NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Bab 5

"Al, ingat ya pesen mama. Nakalnya dikurang-kurangin, kamu anak baru di sini. Mama takut kamu nggak punya temen nantinya." Ucap Elen setelah mereka keluar dari kantor Kepala Sekolah SMA Bina Husada, sekolah yang akhirnya dipilih oleh Al dari tiga opsi yang diberikan oleh Rissa.

"Iya, ma. Al tahu." Balas bocah itu terdengar meyakinkan.

"Yaudah, mama pulang. Langsung telepon mama aja kalau kamu nggak nyaman atau gimana-gimana ya." Yah, terlihat jelas Elen mengkhawatirkan putranya itu sebab ini pertama kali dalam sejarah hidup Calvin harus pindah sekolah.

"Apalagi kalau kamu sampai di bully, wajib kasih tahu mama." Imbuh Elen. Mengapa seperti itu? Untuk berjaga-jaga saja, mengingat Al terpaksa pindah sekolah karena memiliki masalah sebelumnya meskipun Elen yakin seharusnya tidak ada yang tahu masalah Al itu di sekolah barunya.

"Iya, ma. Sana mama pulang."

"Ngusir?" Elen menatap Al galak.

Nggak ikhlas rasanya meninggalkan Al di sekolah barunya takut Al terkena bully.

"Ma, Al mau sekolah. Emang mama mau ikut Al masuk kelas?" Tanya Al malas. Super protektif sekali si mamanya ini.

"Iya, iya. Ya udah, mama pulang."

"Hem."

Deheman menjadi penutup dari percakapan mereka. Al lalu masuk ke kelas barunya bersama wali kelas barunya. Dan, Elen bergegas pulang.

"Hai, nama gue Calvin Chris Marin." Begitulah perkenalan singkat dari Al kepada teman sekelasnya.

"Udah itu aja, Al?" Tanya wali kelasnya. Al mengangguk singkat.

"Yasudah, kamu cari tempat duduk sana!" Titah wali kelasnya.

Al memilih duduk di bangku paling belakang yang dekat dengan jendela. Agar ia bisa sesekali tidur saat mengantuk di jam pelajaran.

"Hai, gue Dion." Ucap bocah seusia Al yang duduk di depan Al.

"Hem." Al si irit bicara hanya menjawab dengan deheman. Sebenarnya Al bukan anak yang jarang bicara, tapi berbeda jika dengan orang baru.

"Lo pindahan dari mana?" Tanya Dion penasaran.

"Garuda." Lagi-lagi Al menjawab singkat dan Dion mengangguk.

"Kalau ada yang lo pengen tahu tentang sekolah ini bilang aja ke gue. Gue anaknya populer di angkatan kelas sepuluh."

"Hem.

"Dion, kamu ngapain?!" Tegur wali kelasnya melihat Dion nampak mengajak Al ngobrol padahal mereka masih jam pelajaran.

"Nggak, pak. Saya cuman nyapa Al aja." Jujur Dion lalu kembali menatap depan.

Di rooftop SMA Bina Husada saat jam istirahat. Beberapa anak laki-laki tengah merokok di sana namun ada satu orang yang tidak ikut merokok. Dia adalah Arka yang juga merupakan anak SMA Bina Husada. Arka lebih tua satu tahun dari Al, Arka sekarang duduk di kelas XI.

"Lo yakin anak baru yang bikin heboh itu si Calvin?" Tanya Orion, teman sekelas Arka.

"Gue yakin banget, lo tahu gue pernah satu les privat sama tuh anak dulu." Lucas menanggapi.

"Ck, nyari mati tuh anak pindah ke sekolah kita." Orion tersenyum miring menatap Arka yang terlihat santai duduk sambil memainkan ponselnya.

"Gimana Ka, kita kasih pelajaran buat tuh anak?" Tanya Orion meminta pendapat Arka.

"Terserah kalian." Balas Arka datar. Dia tidak peduli. Namun, Al memang musuh gengnya dari SMA Garuda.

"Kita bisa tunjukkan siapa yang berkuasa disini." Imbuh Lucas.

"Hem." Deheman singkat dari Arka itu diartikan persetujuan oleh teman-temannya. Maka sudah dipastikan hari pertamanya Al sekolah tidak akan tenang. Apalagi Arka dan teman-temannya bisa dikatakan bosnya SMA Nusantara bahkan tidak ada yang berani membuat masalah dengan gengnya Arka mengingat ayah dari Arka juga merupakan donatur terbesar sekolah itu.

***

Setelah mengantar Calvin ke sekolah barunya, Elen langsung pergi ke kafe. Hari ini jadwalnya Elen mengunjungi kafe miliknya. Satu kafe yang lumayan besar dan dua toko kue adalah sumber penghasilan utama dari Elen saat ini.

Kafe Elen memiliki tiga lantai dengan rooftop sebagai area outdoor mereka. Tidak hanya kafe saja, kafe miliknya itu juga dilengkapi dengan meeting room. Salah satu ruangan yang sering disewa dan menghasilkan pundi-pundi lumayan.

"Mas Fandi, Gimana? Apa ada masalah?" Tanya Elen sambil menghampiri Fandi, manajer kafe sekaligus orang kepercayaan Elen yang bertanggung jawab pada kafe miliknya. Keluarga Fandi sudah turun-temurun bekerja dengan keluarga Elen. Dulu bapaknya yang bekerja dengan orang tua Elen sekarang Fandi yang menggantikan bapaknya bekerja dengan Elen.

"Eh, kamu udah datang, Len." Fandi tersenyum senang melihat bosnya datang, Nggak ada masalah, cuman ada yang mau aku obrolin sama kamu. Kita ke ruangan kamu aja."

Elen mengangguk lalu dia dan Fandi pergi ke ruangan Elen.

"Mau ngomongin apa, mas?" Tanya Elen penasaran. Kalau sampai berbicara di ruang kerja Elen sepertinya hal yang serius.

"Nggak ada yang serius, sih. Aku cuman mau kasih laporan aja, lahan di samping kafe mau dijual tuh. Barangkali kamu mau beli." Ucap Fandi sebab Elen sempat mengatakan ingin memperluas kafe miliknya.

"Pasang harga tinggi nggak, mas?" Tanya Elen menimbang, "Kalau tinggi palingan aku bisa beli lahannya dulu aja, bangunnya sambil jalan. Aku habis bayar sekolah baru Calvin soalnya."

Ya, Elen mengeluarkan uang yang tidak sedikit agar putranya itu bisa masuk ke SMA Bina Husada yang kualitasnya sama bagusnya dengan SMA Garuda. Bahkan terbilang lebih elit.

"Itu aku sudah dengar dari Rissa kalau Al pindah sekolah. Yang sabar ya, Len." Balas Fandi memberikan tepukan pada bahu Elen.

"Coba nanti aku tanya ke yang punya mau dilepas di harga berapa per meternya, kalau menurut aku masih oke nanti aku kasih tahu kamu. Biar kamu bisa langsung nego ke yang punya. "Lanjut Fandi.

"Iya, boleh, mas." Elen setuju. Lagi pula menurutnya tidak rugi jika berinvestasi di lahan atau properti soalnya beda tahun pasti harganya naik.

Setelah memastikan tidak ada masalah di kafe, Elen pergi ke cake Bray. Seperti biasa Elen akan sibuk di cake Bray pusat. Hari ini dia ingin membuat kue untuk Al. Mencoba-coba resep baru. Ya, selama satu bulan ini Elen memang gencar mencoba resep baru untuk menambah varian produk yang bisa dijual di cake Bray miliknya.

"Mba, gimana Al tadi?" Rissa yang sudah pulang dari kuliah itu bergabung dengan Elen di dapur bakery. Rissa sudah memakai apron dan siap membantu Elen.

"Ya, kalau tadi, sih, aman-aman aja." Jawab Elen datar sambil memasukkan cupcake percobaan pertama ke dalam mesin oven.

"Semoga Al betah ya, mba."

"Iya, semoga dapat teman baru yang nggak nakal. Itu sih, Ris. Harapan mbak."

Namun apa yang terjadi sangat berbeda dengan harapan Elen dan juga Rissa. Baru satu hari bersekolah di sekolah baru, Al sudah pulang dengan lengan memar.

"Berantem sama siapa, Al?" Tanya Elen melihat lengan putranya lebam. Lebam itu terlihat jelas karena Al mengenakan seragam pendek.

"Nggak berantem, ma. Jatuh dari motor." Jawab Al berbohong. Dia nggak mau mamanya khawatir.

"Yakin kamu?" Tanya Elen memastikan.

"Iya, ma. Lagian hari pertama Al bisa berantem sama siapa, ma?" Al cemberut kesal.

"Iya, sih. Ya udah sana, cuci tangan-cuci kaki terus makan."

"Iya, ma." Al berlalu pergi ke kamarnya.

Elen memang sengaja pulang di jam Al pulang sekolah karena ingin tahu bagaimana sekolah El di hari pertamanya pindah. Ya, meskipun Al jatuh dari motor, selebihnya Elen merasa lega karena sepertinya aman-aman saja.

Tapi...

Hari kedua..

Hari ketiga..

Hari keempat..

Calvin selalu pulang dengan lebam-lebam yang berbeda. Puncaknya kali ini wajah Al bonyok. Ada beberapa lebam di bagian pipi dan ujung bibirnya.

"Jujur sama mama Al, kamu berantem ya?" Tanya Elen duduk di ruang keluarga tengah menyidang si Al.

"Maaf, ma."

Elen menghela napas berat mendengar kata maaf dari Al. Baru empat hari bersekolah sudah mempunyai musuh?

"Tapi, ini bukan dari sekolah baru, ma. Mama tenang aja, ini dari luar sekolah, kok. Musuh aku yang dulu bikin ulah. Ya, aku 'kan, cuman membela diri, ma." Ucap Al cepat menjelaskan agar mami Elen nggak khawatir tentang kehidupan Al di sekolah barunya.

Yang ada bukanya Elen merasa lega akan ucapan Al barusan malah semakin khawatir.

"Al, kamu udah pindah sekolah. Apa nggak bisa stop berurusan sama anak-anak dari sekolah lama? Mama takutnya nanti berpengaruh ke sekolah kamu, Al." Kekhawatiran begitu kentara di wajah Elen. Ia tidak mau sampai Al terkena masalah lagi yang berimbas pada pendidikannya.

"Iya, ma. Al usahain."

Yasudah, Al sudah bilang begitu. Elen juga tidak bisa terlalu keras dengan Al. Dia juga kasihan melihat Al yang selalu pulang dengan lebam-lebam itu entah lengan, kaki atau wajah ada aja lebam baru tiap harinya.

Namun... Apakah keadaan membaik? Jawabannya enggak, Al malah masuk rumah sakit setelah seminggu dia bersekolah di sekolah barunya. Tapi, penyebabnya bukan berantem atau tawuran. Al yang pulang dari sekolah ditabrak oleh orang yang nggak bertanggung jawab dan berakhir masuk rumah sakit.

"Al, nggak papa, ma. Ini cuman luka kecil aja, mama jangan nangis lagi." Ucap Al menenangkan Elen yang sedari tadi menangis sambil menatap Al yang terbaring di brankar.

Bukannya berhenti menangis, Elen justru menangis semakin keras. Al tidak tahu apa yang Elen rasakan saat polisi menelpon dirinya tadi dan mengatakan Al masuk rumah sakit karena tabrak lari. Jantung Elen hampir saja copot dari tempatnya saking kagetnya.

Nggak ada yang paling Elen pedulikan di dunia ini sekarang kecuali Al. Elen paling nggak bisa untuk nggak nangis kalau itu menyangkut Al.

"Kamu beneran nggak papa, Al?" Baru setelah beberapa saat meredakan tangisnya, Elen akhirnya merasa tenang dan bisa menanyakan bagaimana kondisi putranya.

"Lihat aja, ma. Aku nggak papa, cuman keseleo gara-gara kaki aku ketindih motor tapi nggak papa, paling dua hari sembuh." Al mengangkat kecil kakinya yang tengah di gips.

"Tega banget orang yang udah nabrak kamu, Al. Mama pengen banget bikin perhitungan sama dia. Mama bener-bener kesel banget sama tuh orang." Gerutu Elen. Bisa-bisanya orang yang udah menabrak Al bukannya membantu malah melarikan diri.

"Udahlah, ma. Biarin aja, yang penting Al nggak papa." Al malas memikirkan hal itu. Baginya yang penting lukanya nggak parah.

"Mbak polisi mengabari udah menangkap orang yang nabrak Al." Rissa masuk ke dalam ruang perawatan Al sambil memberikan informasi itu. Dia baru saja mendapat telepon dari pihak kepolisian. Ya, Elen nggak bisa diam aja. Dia tentu saja melaporkan peristiwa yang baru saja Al alami ke kantor polisi. Biar Al mendapatkan keadilan.

"Mama ngelaporin yang nabrak aku?" Tanya Al ingin tahu.

"Ya kamu pikir?? Mama nggak terima anak ganteng mama dicelakai gitu aja." Elen beranjak berdiri. "Kamu sama tante Rissa sebentar ya, mama mau ke kantor polisi." Pamitnya pada Al.

"Tapi, ma..." Al ingin protes tapi di potong sama Rissa.

"Udah, kamu jangan protes. Sini makan dulu, tante suapin." Rissa sudah meraih jatah makan Al dari nakas bersiap untuk menyuapi anak nakal itu.

***

Aksa sedang berada di dalam mobil yang menjemputnya dari bandara. Dirinya baru saja kembali setelah satu minggu berada di luar kota mengurus bisnis. Wajahnya nampak masam. Jadwal diluar kota yang seharusnya hanya 2 hari menjadi molor satu minggu karena ada masalah.

"Kita udah pulang, Sa. Masih kesel aja lo?" Tanya Brian sambil melirik Aksa yang duduk di jok belakang bagian penumpang. Sementara Brian duduk di depan di sebelah sopir.

"Gue udah kangen sama Arka. Gue bilangnya pergi 2 hari nyatanya seminggu. Anak gue bisa ngira gue bohong. Lo mana ngerti urusan anak bapak. Lo belum punya anak." Kesal Aksa apalagi sang putra tidak menjawab teleponnya sejak beberapa jam yang lalu.

"Yakin lo kangennya sama Arka bukan kangen yang lain." Goda Brian menjurus pada Elen, mamanya Al.

"Lagian Arka pernah lo tinggal ngurus bisnis dua bulan di luar negeri, dia fine-fine aja. Ini cuman seminggu lo udah badmood parah. Bilang aja lo kangen yang lain bukan kangen Arka." Lanjut Brian senang bisa menggoda sahabatnya.

"Berisik!" Aksa enggan menanggapi Brian karena ucapan sahabat sekaligus asistennya itu tidak sepenuhnya salah.

Aksa memang merindukan yang lain.

Selama satu minggu diluar kota tidak pernah satu hari pun ia tidak teringat wajah Elen. Sialnya. Setiap hari bayangan wajah Elen itu tidak pernah absen mengganggu pikirannya. Dan, ini nggak bisa dibiarkan. Aksa harus segera menemui wanita itu. Dia sungguh ingin bertemu dengannya.

Disaat yang bersamaan ponsel Aksa berdering, Ervan yang meneleponnya.

"Kenapa, Van?"

"Sa, lu udah sampai mana? Arka kena masalah lagi sekarang di kantor polisi, ini gue mau jalan kesana. Kalau lu udah dijemput sopir langsung aja nyusul ke kantor polisi." Ucap Ervan di telponnya.

"Oke."

"Kenapa, Sa?" Brian menoleh melihat Aksa nampak panik usai menerima telepon dari Ervan.

"Arka kena masalah lagi, sekarang di kantor polisi. Kita kesana sekarang!" Brian mengangguk lalu memerintah sopir untuk pergi ke kantor polisi.

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!