Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Genap satu bulan Riana bekerja di perusahaan Darren, dan setelah kejadian di lift itu, saat Riana merasa ada sosok lembut di balik sifat Darren yang menyebalkan, ternyata tidak.
Perasaan Riana salah besar, karena saat Bosnya ini kembali ke kantor, tetap saja mode Iblisnya lebih dominan.
Menyebalkan memang, tapi apa mau di kata, Riana harus tetap bekerja untuk menghidupi diri, karena nyatanya suaminya tak mau menafkahinya saat dia pergi.
Riana kini termenung memandangi foto putri juga suaminya. Riana sangat rindu, tapi ia belum bisa kembali sebelum ia bisa terlihat cantik dan seksi.
Perut Riana berbunyi. Biasanya saat Rama dan Darren tak makan siang di luar, Rama akan diam-diam memberikan Riana makanan. Tapi karena hari ini Rama dan Darren makan siang di luar, jadilah Riana saat ini kelaparan.
"Semangat Riana, nanti sore gajian udah cair. Ayo semangat-semangat." Riana terus menyemangati dirinya sendiri agar melupakan rasa laparnya.
Saat Riana tak sengaja menatap kaca saat hendak keluar dari mushola. Riana sedikit kaget dan kembali memundurkan tubuhnya lalu memberanikan diri untuk menatap dirinya di cermin.
Riana menangkup kedua pipinya." " Sepertinya ada sedikit perubahan," gumam Riana.
Riana jadi penasaran, sebenarnya berat badannya sudah berkurang berapa? Tiba-tiba dia teringat di gudang dekat kantornya ada timbangan untuk menimbang barang.
Terkadang dia di tugaskan Darren untuk mengecek barang yang ada di sana, tapi selama ini dia tak berani menyentuh timbangan itu, karena ia sangat bermusuhan dengan timbangan sejak lama.
Dan sekarang Riana mulai kepikiran, lalu ia pun buru-buru keluar dari mushola menuju gudang penyimpanan, dan benar saja, di sana masih ada timbangan yang sejak tadi ia pikirkan.
Riana melirik kanan kiri, takut kalau ada yang melihatnya. Setelah merasa aman, Raina pun menekan tombol yang ada di belakang timbangan tersebut, dan akhirnya menyala.
Sekali lagi Riana melihat sekeliling untuk memastikan. Tempat ini sepi karena yang bertugas di gudang ini sedang istirahat.
Riana pun buru-buru naik di atas timbangan dan melihat angka yang tertera di depannya.
"Woww, astaga... Turun lima kilo!!" Riana membekap mulutnya karena tak sengaja memekik cukup keras. Untung saja di sana tidak ada orang.
"Ya Tuhan Turunnya banyak sekali." Riana tak henti-hentinya menatap angka yang ada di hadapannya.
"Entah apa yang sudah aku lakukan selama satu bulan ini sehingga berat badanku jadi turun sebanyak ini??" Riana terus tersenyum menatap Angka itu. Tak menyangka jika berat badannya akhirnya bisa turun.
"Satu bulan turun lima kilo, berarti tiga bulan lima belas kilo?? Berarti masih sisa 75 kilo??" Seketika wajah ceria Riana mendadak murung kembali.
"75 kilo, itu masih terlalu besar. Kalau 55 kilo itu baru ideal. Huaaa, aku nggak akan bisa nunjukin diri di depan Mas Rendi."
"Heiiii!!!"
Tiba-tiba seseorang mengagetkan Riana dan membuatnya terjengkang ke belakang dan menimpa kardus yang ada di bawahnya.
KRETEK!!
Riana mendengar bunyi itu saat ia menimpa kardus panjang yang ada di bawahnya.
"Riana!!!" teriak Darren seketika." Kamu sudah merusak lemari mahal yang sudah akan di kirim!!"
"P-Pak Darren," ucap Riana terbata-bata.
"Kamu ....," geram Darren. "Kamu tau? Harga lemari itu sangat mahal. Gajimu satu bulan tidak akan bisa membayar lemari itu, ngerti nggak!!"
"Saya nggak sengaja Pak. Bapak yang tiba-tiba bikin saya kaget," jawab Riana.
"Pokoknya gaji kamu bulan ini untuk biaya ganti rugi barang yang udah kamu rusak."
"Tapi Pak--"
"Nggak ada tapi-tapian!!" Darren pun segera meninggalkan Riana yang kini tengah menahan tangis.
"Argggghhh, kenapa dia semena mena sekali!!! Dia yang mengagetkanku, aku yang jatuh dan sakit, tapi kenapa gajiku yang di pangkas?? Hiks hiks hiks, aku akan mengutukmu menjadi ikan buntal. Dasar Bos gila!!" Riana terus mengutuk Darren karena kesal.
Baru saja ia membayangkan akan merasakan gaji pertamanya, tapi sekarang bayangan itu sirna gara-gara kelakuan Bosnya yang tiba-tiba datang dan mengacaukan segalanya.
Riana terus menghentakan kakinya di lantai lalu keluar dari gudang, karena jam istirahat yang sudah habis, dan dia pun segera kembali ke ruangannya.
***
Beberapa hari ini Riana banyak diam tak seperti biasanya. Entah mengapa Darren jadi merasa terganggu dengan diamnya Riana.
Biasanya Setiap hari ada saja kelakuan Riana yang membuatnya naik darah, meski begitu, Darren tidak bisa memecatnya.
Selain Riana itu bawaan dari Maminya, ternyata Darren sudah salah mengira jika Riana itu lelet karena tubuhnya gendut.
Ternyata meski Riana itu gendut, tapi nyatanya dia sangat cekatan, dan Riana adalah wanita pertama yang bisa mengimbangi Darren dengan perlakuan Darren yang jauh lebih parah dari sebelumnya.
Jika saja Riana bisa membuat tubuhnya kurus dan juga tidak cerewet, di jamin dia benar-benar sekertaris yang Darren cari selama ini. Sayangnya dia sangat cerewet dan selalu saja membantah Darren.
Dan Darren sangat benci pembangkang dan suka berdebat. Jika saja Riana bukan rekomendasi Maminya, Darren tidak akan pernah menahan diri.
Dan karena hari ini Riana lebih pendiam dari biasanya, Darren kemudian ingin membuatnya kembali bersuara seperti biasanya, yaitu dengan menyuruhnya mengerjakan tugas-tugas yang tidak masuk akal.
Bahkan lebih menyebalkan dan melelahkan seperti sebelumnya.
"Carikan es cendol, saya maunya cendol hijaunya tujuh biji terus yang warna merah lima biji, saat memasukkan santan dan gulanya mereka nggak boleh nyatu, nanti pas mau saya minum, baru boleh nyatu," ucap Darren, dan hanya di balas Anggukan oleh Riana.
Setelah itu Riana pun berbalik dan hendak pergi.
"Heii tunggu!!"
Riana pun seketika berhenti dan kembali berbalik ke arah Darren.
"Apa ada lagi Pak??" tanya Riana, karena sudah beberapa menit dia berdiri, tapi Darren tak juga. mengatakan apa keinginannya.
"Apa kamu sedang sakit gigi, atau sariawan??"
"Enggak Pak," jawab Riana datar.
"Sejak kemarin kamu saya perhatikan banyak diam."
"Terima kasih atas perhatiannya Pak." Hanya itu yang di jawab Riana.
"Masih ingatkan dengan apa yang saya pesan??"
Riana pun kembali menyebutkan apa yang tadi di katakan oleh Darren, tanpa satu huruf pun yang terlewat, sehingga membuat Darren melongo.
Riana sangat cerdas, dan juga daya ingatnya kuat, yang jarang di miliki oleh wanita lain.
"Kalau tidak ada lagi, saya permisi Pak," ucap Riana.
"Jangan lama-lama, kalau lama, saya akan memotong gajimu," kata Darren asal.
"Terserah Bapak." Riana pun meninggalkan Darren.
"Astaga, Rama!!...lihat betapa tidak sopannya dia. Entah dari mana Mami bertemu dengan wanita aneh seperti dia," ucap Darren.
"Selain aneh, Riana itu juga sangat pintar Pak," jawab Rama.
"Biasa saja. Sekertarisku yang kemarin kemarin pun sangat pintar pintar."
"Tapi Riana lebih pintar, bahkan dia lebih berani dan sekertaris satu satunya yang berani mendebat Bapak ." Rama mengucapkannya dalam hati. Karena jika dia mengatakannya, maka Darren tidak akan suka.
"Tapi ... Dia itu kenapa ya??? Aku perhatikan dia itu jadi pendiam beberapa hari ini, tidak seperti biasanya."
"Bapak serius merhatiin sikap Riana??" Tiba-tiba Rama meletakkan pulpen yang dia pegang, lalu menatap tak percaya pada Darren.
"Berhenti melotot!!!" ucap Darren sarkas.
Rama pun menurunkan pandangannya.
"D-Dia itu sekertarisku. Setiap hari, dia selalu bersamaku, jadi pasti aku tahu apa pun yang dilakukannya. Jangan berfikir macam-macam!! Memang kamu kira aku menyukainya?? Jelas dia itu bukan tipeku," jelas Darren, dia tidak mau jika Rama sampai berfikir macam-macam.
"Saya juga gak suka sama Bapak, memang Bapak kira, Bapak itu tampan?? Jauh lebih tampan suami saya." Riana tiba-tiba menjawab ucapan Darren. "Mas Rama, saya lupa bawa uang." Riana datang dan menengadahkan tangannya di depan Rama, karena semua keuangan biasanya Rama yang mengatur.
********
********
coba penulis dan pembaca siapa yg pingin pasangan Jihan Rendi bahagia?
aku sih terserah saja
tapi kalo dikampung kami pasangan pelakor oenghianat itu kita minta baik-baik untuk meninggalkan kampung demi kebaikan warga dan kebaikan pelaku zina tsb
kalo bahagia itu kan tergantung usaha
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur