Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
“El, gua balik!”, singkat Alan.
“Baiklah, terimakasih atas bantuannya. Dan, Alan. Aku meminta kau memberikan izin padaku dan Denis tiga hari saja sebelum mengepung Danzo.” Pinta El.
“Ya. Hanya 3 hari tidak lebih!” Alan mengabulkan.
Selepas kepergian Alan, El berlari memasuki kamar Elea. Ia memeluk Elea dan menahan air mata yang telah menggunung. Sungguh ia sangat takut dengan kondisi Elea. Untuk pertama kalinya, Elea terlihat sangat rapuh.
“Dek…. Kenapa kau seperti ini? Hal apa yang membuatmu begini?” Tanya El hati-hati.
“Hiks… Hiks…. K…Ka…K… Huuaaaa…..” Elea kian meraung-raung kemudian Denis dan El memeluknya erat.
“Sudah Dek… Jangan menangis! Kakak tak tahan kau seperti ini… Tolong berhentilah.. Aku tak memaksa kau bercerita untuk saat ini juga dan aku memohon padamu agar berhentilah… Tidurlah, Aku dan Denis akan menemanimu..” *Cup* Ucap El sambil mencium ubun-ubun kepala Lea.
Denis sedari tadi menahan air matanya akhirnya pun lolos juga. Ia berlari menuju kamarnya dan meninju dinding kamar sekuat tenaga.
“AKKHHHH!!! SIAL!! Kenapa aku tak bisa sekuat Kak El! AKKHHH!! Kau kenapa! KENAPA ELEAAA!! KAU SELALU KU JAGA TAPI HARI INI AKU GAGAL!! KAU PERMATA KAMI!! MELIHATMU BEGINI AKU TAK SANGGUP!!! AAAKKKHHH!!!” Emosi Denis tak terbendung lagi.
——————————————————————————————————————————
Keesokannya paginya, El kembali ke kamar Elea hanya untuk mengajaknya ibadah subuh. Namun ternyata, Elea tak ada di kamar maupun kamar mandinya. El yang panik langsung berteriak keras memanggil Elea.
“Kak? Kenapa?” Tanya Denis yang masih mengantuk.
“Lea gak ada di kamar! Cari!” Ucap El sambil berlarian.
“Oh Tuhan, kau kemana lagi Le! Ini masih jam 5 pagi!” Umpat Denis melemah.
15 menit kemudian…..
“Assalamualaikum…..” Ucap Elea….
“Waalaikumsalam E L E AAAAAAA!!!!” Ucap kakak beradik kompak!
Kau kemana hah? Kenapa tak pamit? Belum 24 jam tapi kau selalu membuat kami cemas hah?”, umpat El.
Maaf Kak…..” hanya itu ucapan Elea sambil tersenyum bahagia karna memiliki 2 orang Kakak yang tak sedarah tapi selalu tulus menyayanginya.
“Aku beli ini kak, lontong sayur hehehe…. Disini tak ada pelayan 24 jam. Bibi Mira pasti datang jam 6. Aku sangat lapar bagaimana bisa aku menunggu Bibi Mira? Apa aku harus pingsan lagi? Dan aku juga membelikan kalian!” Sambungnya.
“Ayo Kak, aku lapar. Selesai ini aku janji akan menceritakan soal kondisiku kemarin. Okee…” Sahutnya lagi.
“Dek, subuhan!!”, Ucap El tegas.
“Udah dooong. Lagian dibangunin dari tadi biar jamaahan lah malah pada ngorok-ngorok kayak b*b*. Yaudah duluan aja. Pada kayak bangke sih kalo udah tidur.” Entengnya kata-kata itu keluar dari mulut Elea. Ya, Elea akan bertingkah ceplas-ceplos tapi hanya pada orang yang sudah dikenalnya lama.
“E L E A A A A A A A A A A”, teriak dua manusia yang tak terima dikatai b*b*. Alhasil kejar-kejaran pun tak terelakkan lagi. Akhirnya Elea terkunci. Mau kabur kemana pun takkan bisa. Ia bisa melihat senyum licik kedua kakaknya itu, meronta pun percuma.
Byuuurrrrrrrr……………..
“Aaaaaaaaaa KAKAAAAAAAAAAAAAK!!” Teriak Lea.
El dan Denis tertawa puas telah mengerjai adik kecilnya. Di lubuk hati terdalamnya, mereka bisa sedikit lega melihat Elea bisa tertawa sejenak.
“Kakak tau, kau kan malas mandi pagi kalau tak sekolah atau ada acara” Elak Denis.
“Dingin tau!! Akhhh males ah sama kalian!!”, Kesal Lea.
“Yakin kau kesal dengan kami? Oke tak apa. Jangan menyesal kau ya tak ku ajak kau ke Puncak siang ini!”, ancam El dengan memasang wajah galaknya (padahal ia memang sangat hobi menjahili adiknya).
“Kakaaaak!!” Semakin menyala lah emosi Lea.
Setelah acara sarapan pagi selesai, tatapan tajam dari kedua kakak lelakinya pada Lea mengartikan *cepat ceritakan!*.
“Haah!! Kenapa aku jadi adik kalian sih! Sekedar bernafas setelah kenyang saja terasa berat. Laah ini ditambah pula dengan tatapan tajam kalian! Ku doakan cepat tua lah kalian!”, sungut Lea.
“Kaau!!” Tunjuk Denis dan Elea menjulurkan lidah yang langsung ditimpuk gulungan tissue oleh Denis.
“Huffttt!!! Jadi begini kak. Jujur kemarin aku sangat senang tiba-tiba Kak Alan menyuruhku duduk disampingnya. Taukah kak, seketika hatiku merasa berbunga, darah seketika beku dan aku malah berdoa dalam hati supaya Tuhan mau memperlambat waktu supaya aku tetap berada disampingnya. Seumur-umur, itu baru pertama kalinya loh aku berada disampingnya yaa walaupun cuma sekedar duduk. Tiba-tiba kakak menyuruhku bernyanyi, aku merasa kau mengerjaiku kak namun aku tak bisa mencolok matamu itu karna banyak orang. Dan aku pun tak mengerti mengapa tiba-tiba aku ingin membawakan lagu itu. Semua mengalir begitu saja kau tau itu kan kak?! Dan yang tak ku sangka juga ternyata Kak Alan mau bernyanyi juga bahkan semua temanmu bilang bahwa itu pertama kalinya. See? Betapa bahagianya aku kak!
Tapii….” (Dengan wajah menunduk dan mata yang sudah berkaca-kaca)
“Hey lanjutkan sayang, its ok. Lanjutkanlah, setelah ini ku yakin kau akan merasa lebih lega”, ucap Denis lembut yang dibalas anggukan oleh Lea. Sedang El? Tak bergeming sedikit pun, ia fokus mencerna dan mengartikan sendiri maksud cerita Lea.
Lea mendongakkan wajahnya menatap El dan Denis. Terlihat mata Lea sudah berkaca-kaca. El dan Denis pun hanya mengangguk yang diartikan oleh Lea bahwa semua akan baik-baik saja.
“Aku tak tahu kenapa Kak Alan menyanyikan lagu itu. Sebegitunya dia menghayati setiap lirik demi lirik lagu itu. Tatapan tajam Kak Alan padaku itu entah apa artinya kak. Aku tak tahu sama sekali namun hatiku terasa sesak. Hatiku berkata bahwa dia mungkin sedang merindukan seseorang yang bisa ku tebak itu adalah kekasihnya. Kau tau kan kak lagu itu. Itu lagu yang mengartikan sebuah kerinduan pada seseorang. Huaaaaa…. Hiks… Hiks.. Kakaaaaaak…..” Elea beranjak dari kursinya menuju kursi El dan memeluknya erat. Dimana El memang lebih dewasa dibandingkan dengan Denis yang lebih banyak teledornya.
…..Aku tak kuat kak. Aku meninggalkan kalian ke toilet. Hatiku sesak, sakit, tak punya arah lagi. Alhasil aku lebih memilih pergi untuk menenangkan diri dan aku tak mau membuat kalian khawatir apabila melihatku waktu itu. Aku tak mau merusak acara kalian dengan teman-teman kalian. Setelah sampai rumah, aku menumpahkan segala sesakku kepada Tuhan. Hingga aku merasa gelap dan entahlah aku tak mengingatnya lagi. Tiba-tiba terbangun ditempatmu. Maafkan aku ya Kak membuat kalian khawatir, aku terlalu berlebihan kan?! Hahahaha, aku pun tak mengerti kenapa bisa seperti itu!”, sambil mengusap air mata yang membasahi pipi mulusnya.
…..Aku terlalu berharap ya Kak? Huh! Aku harus cepat-cepat mengobati hatiku ini kak agar bisa kembali seperti biasanya. Aku terlalu berlebihan menyukainya. Hahaha, aku tak sadar diri kak selama ini. Ya pasti bukan aku lah yang disukai olehnya, yang lebih cantik dan sexy dan lain-lain banyak!!” Setelah bercerita panjang lebar, ia merasa lebih tenang.
“Sudah?” Tanya singkat Denis. Ia masih bisa melihat rasa sakit akibat cinta yang tak berbalas di mata adiknya. Namun ia tak mau mengungkitnya.
“Kak. Jangan mengasihaniku. Aku nya saja yang terlalu bodoh. 9 tahun yang sulit ku lupakan memang tapi harus ku kubur kan? Itu lebih baik. Sedari kecil aku belum mengerti apa itu rasa cinta seperti apa selain dari orang tua dan kalian. Dulu aku hanya sekedar mengaguminya saja tak lebih. Namun seiring berjalannya waktu aku remaja, ternyata aku menaruh hati padanya. Namun aku berjanji akan menguburnya mulai saat ini! Bantu aku ya Kak!” Pinta Elea tulus.
El tak berbicara. Ia hanya sibuk mengelus punggung adiknya agar merasa lebih nyaman. Namun di dalam hatinya, El akan buat Alan perlahan-lahan menyukai Lea. Itu janji El dalam hati untuk adiknya.
Jadi kau menangis karna hal itu Dek?! Sudahkah kau validasi kenyataannya?! Tanya Denis menahan emosinya dan Elea hanya menggeleng lemah.
…Kak!!” Bentak Denis memanggil Kakaknya, ia butuh persetujuan atas sesuatu hal mengenai Alan yang ingin disampaikan pada Elea.
El menggeleng. Ia masih menyimpan rapat mengenai Alan. Ia takut Elea shock dan tak bisa menerima kenyataannya dan Denis hanya mendengus kesal.
\~ Apakah ada yang sama seperti yang dirasakan oleh Elea? Menurut kalian, Elea harus apa? Akkhhh aku jadi terbawa suasana menuliskan ini… 😌