Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan terakhir
Pagi itu, Hellena memulai harinya dengan rutinitas kuliah seperti biasa. Di bawah sinar matahari yang lembut, ia berjalan memasuki kampus, duduk di bangku tengah ruang kelas yang sudah dipenuhi mahasiswa. Setelah menata buku dan perlengkapannya di meja, ia melirik ponselnya, jari-jarinya cepat mengetik pesan kepada Daniel.
"Udah bangun belum? Kegiatan kamu nanti mau ngapain, Sayang?" tanyanya singkat, sambil memperhatikan dosen yang mulai menyampaikan materi. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar pelan, menandakan pesan balasan dari Daniel.
"Udah kok, baru aja bangun. Hari ini rencananya mau temenin Bunda ke yayasan." jawabnya. Hellena tersenyum tipis membaca balasan itu, merasa tenang mendengar kabar dari Daniel. Meski mereka terpisah oleh jarak dan kesibukan, komunikasi sederhana seperti ini selalu menjadi penghubung yang membuat mereka tetap dekat, meski di tengah padatnya jadwal kuliah dan aktivitas lainnya.
Hellena meletakkan ponselnya kembali diatas meja, memperhatikan dengan seksama dosen yang ada di depan sedang menjelaskan materi di hadapan semua mahasiswa. Hari ini Hellena bisa pulang lebih awal karena kelas yang harusnya berlangsung nanti siang dibatalkan oleh dosen yang memiliki jadwal seminar di jam yang sama.
Setelah menyelesaikan sesi kuliah pagi, Hellena segera bergegas menuju parkiran merasa sangat lega bisa memiliki waktu luang yang akan dipergunakannya untuk istirahat total di rumah, beberapa hari belakangan ia pola tidurnya berantakan karena selalu mengerjakan tugas yang menumpuk. Sesampai didalam mobil, ia memeriksa ponsel dan melihat beberapa notifikasi pesan dari Daniel.
Dengan segera Hellena mengetik pesan balasan, "Kelas siangnya di tunda nih, aku mau langsung pulang ke rumah biar bisa istirahat. Capek banget, mana mata aku kaya panda banget."
"Kamu masih di yayasan sama Bunda?" tanya Hellena sekali lagi lalu meletakkan kembali ponsel ke dalam tas, ia menyalakan mesin mobil bersiap untuk meninggalkan kampus.
Sesampai di rumah, Hellena langsung menuju kamar untuk berganti pakaian menjadi lebih nyaman. Setelah itu, ia turun ke ruang tengah memilih menonton kartun di televisi, ia merasa terlalu dini untuk tidur siang.
Dengan posisi nyaman di sofa, tangannya meraih semangkuk popcorn yang memang disiapkan sebagai cemilan di ruang tengah. Menikmati setiap gigitan sambil sesekali tertawa pada adegan-adegan lucu di layar. Waktu yang terasa santai, membuat Hellena bisa bersantai setelah pagi yang cukup padat.
Sesekali tangannya menyalakan ponsel untuk sekedar memeriksa apakah ada pesan baru dari Daniel. Namun, ia tidak menerima apapun seperti yang Hellena harapkan. Sepertinya, Daniel begitu sibuk membantu Renata di yayasan yang keluarga mereka kelola. Setiap minggu, tanpa absen, keluarga Daniel selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi yayasan tersebut, membantu kegiatan amal dan memastikan segalanya berjalan dengan baik.
Sambil terus menonton, Hellena meraih segenggam popcorn, lalu mendesah pelan, berharap ponselnya segera mendapatkan notifikasi pesan dari Daniel. Ia juga tidak mungkin mengirimi pesan beruntun seperti anak kecil. Setelah beberapa saat, layar ponselnya menyala menandakan adanya notifikasi yang baru muncul.
"Iya, aku masih di yayasan sama Bunda. Masih ada kegiatan, kalau udah lumayan senggang aku kabarin kamu lagi ya."
"Maaf ya jadi sibuk gini, Sayang." sambung Daniel.
Hellena bernapas lega, sambil mengetikan balasan untuk pesan yang baru ia baca. "Iya, gapapa. Nanti kamu kabarin aku lagi aja ya, aku juga udah di rumah sekarang." jawabnya.
"Oke, sayang. Makasih udah mau ngertiin." balas Daniel kemudian. Hellena meletakkan ponselnya, bergegas menuju dapur untuk menggambil minuman dingin serta cemilan baru.
Di lain tempat, Daniel sedang duduk di ruang tunggu sambil menatap layar ponselnya. Ada sedikit rasa bersalah karena harus berbohong kepada Hellena sejak tadi pagi. Ia tidak sedang berada di yayasan melainkan di rumah sakit, Renata juga tidak bersama dengan dirinya. Daniel menatap pintu ruangan yang ada di depannya, ia sedang menunggu seseorang keluar dari dalam.
Seorang gadis keluar dari dalam, menghampiri Daniel yang memang menemaninya ke rumah sakit. "Makasih ya, udah mau nepatin janji kamu buat temanin aku kesini." ucap Devina. Gadis yang sempat menghilang cukup lama dari kehidupan Daniel namun kembali dalam keadaan yang kurang baik.
Devina adalah mantan kekasih Daniel semasa SMA, seorang gadis yang sangat dekat dengannya hingga mereka berpisah ketika masa-masa awal masuk kuliah. Bertahun-tahun berlalu, Daniel sudah melanjutkan hidupnya dan menemukan cinta yang baru dalam sosok diri Hellena.
Perpisahan mereka dilakukan secara sepihak oleh Devina, dimana gadis itu memutuskan untuk pergi tanpa memberikan alasan yang jelas. Namun, Devina muncul kembali dalam keadaan yang berbeda yaitu sakit dan memerlukan dukungan termasuk dari Daniel seperti yang gadis itu inginkan.
"Masih ada hal yang lo perlu lagi, ga?" tanya Daniel dengan nada yang pelan.
"Aku mau makan bareng sama kamu, kalo kamu ga keberatan." pinta Devina.
Daniel terdiam sejenak setelah mendengar permintaan dari Devina. Ia tahu bahwa keadaan Devina yang sekarang berbeda dengan masa lalu, namun perasaan canggung terus menyelimuti dirinya. Permintaan sederhana itu seketika membuat pikiran Daniel bercabang menjadi dua.
"Dev, gue..." Daniel terhenti, mencoba merangkai kata yang tepat. Di satu sisi, ia merasa bertanggung jawab karena Devina dalam kondisi yang tidak baik dan bersama dirinya sekarang. Namun, di sisi yang lain ia sadar bahwa hatinya sudah terikat dengan Hellena.
Melihat keraguan di wajah Daniel, Devina tersenyum tipis. "Kalau kamu ga bisa, gapapa kok. Aku cuman mau mengobrol lebih banyak sama kamu kayak dulu lagi sebelum benar-benar ga ketemu lagi setelah ini."
Kalimat terakhir Devina membuat Daniel menjadi bimbang. Baginya masa lalu sudah berlalu dan ia tidak pernah sedikit pun memikirkan apa yang telah terjadi di antara mereka dulu, tapi situasi ini membuat dirinya dilema antara menjaga perasaan Devina dan menghormati hubungannya dengan Hellena.
"Yaudah, sebentar aja setelah itu balik." jawab Daniel akhirnya, sambil berusaha tetap menjaga batas diantara mereka berdua. Ia menyakinkan tindakannya bahwa itu benar-benar menjadi hal terakhir yang bisa ia berikan kepada Devina. Daniel sadar bahwa dia sudah banyak membuat kesalahan terutama di dalam hubungannya bersama Hellena.
Mereka berdua berjalan menuju mobil yang terparkir di pojok area parkiran rumah sakit mobil yang ada di parkiran, langkah kaki Daniel terasa berat seiring ketegangan di antara mereka. Daniel membukakan pintu mobil untuk Devina sebelum masuk ke dalam, berusaha bersikap sopan meski hatinya sedang berkonflik.
Daniel menyalakan mesin dan mengarahkan mobil ke jalan, berusaha fokus pada perjalanan walau pikirannya terus memikirkan Hellena yang saat ini menunggu kabar dari dirinya. Devina menatap ke luar jendela, melihat kendaraan yang terus berlalu-lalang. Mereka menuju ke restoran yang dulu mereka sering kunjungi sewaktu sekolah.
"Restoran ini favorit aku dulu waktu kita masih sekolah, ga sabar lihat menu-menu dan makan lagi di sana." ucap Devina sambil tersenyum.
Daniel tidak merespon apapun, ia hanya berusaha untuk tetap menjaga batas karena makan bersama adalah diluar rencana. Dalam pikirannya, bayangan Hellena terus menghantui membuatnya merasa semakin bersalah. Ia berharap pertemuan ini segera berakhir sehingga hubungannya dengan Hellena tetap baik tanpa ada hal yang membuatnya tidak terjebak dalam kerumitan perasaan yang dapat membuat hubungan mereka hancur hanya karena niatan untuk membantu seseorang.