semua orang itu paling takut berurusan sama bokapnya karena kalau dia tersinggung dikit ya abis sih idup lu"

"Jadi gimana dong, gue udah muak jadi antek Seira yang selalu gatelin geng Revan"

"Ya udah berhenti aja"

"Terus, 2 minggu gue sama mereka sia-sia. Gak ada cara lain gitu buat ungkapin sikap busuk Seira" ujar Lisya

Sabela berpikir lalu berucap "gue kan gak berani ganggu dia jadi lo aja sana"

Lisya menaikkan alisnya "maksud lo gue harus ganggu dia?"

"Bukan ganggu sih tapi nyaingin.  Persis kayak Velia yang berhasil di atas dia dan bikin Seira iri. Lo juga gitu walau citra anggun lo udah gak ada lagi di PHS setidaknya cari hal lain yang bisa nyaingin dia" jelas Sabela

"Gimana cara mulainya?" ujar Lisya tertarik dengan usulan Sabela

Sabela memindai temannya dengan tatapan mata menyipit "lo udah cantik, pinter, imut, berbakat jadi harus lo tonjolin biar dia gak terima kalau lo jadi pujaan di PHS"

"Ide bagus, pasti dia bakal bully gue kan?" ujar Lisya tanpa ragu

Sabela menatap tak percaya pada Lisya "anjir! Bisa-bisanya pengen jadi korban bully"

"Gak pengen sih tapi gue penasaran. Apa emang si Seira itu emang kejam? setidaknya setelah dia ngelakuin kekerasan, gue tau karakter dia dan bakal dapat petunjuk kasus Velia"

"Gak menjamin juga ca. Lo bakal jadi target dia sampai lo keluar dari sekolah. Gue cuman asal-asalan aja tadi nyuruh lo jadi saingan dia" ujar Sabela panik melihat kenekatan Lisya

"Tapi itu ide bagus banget loh bel"

"Heh tolol, ntar lu yang mati tau rasa lo"

"Serah deh gue udah pas sama ide ini tapi masa gue harus jadi cewek caper biar populer" ujar Lisya membaringkan tubuhnya kembali

"Tunggu dulu, jadiin itu plan A dan masih ada plan B dari gue dan kayaknya ini agak lebih mendingan daripada nonjolin diri lo" Sabela berjalan mendekat ke arah Lisya yang sudah bertopang kepala menatap nya

"Deketin Revan"

...****************...

"Yang semangat dong" titah guru olahraga sambil menjitak kepala Alan

Alan berdecak kesal sedangkan Aren yang disebelahnya tertawa pelan.

Pagi ini adalah jam olahraga. Kebetulan ada 3 kelas 11 yaitu kelas A,C, dan kelas D yang memiliki jam pelajaran olahraga hari ini. Tetapi di karena kan guru olahraga yang lain tidak datang jadi semua di gabungkan dengan kelas 11-A

Mereka melakukan senam, kata gurunya pemanasan sebelum memulai kegiatan dan belum tau olahraga apa yang bakal dilakukan.

"Sasya, lemes amat neng" teriak Alan yang posisinya di belakang Sasya

Sasya mengumpat dalam hatinya. Jika bukan karena untuk nilai mana mau ia disuruh jadi instruktur senam begini. Untung dalam ruangan jadi tidak terpapar sinar matahari

"Alan Sasya? Boleh juga tu kapal" ujar Ara melihat Alan yang terus menoel bahu Sasya

"Entar di smekdon Sasya, tau rasa lo" ujar Seira yang berdiri di belakang Ara

Lisya hanya mencoba fokus ke gerakan senam. Mengabaikan orang orang yang berbincang di sekitarnya. Sedikit sial hari ini karena musuh nya berdiri di sebelahnya

Jewar, ketos menyebalkan dengan wajah lempeng.

Setelah pemanasan mereka diberikan istirahat sebentar. Mereka semua duduk di lantai lapangan.

Bahu Lisya ditoel dari belakang "Gak nyangka gue, kalo elo juga kelas 11" ujar Vino dengan senyum ramahnya dan menyodorkan air minum

Lisya berbalik dan menaikkan alisnya seakan bertanya apakah air itu ditujukan untuk nya "ya, untuk lo"

Lisya menerima nya dan kemudian meneguk. Segarrr sekalee karena masih dingin

"Dedek gemes namanya siapa?" tanya Vino dengan ramah

"Lisya"

Vino menyodorkan tangan kanan nya kemudian berucap "gue Vino dari kelas A dan ya kita udah ada interaksi sebelum nya"

Lisya membalas jabatan tangan itu singkat kemudian tatapan nya beralih pada laki-laki di sebelah Vino.

"Cowok songong?" ujarnya tanpa sadar

"Jewar namanya" ujar Vino kemudian berbisik pada Jewar

Jewar menyodorkan tangannya ogah ogahan karena suruhan Vino. Lisya hanya mendelik melihat tangan Jewar yang terjulur lalu dengan malas membalas jabatan itu. Mereka dengan cepat melepas nya dan menggosok gosok tangan mereka ke celana seolah baru memegang hal kotor

"Kayak bocah aja lu berdua" ejek Vino yang tidak dihiraukan Lisya berbeda dengan Jewar yang menatap tajam Vino

"Lisya!" seru Ara yang langsung duduk di sebelah nya. Ara tak sendiri melainkan ada Seira, Sasya, Revan, Kalvin, Aren dan Alan.

"Wah Lisya kayaknya punya temen baru. Ketos pula" ujar Ara

Temen sama manusia spek Jewar? Gak Sudi bro!

Mulutnya malas menyerukan kekesalan nya karena dianggap berteman dengan spek Jewar ini.

"Gak nyangka ya cirkle lo, rombongan nya Ara" ujar Vino pada Lisya

"Umm mereka temen gue" jawab Lisya

Vino mengulurkan tangannya kemudian merapikan anak rambut Lisya. Karena sebelah matanya tak terlihat

"Mata lo yang satu lagi gak keliatan" ujar Vino

"Sialan! Yayang gue jangan disentuh sentuh" pekik Aren

Alan mengumpat karena Aren memekik tepat ditelinga nya.

"Istirahat nya udah cukup sekarang baris lagi" titah guru itu

Semua siswa-siswi di lapangan itu berdiri dan berbaris dengan rapi. Sekilas Lisya melihat Sasya yang terus menatap Jewar tapi ia tak peduli.

"Hari ini kita praktek basket. Bapak tau kalo semua laki-laki disini udah bisa jadi sekarang kalian bakal ngajarin siswi perempuan. Bapak bakal bagi beberapa tim nanti terserah kalian ngajarin pakai metode apa dan nanti kita langsung praktekin masukin bolanya ke ring. Satu orang 5 kali dan kelompok yang paling banyak masukin bola dalam ring bakal dapat nilai tinggi dan sebaliknya, paham?"

Kelompok sudah dibagikan. 1 kelompok terdiri dari 6 orang dengan pilihan guru olahraga tersebut. Lisya menjadi malas sendiri karena salah satu kelompok nya ada Jewar.

"Poin gue harus tinggi buat nyaingin Seira. Saatnya memulai misi, Plan A" batin Lisya

"Nama lo Lisya kan" ucap cewek yang mungkin dari kelas sebelah. Lisya hanya menggangguk sebagai jawaban.

"Udah tau main basket?" tanya gadis itu

"Belum" jawab Lisya. Lisya hebat dalam bermain voli tapi payah dalam basket. Dirinya selalu gagal kalau mencetak bola ke dalam ring.

"Gini deh, kan tim kita pas 3 cewek 3 cowok dan para cowok juga pada jago main basketnya. Biar gampang 1 cowok ngajarin 1 cewek, gimana?"

"Setuju aja sih" jawab salah satu laki-laki

Gadis tadi membagi para cowok yang akan mengajari mereka

"Lisya sama Jewar"

What the hell-

1
mina
kalau jadi sasya hilang aja dah aku
mina
huwaaa baper
mina
menyala banget Lisya Jewar
mina
update ya hari ini thor
mina
penasaran banget siapa cowok Velia
mina
makin menarik aja nih yhor
mina
semangat terus thor
mina
Revan, sedang ad bibit bibit cinta
mina
menyala Lisya Revan
mina
bingung 😕
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan
mina
Plan B aja yang dipake
mina
keluarganya gak ada yang peduli
mina
Semangat thor
Libny Aylin Rodríguez
Kece banget!
Lily
Membuatku terinspirasi.
Ververr
Terima kasih untuk cerita yang luar biasa, tolong jangan berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!