NovelToon NovelToon
Lily With The Cruel Husband

Lily With The Cruel Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Mengubah Takdir
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ncy Jana

Love, Me Please!

Tentang Lily yang berada di antara hubungan Theo dan Shylla.

Tentang Lily yang tidak diinginkan dan dicintai oleh Theo. Hanya Shylla yang diinginkan oleh Theo tapi Lily memisahkan mereka karena suatu malam Lily menjebak Theo karena ingin memiliki Theo agar menjadi suaminya.

Pernikahan tanpa cinta, meski sudah berhasil mendapat Theo Lily tidak merasa bahagia karena dia merasa tertolak dan tidak dicintai oleh suaminya. Lily tentunya iri dan mengharapkan cinta dari suaminya namun Theo lebih mencintai Shylla.

Sakit yang Lily rasakan ketika dia bisa hidup bersama raga Theo tapi hati dan pikiran Theo tertuju pada Shylla. Sakit yang Lily rasakan saat Theo bersikap kejam padanya namun lembut kepada Shylla.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncy Jana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Theo terlihat rapi dengan pakaian formalnya dan bersiap untuk berangkat ke kantor. Sekeluarnya dari rumah, mata tajam itu tidak sengaja melihat Lily berjalan terburu-buru menuju gerbang.

“Maaf tuan, tadi nona Lily memberikan ini kepada saya.” Bi Emma datang menghampiri tuannya. Dia memberikan secarik kertas padanya. Benda tersebut dia dapatkan dari Lily yang tiba-tiba datang menemuinya untuk memberikan kertas ini.

‘Theo. Aku hanya ingin bilang kalau aku ingin ijin keluar sebentar’

Setelah membacanya tanpa minat, Theo meremas kertas itu lalu membuangnya ke tanah. Theo tidak peduli kemana wanita sial itu akan pergi, dan juga tidak memperdulikan segala urusan yang dia lakukan.

Perjalanan Theo menuju kantor diisi dengan drama kemacetan, setelah menempuh waktu beberapa menit akhirnya Theo tiba di kantornya. Dia memasuki lift yang dikhususkan petinggi kantor, kali ini dia tidak ditemani Darek, orang kepercayaannya. Entah kemana pria itu sampai bisa telat seperti sekarang, membuat Theo kesal.

Pagi ini dia harus dibuat sibuk mencari dokumen yang entah dimana Darek simpan. Karena tidak kunjung ketemu, Theo pun mengeluarkan ponsel berniat untuk menghubungi Darek.

Sambil menunggu panggilan telpon itu tersambung, tangan Theo masih sibuk membuka laci-laci meja kerjanya untuk mencari dokumen yang di perlukan itu.

“Dimana Darek menyimpannya?”

Theo ingin mengumpat karena Darek tak kunjung mengangkat panggilan telpon tersebut. Saat ingin mengeluarkan kata-kata kasarnya, terdengarlah suara dari ponsel, yang artinya panggilan telpon itu sudah tersambung.

“Halo.”

"Hello."

Suara itu kembali terdengar lagi karena Theo belum mengatakan apa-apa.

“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau lama menjawab panggilanku? Kau sudah tidak berniat lagi kerja bersamaku?”

Bukannya langsung menanyakan perihal dokumen yang dia inginkan, Theo malah menyemprot Darek dengan beberapa pertanyaan.

“Oh Theo, bukankah kau akan cuti dalam beberapa hari? Kenapa kau masuk ke kantor?”

Pertanyaan Darek tentu saja membuat Theo jadi kebingungan.

“Apa maksudmu? Jangan mengalihkan topik, aku tidak ada bilang mau cuti, Darek. Jadi jangan mengada-ngada.”

“Tapi kata paman Fred, kau akan pergi karena nenek memintamu datang bersama istrimu ke rumahnya.”

Rahang Theo mengeras, ucapan Darek membuat mood Theo semakin memburuk,

“Jangan banyak bicara lagi. Sekarang kau cepat bangun dan datang ke kantor.” Theo berucap dengan tegas tanpa ingin dibantah.

“Kutunggu,” ucapnya lagi sebelum mengakhiri sambungan telpon.

“Sialan. Kenapa nenek memintaku membawanya datang ke sana?”

Theo lagi-lagi ingin merutuki Darek sepupunya karena pria itu entah sengaja atau tidak memberitahu nenek mereka kalau dirinya sudah menikah. Alhasil nenek pun sering menerornya, setiap ada kesempatan nenek terus menghubunginya dan memintanya untuk datang bersama dengan wanita sialan itu. Theo mana mau, alhasil ia selalu beralasan tidak bisa datang karena disibukkan pekerjaan.

Sementara itu, di tempat lain Lily sedang menikmati jus sambil menatap pemandangan padatnya kota di luar restoran. Ia sedang duduk di sebuah restoran yang suasananya terlihat tenang karena belum ramai pengunjung.Lily datang ke restoran ini untuk menanyakan pekerjaan, namun saat ditanya ternyata lowongan kerja di situ lagi kosong. Karena lelah, Lily memutuskan untuk berteduh di sana dengan memesan segelas jus buah.

Lily ingin mencari kerja. Lily sudah tidak bekerja lagi karena tempat kerja sebelumnya sangat jauh dari tempat tinggalnya yang sekarang. Setelah menikah Lily ikut pindah ke kediaman Theo, karena itu Lily memilih resign dan ingin mencari pekerjaan di tempat yang baru ditinggalinya.

Lily tersadar dari lamunannya, dia mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. Karena tidak bisa terhubung Lily pun hanya mengirim sebuah pesan kalau dirinya akan berkunjung ke sana.

Setelah selesai memberi pesan, Lily kembali memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas selempang miliknya, kemudian meminum jusnya agar segera habis agar dia bisa pergi dari restoran itu menuju ke suatu tempat. Saat asik minum, Lily melihat ke arah luar cafe, menatap suatu objek yang menarik perhatiannya.

Tepat di luar sana ada seorang pria sedang berbicara dengan lawan bicaranya yaitu seorang perempuan. Lily langsung mengarahkan pandangannya ke arah lain sesaat melihat perempuan tadi menampar sang pria. Lily tidak tau apa yang terjadi diantara mereka dan memilih untuk mengabaikannya saja.

Lily cepat-cepat menghabiskan jusnya tapi matanya masih saja curi-curi pandang memperhatikan ke tempat tadi, ia melihat perempuan itu meninggalkan sang pria dengan ekspresi wajah yang marah dan sedih.

Mata Lily terbelalak ketika melihat pria itu masuk ke restoran. Jantungnya berdegup kencang karena takut ketika pria itu berjalan ke arah meja tempatnya berada. Lily pikir pria itu tau kalau sedari tadi ia memperhatikan mereka.

Lily bernafas lega sesaat pria itu berjalan hanya melewatinya. Lily menoleh ke belakang dan memandangi sosok yang baru saja melewatinya pergi menuju ke lantai atas restoran.

***

Lily sudah tidak berada di restoran lagi, ia kini duduk di bangku halte bus. Lily sibuk memandangi kedua kakinya yang ia goyang-goyangkan sembari membuang rasa bosan yang datang melanda. Bus yang ia tunggu untuk mengantarkan ke suatu tempat belum kunjung datang, ia harus menunggu setengah jam lagi.

“Hei, kau merasa bosan?” tanya seorang pria baru datang dan duduk di sebelah Lily.

Lily mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara. Karena asik dengan dunianya sendiri, Lily tidak sadar kalau sebuah mobil berhenti tak jauh darinya. Bahkan sang pemilik mobil sudah turun dan duduk disebelahnya.

Lily terkejut melihat pria ini, dia adalah orang yang di tampar sama perempuan tadi, yang Lily lihat di restoran tadi. Lily merasa tidak nyaman karena dia sendirian di sana. Tiba tiba Lily dibuat keheranan ketika pria itu tiba-tiba tertawa kecil. Kenapa pria itu tertawa? Ada ada yang lucu?

"Aku tahu, tadi kau melihat kejadian di luar restoran tadi,” ujar pria itu, tapi Lily hanya diam,setelah itu Lily sekedar memberi senyuman buat merespon omongan pria itu lalu diam tanpa berniat untuk mengajak pria itu berbicara lebih banyak lagi.

Karena merasa didiami, pria yang tidak dikenal Lily itu kembali bersuara.

"Siapa namamu?"

"Hah?"

Lily malah bertanya kembali.

"Saya Albert." Pria bernama Albert itu memperkenalkan dirinya, "Boleh tidak kita berkenalan?" tanyanya lagi. 

Lily masih diam, dia tampak enggan memberitahu namanya, apalagi pria ini sangat asing baginya. Ini pertama kali mereka bertemu setelah kejadian di restoran tadi. Rasanya sangat aneh bila ada orang yang ingin berkenalan dengannya.

Diamnya Lily membuat Pria bernama Albert itu mengerti kalau Lily tidak mau memberitahukan namanya.

"Lily."

Albert menoleh saat mendengar Lily akhirnya mau memberitahukan namanya. Dia pun mengangguk-anggukkan kepala membuat Lily yang duduk disebelahnya entah kenapa tiba-tiba mulai merasa gelisah. Apa perasaan saja? Lily segera menepis perasaan aneh itu.

"Lagi nunggu bus?"

Lily menjawabnya dengan anggukan kepala.

Albert melihat jam tangannya, "Bukannya masih lama lagi?"

"Heh-iya."

"Memang mau kemana?"

"Ke rumah sakit Herdana."

"Daripada menunggu terlalu lama di sini, kenapa tidak samaku saja. Kebetulan aku juga mau ke tempat itu juga."

Mendengar tawaran itu, Lily berpikir sejenak. Jika dia cepat mengunjungi ibunya, Lily bisa pulang lebih awal. Lily kembali melihat pria itu lagi, sepertinya pria ini tampak baik. Akhirnya tanpa berpikir panjang lagi Lily pun setuju untuk menerima tawaran Albert.

Mendapati tawarannya diterima, ia pun segera membawa Lily masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil menuju rumah sakit.

Saat asik melihat pemandangan di luar mobil, Lily merasakan ponselnya tiba-tiba bergetar, dia pun segera mengambil ponselnya. Benar saja, Lily melihat notifikasi pesan masuk membuat Lily langsung berniat membuka pesan itu dan membacanya. Seketika raut wajah Lily berubah sesaat membaca pesan yang berisikan cacian dan hujatan dari sebuah nomor yang Lily tidak kenal. Lily terdiam membaca kalimat yang sangat menyakiti hatinya. Kalimat-kalimat hujatan itu tidak hanya sekali dikirim, melainkan dikirim berulang di nomor yang sama namun tidak Lily kenal.

Lily ingin mengabaikan, dan saat ingin memasukkan ke dalam tas, Lily kembali menerima pesan dari nomor itu. Tapi kali ini bukan berisi hujatan melainkan sebuah kalimat yang sangat menakutkan untuk Lily.

'Aku akan membunuhmu. Karenamu rencanaku gagal jadi kau harus mati. Tunggu saja. Hari itu akan tiba.'

Lily sangat takut. dia segera menghapus pesan itu dan tak lupa juga memblokir nomor itu.

Albert yang sedari tadi menyetir mobil dan sesekali memperhatikan Lily kini membuka suaranya, "Ngapain ke sana?"

Lily menatap Albert dengan tersenyum tipis, pesan tadi cukup mempengaruhi Lily. Jadi dia terpaksa tersenyum untuk menyembunyikan ketakutan yang sedang menimpanya.

"Mau jenguk ibu."

Albert mengangguk kepala. Lalu mereka kembali terdiam. Albert fokus membawa mobil, sedangkan Lily kembali memikirkan pesan tadi.

Lily sebenarnya masih cemas karena pesan tadi, tapi ia berusaha terlihat baik-baik di hadapan Albert, pria yang baru dikenalnya. Lily mencoba untuk duduk tenang di mobil itu dan berharap mereka cepat tiba di rumah sakit.

1
Isma Nayla
semoga secepatnya lily pergi dari theo,dn tlong thor jng kembalikn lily pd theo bila suatu saat theo menyesal.gk rela aq thor 😤
dyah EkaPratiwi
selidiki shyla Theo blm kau menyesal
Makaristi
nanti tiba waktunya bakalan bucin sama lily kamu theo..
ditunggu yah author kebucinan theo 😂😃😍🫢🫢
dyah EkaPratiwi
jahat banget Theo,ayo kabur aja lyly
Dwi Defirza
bikin penasaran
Makaristi
theo klu tau lily di antar navvarro mulut nya bisa setajam silet dah 😃😁😁🤭🫢
CikCintania
pelik cinta mati sangatkh sampai sanggup d siksa..?
Gwatan
Penulisnya jenius! 🌟
Grindelwald1
Saya sangat terkesan dengan perkembangan karakter yang konsisten.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!