NovelToon NovelToon
Permainan Terlarang

Permainan Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Pembantu / Pembaca Pikiran
Popularitas:15.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alim farid

**Sinopsis:**

Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

luna tidak segera memutuskan untuk pulang. Senja yang masih muda dan langit yang belum sepenuhnya tenggelam di balik cakrawala mendorongnya untuk mencari tempat yang bisa memberi jeda pada pikirannya. Ia memilih sebuah restoran mewah—dulu menjadi tempat pertemuan favoritnya dengan Kak elise. Restoran ini menyimpan banyak kenangan dari masa SMA mereka, masa ketika kakak-adik itu sering berbagi cerita sambil menikmati hidangan lezat. Namun, sejak Kak elise menikah dan terbenam dalam hiruk-pikuk kehidupan kantor, kunjungan mereka ke tempat ini menjadi semakin langka.

Seorang pelayan perempuan dengan senyuman ramah membuyarkan lamunannya. Suaranya yang lembut terasa seperti angin sepoi yang menyapa lembut wajah luna, kontras dengan atmosfer berat di panti asuhan yang baru saja ia tinggalkan.

“Selamat sore, Nona. Apakah ada yang ingin Anda pesan?” tanyanya dengan sopan, sembari memberikan buku menu. luna menanggapi dengan senyuman kecil, lalu memesan Tiramisu dan jus mangga—sesuatu yang ringan untuk menemani sore yang mulai beranjak senja.

“Baik, Nona. Pesanan akan segera disiapkan,” jawab pelayan tersebut sebelum pergi. luna kembali terdiam, tenggelam dalam kenangan lama, sebelum matanya secara tidak sengaja tertuju pada sepasang kekasih yang sedang bercumbu dengan berani di sudut ruangan. Pandangannya terhenti sejenak, rasa risih menjalar, tetapi ia segera mengalihkan perhatian, mencoba untuk tidak memikirkan hal itu.

Namun, sebuah suara yang amat dikenalnya tiba-tiba menyusup ke dalam pikirannya, membuat luna hampir melompat dari kursinya. Suara itu milik damon, kakak iparnya, yang muncul dari arah belakangnya dengan senyuman yang ia kenal betul—senyuman nakal yang seolah selalu siap menggodanya.

“Jika kau mau, kita bisa melakukannya seperti mereka, di depan umum. Bahkan dengan lebih berani,” goda damon, suaranya rendah namun penuh keyakinan, membuat luna semakin tidak nyaman. Ia berusaha memahami situasi yang terjadi, namun rasanya tak mungkin bahwa pertemuan ini kebetulan belaka.

Dengan cepat, luna menyipitkan mata, mempertanyakan kehadiran damon yang tiba-tiba. “Bagaimana Kak damon bisa tahu aku di sini?” tanyanya, curiga bahwa ia telah diikuti sejak keluar dari panti asuhan.

damon, yang tampaknya telah menebak pertanyaan tersebut, segera menjawab, “Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak mengikutimu,” ujarnya, seraya menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya. “Aku bersama teman, dan kebetulan melihatmu masuk tadi.”

luna hanya bisa mendesah pelan. Rencananya untuk menikmati sore yang tenang kini berantakan. Kenapa harus bertemu dengan orang yang paling ingin dia hindari?

Tanpa sadar, bibirnya melontarkan pertanyaan yang penuh rasa ingin tahu, meskipun ia sendiri tidak mengerti dari mana asalnya, “Teman wanita, kan?” Perasaan cemburu yang samar mengintip dari balik kata-katanya, meskipun akal sehatnya mencoba menolak hal itu.

damon tertawa pelan, merasa terhibur oleh reaksi adik iparnya. “Apakah kau cemburu melihatku dengan wanita lain?” tanyanya, suaranya sedikit menantang, seperti angin dingin yang menyusup di sela-sela kesadarannya, membuat luna semakin gelisah.

Seketika wajah luna merona merah, mencoba menyembunyikan perasaannya dengan berpura-pura melihat ke arah lain. “Tidak mungkin!” balasnya dengan cepat, meskipun kata-katanya terdengar kurang meyakinkan. Namun damon tidak melepaskannya, justru semakin tertarik untuk menggoda lebih jauh.

Tatapan damon kemudian beralih kembali ke arah pasangan yang tengah asyik dalam pelukan. Tiba-tiba, damon merasakan ada sesuatu yang familiar dengan wanita tersebut. Ketika wajahnya terlihat lebih jelas, sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya—wanita itu adalah elise, kakak luna.

Perasaan luna berubah seketika, bergolak antara marah, bingung, dan tak percaya. Apakah ini kenyataan yang harus dihadapinya? Melihat kakaknya terlibat dengan pria lain, sementara suaminya, damon, justru sibuk menggodanya? Apakah hidup ini sekadar kumpulan cerita klise dari novel-novel yang pernah ia baca? Berbagai kemungkinan mengalir deras dalam pikirannya, menciptakan pusaran yang membuatnya semakin kehilangan kendali atas situasi yang dihadapinya.

luna memandang damon, mencari jawaban di wajah yang kini menyiratkan keseriusan yang jarang ia lihat. “Sejak kapan Kak damon tahu Kak elise—” kata-katanya terpotong ketika damon menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, mengisyaratkan agar ia diam.

“Ssst, jangan lanjutkan. Aku tidak ingin membahas elise. Saat ini, kau jauh lebih menarik di mataku,” bisik damon, suaranya terdengar lembut namun penuh dengan intensitas, membuat luna semakin terperangkap dalam kebingungan.

luna merasa tidak nyaman, semakin tidak mampu berpikir jernih. Satu hal yang ia tahu pasti: ia harus keluar dari situasi ini. Rasa takut dan cemas mulai menyerang, membuatnya tergesa-gesa bangkit dari tempat duduk.

“Kak damon, aku baru ingat ada urusan mendadak. Aku harus pergi sekarang,” ujarnya cepat, tanpa menunggu tanggapan, ia segera berjalan keluar dari restoran, meninggalkan damon yang hanya bisa menghela napas panjang.

damon menatap kosong ke arah tempat luna menghilang, merasa frustasi dengan situasi yang semakin sulit dikendalikan. Ketika rencana untuk mendekatkan diri dengan gadis itu tampaknya hampir berhasil, segalanya kembali berantakan.

Belum lama setelah itu, damon mendengar suara yang tidak asing lagi—suara elise yang kini berdiri di depannya bersama pria yang tadi bercumbu dengannya. Wajah elise memancarkan ketenangan, senyumnya menyiratkan bahwa ia sudah siap menghadapi apapun yang terjadi.

“damon, aku pikir aku melihat luna tadi. Apa dia ada di sini?” tanya elise, suaranya ringan, namun penuh arti.

damon hanya mengangkat bahu, “Dia sudah pergi. Mungkin takut ketahuan selingkuh olehmu,” jawabnya dengan nada jengkel.

elise terkekeh, tampaknya ia tidak terlalu peduli dengan apa yang baru saja terjadi. “Kau tahu, damon, kadang aku berpikir mungkin sudah saatnya kita semua berhenti bermain-main dan mulai jujur satu sama lain,” ucapnya dengan tenang, seolah mengisyaratkan sesuatu yang lebih dalam.

Namun, damon tidak tertarik untuk memperpanjang percakapan. “Nanti saja. Masih ada waktu,” balasnya dingin, mencoba menahan agar situasi tidak semakin rumit.

elise mengangguk, sebelum berbalik bersama pria di sisinya, meninggalkan damon yang kini sendirian di restoran. Pelayan yang tadi melayani luna kembali dengan pesanan Tiramisu dan jus mangga, dan terlihat bingung melihat hanya ada damon di meja tersebut.

“Maaf, kekasihku tadi harus pergi. Saya yang akan menyelesaikan ini,” kata damon dengan nada datar. Setelah makanan itu diletakkan di atas meja, damon memutuskan untuk menghabiskannya meski perutnya sudah kenyang.

Usai menyantap hidangan itu, damon bersiap untuk pulang. Namun, sebelum sempat melangkah keluar dari restoran, telepon dari asistennya membuatnya terhenti.

“Pak damon, ada masalah besar. Perusahaan am mengancam untuk membatalkan kerja sama. Anda harus segera ke kantor.”

damon tetap tenang meski ada kegentingan yang baru muncul. “Kumpulkan semua tim yang terkait. Aku segera ke sana,” jawabnya sebelum bergegas menuju mobil, bersiap menghadapi badai yang baru saja terbentuk di dunia bisnis yang ia geluti.

1
Endang Yusiani
mirip-mirip
Alim Farid: apanya mirip"kak
total 1 replies
Debby Tewu
lanjut ceritanya
Debby Tewu
lanjut dong veritanya
Divana Mareta
lanjut thor...
Subrianti Subrianti
Luar biasa
Alim Farid: makasih kakak 🙏🙏🙂
total 1 replies
bb_yang_yang
Yuk, thor, update secepatnya! Pembaca mu sudah tidak sabar lagi. 😍
Jock◯△□
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Asnisa Amallia
Gimana ceritanya bisa sehebat ini? 😮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!