Namanya ezella, seorang wanita pembunuh bayaran yang kembali ke negaranya dengan tujuan balas dendam.
saat menjalankan misi balas dendamnya, ezella bertemu kembali dengan masa lalu yang menciptakan luka sekaligus sumber bahagia untuk wanita itu.
disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mau main main??
Edo bergidik ngeri melihat mayat yang sudah tak terbentuk di depannya. Dengan perlahan dia memasukan tubuh kaku tuan Andreas ke dalam plastik hitam yang di bawanya tadi.setelah semuanya selesai dia membawanya keluar dari kamar mandi.
"kita lewat balkon, sudah ada satu orang kita di bawah sana" ujar Edo, dia membopong plastik ke pintu balkon lalu membuangnya ke arah bawah.sementara Ezella yang sudah berganti pakaian dengan baju kerjanya, dengan gerakan yang lincah keduanya secara cepat keluar dari kamar itu melalui balkon juga. sampai di bawah, anak buah yang sudah menunggu mereka berdua langsung menyeret plastik itu dan di bawa menuju mobil di jalan samping.setelah memastikan bahwa memang tidak ada yang melihat, mereka pergi sambil menghela nafas lega.
Mereka tidak langsung pulang melainkan harus menemui tuan Grey terlebih dulu, Ezella tidak ingin membuang waktu berlama lama berurusan dengan pria tua itu. Ezella meminta Tuan Grey ke sebuah rumah kosong di sudut kota agar tidak ada yang mencurigai mereka. Edo dan Ezella membawa mobil mereka kesana dengan mayat tuan Andreas yang berada di bagasi.
Tidak sampai beberapa menit, Ezella yang sangat menguasai jalanan, apalagi jalanan sepi di malam hari membuatnya dengan cepat sampai di gedung tua yang mereka janjikan. mereka berdua mengeluarkan mayat yang masih kaku di dalam plastik lalu menyeretnya masuk ke gedung tak berpenghuni itu. Tuan Grey belum menampakan batang hidungnya sama sekali, alhasil Edo dan Ezella harus menunggu sebentar.
Ezella menyalakan kembali earphone yang sudah dia simpan di saku hoddienya, dia cuman mau memastikan apakah Celine masih bangun di seberang, dan nyatanya bumil itu juga masih bangun menunggu kabar dari keduanya. Celine cemas tapi dia percaya sepenuhnya pada Ezella, dan setelah mendapati kabar bahwa Ezella dan edo baik baik saja Celine menghela nafas lega disana .
dua puluh menit kemudian, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah tua itu, Tuan Grey dan sang asisten turun dengan membawa koper kecil di tangannya. Ezella yang melihatnya dari dalam tersenyum tipis sementara Edo sudah bersembunyi sejak tadi, dia hanya was was memperhatikan mereka dari tempat persembunyian dan memastikan tidak terjadi apa apa dengan Ezella.
"selamat malam nona," sapa sang asisten yang masih mengekori tuan Grey dari belakang.
Ezella hanya menundukkan kepalanya tanpa memperlihatkan wajah di balik masker hitamnya.
"dimana mayatnya??" tanya tuan Grey langsung pada intinya, dia juga sudah tidak sabar melihat hasil kerja keras Ezella yang tidak dia sangka akan secepat ini.
"disana tuan!" tunjuk Ezella memberitahu tuan Grey letak mayat dari targetnya. langkah kaki tuan Grey menghampiri plastik panjang yang tergeletak disana, tangannya bergerak untuk membuka plastik itu dan alangkah kagetnya dia melihat mayat yang sudah tak terbentuk disana. Tapi tuan Grey menghela napas lega melihat hasil dari misinya.
"uangnya mana?" tanya Ezella tak sabaran menerima uang hasil kerja kerasnya. Mendengar pertanyaan itu membuat tuan Grey mengalihkan pandangan dan menatap Ezella dengan senyum tipis.
"kau sangat tidak sabaran Nona BLACK ROSE" tukas tuan Grey menekankan identitas Ezella sebagai pembunuh. mendengar itu Ezella hanya tersenyum miring.
"tentu saja tuan, aku sangat tidak sabar mendapati upah dari kerja kerasku!" jawab Ezella dengan tenang, senyum di balik masker hitamnya seolah mengejek tuan Grey yang sudah pasti punya niat lain.
"bagaimana kalau aku tidak memberikan uangnya?" lagi,Tuan Grey berniat memancing kemarahan Ezella, tapi pada nyatanya Ezella hanya tertawa sumbang mendengar omong kosong pria itu.
"jika kau mau mengikuti rekan bisnismu maka tidak masalah!" Jawab Ezella berhasil membuat Tuan Grey menahan marah.
"kau sangat percaya diri nona EZELLA, apa jadinya jika gelarmu sebagai pembunuh terpatahkan di tangan anak buahku??" Benar saja, dia memang mempunyai niat buruk pada Ezella, terlihat pasukan anak buah tuan Grey yang entah dari mana asalnya kini mengepung Ezella, sementara tuan Grey sendiri duduk sambil memangku koper berisi uang yang seharusnya untuk Ezella.
Ezella sangat bersyukur membawa serta Edo yang kekuatannya tidak jauh beda dengan Elgino, hal itu membuat Ezella tidak takut walau puluhan anak buah Tuan Grey sekarang mengepungnya.
"hahahah ternyata Tuan Grey yang terhormat ini adalah sosok pengecut, gimana bisa dia membawa pasukan banyak hanya untuk melawan satu wanita sepertiku hahah" Ezella memancing, dia sangat menyukai ekspresi marah tuan Grey karena mendapati hinaan darinya.
"tertawalah sepuasmu, karena aku yakin ini hari terakhir kamu tertawa seperti itu!" dengan sangat percaya diri bahwa anak buahnya pasti bisa mengalahkan Ezella, ya mungkin saja jika saat ini Ezella hanya sendirian, tapi dia sekarang bersama Edo jadi mustahil untuk mati secepat itu.
"sangat yakin?? aku suka dengan kepercayaan dirimu Tuan,, tapi bagaimana jika kamu yang harus pulang lebih dulu menghadap neraka dari pada aku?" mereka belum menyerang, Ezella yang sudah tidak sabar untuk pulang memulai aksinya dengan mendorong seseorang di depannya. beberapa di antara mereka membawa senjata dan berusaha membidik tubuh Ezella yang dengan lincahnya menghindar, sementara yang lain hanya mengunakan tenaga tanpa apa apa.
belum juga Ezella menyentuh mereka, sudah beberapa diantaranya yang terkapar begitu saja, tuan Grey memandang bingung pasalnya dia tidak melihat Ezella menyerang mereka. dilihat dari tubuh mereka yang terkapar, ada beberapa peluru bertimah panas bersarang tepat pada jantung, entah dari mana asalnya yang pasti timah panas itu bukan dari senjata anak buah Tuan Grey.
Edo yang masih setia berada di balik persembunyian memegang senjata berkualitas tinggi dengan menargetkan satu persatu anak buah pria tua yang masih songong di kursi. Senjata yang dia gunakan memang tidak akan menciptakan suara jika sedang menembak, itulah baiknya menjadi anak buah Elgino, semuanya terlatih dan masing masing memiliki senjata kualitas tinggi seperti ini.
hanya tinggal beberapa anak buah Tuan Grey yang masih tersisa, mereka berusaha mencari celah untuk menyerang tapi tidak bisa, Ezella dengan ketangkasannya hanya tergores sedikit dari sekian banyak peluru yang membidik ke arahnya. Tak berselang lama Edo keluar dari persembunyiannya dengan senjata yang masih dia bawa. Tuan Grey sudah pucat pasi sambil menjatuhkan koper uang yang seharusnya dari tadi udah ada di tangan Ezella.
"hahahha, kamu sudah siap mati tuan??" tanya Ezella dengan ledekan, anak buah Tuan Grey sudah tak tersisa satupun, Edo membabat habis semuanya dengan senjata milik pria tampan itu.
"maaf, tolong ampuni saya nona!!" Tuan Grey duduk sambil meletakan tangannya di depan dada menyiratkan permohonan maaf, Ezella tersenyum miring, dimana letak kesombongan tadi? ini hanya membuang waktunya saja.
"sudah terlambat,, kau hanya membuang waktu berhargaku!" jawab Ezella mengambil koper berisi uang tunai berjumlah 2 triliun, setelahnya dia berjalan lebih dulu sementara edo membidikkan tiga peluru di tubuh tuan Grey sampai tak bernyawa.
"selamat tinggal tuan" senyum tipis Edo berikan sebelum dia berlalu menyusul Ezella yang mungkin sudah duduk manis di mobil tanpa peduli dengan luka kecil di lengannya.
____
lalu juga banyak typo
the best banget ( ̄3 ̄)
pliss lanjut dongg kak,novel nya bagus banget
ditunggu ya kak!
semangat dan cepat update ya
aku penggemar beratmu ♡
ini adalah pertama kalinya aku menulis, kalau ada kritikan dan saran, di komen ya.pastinya karya pertama ini akan sangat susah buatku, jadi mohon dukungannya ya teman teman.jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen jika kalian suka membacanya ya💜
loveyou gesss