Diculik dan hendak dijual organ tubuhnya membuat Eva salah jalan dengan meminta pertolongan kepada pria asing yang rupanya seorang Mafia Berdarah Dingin??
Tinggal bersama kumpulan orang-orang bringas yang hobi berbisnis ilegal di Mansion D'Alle. Mansion milik seorang mafia berdarah dingin bernama Damiano Shaw D'Allesandro— pria dengan ambisi yang ingin menguasai 3 wilayah terbesar milik mafia terkenal dan memperluas kekuasaannya.
Pertemuannya dengan Eva malah membuatnya menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya. Lalu bagaimana nasib Eva? Hidup bersama lima keluarga mafia yang masing-masing memiliki kisah dan dendamnya tersendiri. dibunuh dan membunuh! menyiksa, merebut, memaksa, seks, kriminal.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MY MR.MAFIA — BAB 05
PENOLONG YANG ANGKUH!
Pria itu merokok dengan santainya, seakan hal tersebut sangat biasa baginya. Tatapan tenang namun dingin dan tajam, Shaw menatap lekat wanita yang lebih muda darinya, wanita cantik dengan body ideal berkulit khas Asia.
Eva yang masih menutupi tubuhnya, ia masih khawatir dan waspada akan tetapan dari pria di depannya. “You want? (Kau mau)?” tawar pria tampan itu menyodorkan kotak rokoknya ke Eva.
“Katakan ini dimana? Dan... Siapa kau?” tanya Eva yang masih menutupi tubuhnya dengan bantal.
Tak menjawabnya, Shaw berbalik dan melangkah pergi. “Hanya butuh 2 jam perjalanan kau akan melihat jalan raya di depan sana.” Ujar Shaw yang kini membelakangi Eva.
“What about my clothes? (Bagaimana dengan pakaianku)?” sentak Eva yang refleks berdiri namun bantalan masih menutupi depan tubuhnya.
Tanpa banyak bicara, pria pemilik nama D'Allesandro itu meraih kemeja panjangnya warna hitam dari punggung kursi yang dia duduki tadi, lalu melemparkannya tepat ke wajah Eva. Lemparan yang ringan namun tepat sasaran.
Shaw berjalan kembali hendak menuju pintu keluar yang memang tempat itu hanyalah semacam satu ruangan kecil yang serba terbuat dari kayu jati dicat cokelat tua.
Melihat betapa dingin dan angkuhnya pria tadi, Eva hanya mendesis tak suka, bahkan tak segan ia memicingkan matanya sambil memakai kemeja panjang tadi dengan sangat terpaksa.
Ukuran yang sangat besar hingga Eva nampak tenggelam dalam pakaian tersebut, namun wanita itu menghirup aroma wangi yang menenangkan sekaligus mencengkram dari kemeja Shaw. “Astaga! Kakek-nenek ku.” Eva membulatkan matanya saat ingat akan jasad orang tua tersebut.
Mereka adalah satu-satunya keluarga yang dia punya, tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Disaat Eva ingin mencari sesuatu seperti ponsel— Deg! Wanita itu langsung lemas saat ingat akan tasnya beserta barang-barang di dalamnya sudah hilang semenjak penculikan semalam. Rasanya ingin menangis, tapi....
Vroommm!!! Suara mesin mobil langsung membuat Eva siap bertindak.
“Aku lupa memberikan ini kepadamu. Aku menemukannya di sebuah mantel cokelat, dan aku rasa ini milik wanita itu.” Jelas Will memberikan secarik kertas terlipat yang baru saja Shaw terima.
Pria itu memperhatikannya tanpa membukanya, tangan kanannya membawa sebatang rokok di sela jari telunjuk dan tengah dengan jendela mobil terbuka. “Jalan.” Pinta Shaw.
Will segera menginjak gas nya, sementara mobil satunya berada di belakang.
Saat hendak membuka kertas tadi dengan tatapan tegasnya, tiba-tiba Will menginjak rem secara dadakan hingga hampir saja membuat Shaw dan dirinya terjungkal ke depan.
“Ada apa Will?” tegas Shaw berkerut alis hingga dia melihat sendiri ke depan. Seorang wanita dengan mantel miliknya berdiri sembari merentangkan kedua tangannya, menghadang mobil tanpa takut ditabrak. Gila!
Eva tak punya pilihan lain selain mengentikan orang-orang tadi.
“Crazy woman!” gumam Will tak habis pikir.
“Fuck you damn thing!" umpat pelan Shaw keluar dari mobil dengan wajah marahnya.
“Stop!!” tegas Eva yang masih berdiri di depan mobil hitam tadi dan kini kedua orang berbeda gender itu saling menatap di teriknya matahari dan sejuknya angin kencang di dataran lahan sepi yang hanya ada satu jalan lurus saja.
“You want to die woman? (Kau ingin mati wanita)?” sindir Shaw yang kesal akan tindakan ceroboh Eva. Jika saja Will tak mengerem laju mobilnya tadi, apa jadinya.
“Thanks and I'm sorry sir... Tapi, aku butuh ponsel untuk melihat map. Bisakah kau meminjamkan ponsel padaku? Maksudku....”
Belum selesai bicara, Shaw berbalik malas meladeni hal yang menurutnya tak penting. Melihat pria itu hendak menuju ke pintu mobilnya, Eva mengikutinya dan terus mengoceh.
“Aku hanya akan meminjamnya 5 menit saja. Dan aku akan membayarnya dengan barang berharga selain, uang.” Eva terbungkam saat pria itu berhenti mendadak dan berbalik hingga ia hampir saja menabrak tubuh Shaw.
Kontak mata mereka saling beradu, dan Eva menelan ludahnya kasar ketika melihat tatapan tajam dari safir berwarna grey itu.
“Pikirkan dulu tentang pakaian mu, sebelum membayar ku.” Suara seraknya membuat Eva tak bisa berkata-kata lagi. Memang ucapan pria itu benar. Bahkan Shaw tak butuh bayaran dari siapapun, karena dia bisa menghasilkan uangnya sendiri.
Shaw membuang batang rokoknya tepat di samping kaki Eva sehingga wanita itu sekilas melihat ke arah rokok tadi.
“Bisa memberitahu ku alasan, kenapa kau membuang pakaian ku?” tanya Eva dengan nada menantang. Toh memang Shaw yang membantunya sekaligus melepas pakaiannya dan membuangnya ke sampah.
Mendengar ucapan lantang dari seorang wanita, pria itu berkerut alis, berbalik menatap tajam dan mendekatkan dirinya ke Eva hingga jarak mereka begitu dekat.
“Seandainya aku membiarkanmu tergeletak semalaman di sana, pasti kau sudah tidak bisa membuka matamu itu. Atau seandainya kau membuka mata di tempat yang sama, maka aku pastikan kau akan lebih terkejut lagi saat mengetahui sperma para berandal jalanan telah menodai pakaian mu.” Tegas Shaw memperjelas alasannya.
Tentu saja Eva terkejut mendengarnya. Para berandal jalanan telah melakukan fantasi seksual mereka dengan hanya melihat wajah Eva yang tak sadarkan diri dan membuang sisa menjijikkan mereka di pakaian hingga celana Eva. Yang benar saja!
Setelah menjelaskan itu, Shaw mengamati wajah Eva.
“Now let me go (sekarang biarkan aku pergi).” Lanjutnya santai hingga membuka mobilnya.
“Okay... Okay... I'm sorry! Dan aku berterima kasih karena kau sudah menolongku, tapi sekarang aku mohon... Aku butuh map, aku harus mencari keadilan untuk kakek dan nenekku yang sudah dibunuh oleh orang sialan yang entah seberapa berkuasanya dia sampai polisi itu tidak mau membantuku.” Jelas Eva sangat memohon.
“Aku tidak punya waktu lagi, pikirkan dirimu sendiri.” Balas Shaw benar-benar acuh dan dingin.
Pria itu masuk ke dalam mobil dan saat itu juga Will menginjak gas mobilnya dan melaju normal, diikuti oleh mobil lainnya di belakang.
Eva yang merasa bernasib buruk, wanita itu kebingungan melihat kepergian pria angkuh tadi yang enggan memberinya pertolongan lagi. “Aku harus bagaimana sekarang?” gumam Eva menoleh ke kanan, kiri dan belakang sembari mengusap rambut panjangnya ke belakang.
Will melihat keberadaan Eva yang masih berdiri dengan wajah kebingungan sekaligus cemas.
“Besok akan ada berita, sebagian tubuh seorang wanita akan ditemukan di semak-semak, korban mangsa dari seekor binatang buas!” canda Will yang juga menyukai kebrutalan bak sikopat haus darah.
“Jika dia punya akal, dia akan berlari untuk mempercepat perjalanan.” Ucap Shaw sambil membuka secarik kertas yang sebelumnya.
Saat dia membacanya, tertulis namanya sendiri di sana dan itu adalah tulisan Will atas perintahnya.
Shaw mengernyitkan keningnya, mencerna semuanya di dalam otak cerdiknya. Wanita, mantel, secarik kertas berisi namanya dan kematian kakek-nenek.
.
.
.
Eva yang mau tak mau harus berjalan di teriknya matahari. Wanita itu menyipitkan matanya saat cahaya terang matahari menyilau wajahnya. Ia juga berhenti melangkah saat melihat dua mobil hitam yang tak asing di matanya.
Mobil yang sama dari sebelumnya. Mobil Shaw yang kini berhenti di tengah-tengah jalanan sepi bertanah warna cokelat gurun.
Menatap penuh kecurigaan, Eva tak kunjung berjalan maju. Namun tiba-tiba sebuah tangan kiri, keluar dari jendela sambil bergerak seakan memintanya untuk mendekat. “Apa dia memanggilku?” gumam Eva mengernyit heran.
msh ada musuh2 shaw sprt Alfie cham, Mr. chester & ayah shaw Adrian egort.
eva & shaw sdh sepakat mau pny baby 😁😍😀😁🫢🤭
bener² pasangan ini
nyosor aja terus si shaw 🤣
akhirnya will & gina menikah..
apakah shaw akan sanggup membunuh ayah nya sendiri si adrian ..
dan shaw sll bisa menenagkan eva 🥰😘😍🫢🤭
kalo ga jodohin aja sama Kate yakan hehee 🫶