Sebelum membaca novel ini, diharapkan membaca novel BUHUL GHAIB, sebab ini ada hubungan dengan kisah sebelumnya, agar tidak bingung.
kisah Delapan orang bersahabat yang melakukan pertualangan ke sebuah pulau yang terkenal dengan keindahannya, tetapi bencana tiba-tiba memporak-porandakan rencana mereka karena kapal yang mereka tumpangi mengalami kecelekaan, sehingga mereka terdampar disebuah pulau yang berbeda.
Dipulau itu mereka mengalami kejadian demi kejadian yang mengerikan dan membuat mereka harus bertahan hidup dari sebuah rahasia misteri yang sangat mengerikan.
sanggupkah mereka keluar dengan selamat? ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DA-5
Seorang pemuda berlari ke pelabuhan dengan terengah. Ia baru saja tiba dan mendengar kabar jika sahabatnya sudah meninggalkannya untuk berlibur. Ia datang terlambat karena baru tiba dari kota, dan ketika ia sampai dikampung karang, para sahabatnya sudah berangkat ke tempat tujuan, karena tiket yang dipesan akan hangus.
ia mencoba menghubungi nomor Yudi. Tetapi tidak tersambung. Hal yang anehnya, pihak pelabuhan tidak memberikan informasi tentang keberadaan kapal yang membawa rombongan pelancong, karena kapal itu disewa selama satu minggu disana dan kembali setelah masa berlibur selesai.
"Apakah tidak ada akses lain untuk tiba dipulau itu? Aku juga ingin berlibur bersama mereka," pemuda bernama Oi itu ingin memaksa pergi, meskipun ia tidak tahu jika tempat itu sangat berbahaya.
"Jika kapal pesiar tidak ada. Karena keberangkatannya harua dibooking terlebih dahulu. Ada kapal kayu untuk penangkap ikan, jika kamu mau, saya akan mencarikan ongkos sewa yang lebih murah," ucap salah seorang petugas. Ia memiliki banyak kenalan para nelayan yang dapat menyewakan kapal nelayan untuk Oi menyusul kedelapan temannya.
"Tak mengapa.aku sekolah dipelayaran. Aku tahu cara mengemudikan kapal," sahutnya dengan meyakinkan.
"Baiklah, kita sepakati harga terlebih dahulu, nanti aku urus semuanya," ucap pria berpakaian seragam pelabuhan itu dengan senyum sumringah.
"Oke," jawab Oi.
*****
Yudi mengambil tabung air yang terbuat dari batang bambu tersebut. Ia meneguk airnya, sebab ia sangat haus. "Wiiih, seger banget airnya." ia kembali meneguk air tersebut.
"Sudah, tinggalin yang lainnya," Darmadi mencoba mengingatkan sahabatnya.
Yudi menghentikan aksinya, lalu memberikann tabung bambu tersebut pada Darmadi.
Pemuda berkepala plontos itu meraihnya, lalu mencoba meneguknya sedikit. Ia tercengang. Benar saja, air itu terasa segar mengalir ditenggorokannya dan menghilangkan rasa hausnya dengan seketika. Ia menutup tabung tersebut dan berniat hendak pulang.
"Dar, siapa perempuan tadi? Buaya air saja takluk dengannya, apalagi buaya darat, mana cakep lagi," Yudi tak dapat membayangkan bagaiamana cantiknya wanita itu.
"Jangan ceroboh. Meskipun cantik, kita tidak tahu dia siapa. Apalagi keberadaannya tidak dapat terdeteksi, kadang datang kadang pergi sesuka hatinya. Ibarat ditinggal pas sayang-sayangnya," jawab Darmadi.
"Lu ngomong apaan sih? Lain ditanya lain dijawab," omel Yudi. Lalu beranjak dari tempat mereka dan akan kembali ketepian pantai. Darmadi mengekorinya dari arah belakang.
"Yud...," panggil Darmadi.
"Ada apa,"
"Jangan lupa kita bawa ular sanca tadi, buat makan besok," pemuda itu mengingatkan.
Yudi menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya kebelakang. "Lu, serius mau jadikan ular itu makanan kita?" ia mencoba meyakinkan ucapan Darmadi.
"Emang kamu mau makan apa? Rusa atau hewan lainnya gak.mudah didapat dengan berburu, apalagi kita tidak memiliki senjata untuk berburu," Darmadi menyahuti.
Yudi bergidik mendengr penjelasan sahabatnya. "Gila, Lu!" ia terlihat mual membayangkan jika akan memakan ular sanca sebagai penyambung hidup.
Keduanya berjalan menyusuri jalanan setapak yang tadi mereka lalui. Sesaat mata Yudi melihat ujung tugu dibalik semak, dan ia merasa penasaran untuk melihat apa yang terjadi. "Hei, itu kenapa ada bangunan," teriaknya dan menunjuk benda asing tersebut.
Seketika Darmadi membeliakkan matanya. Ia melihat jika itu adalah tugu yang ia lihat kemarin. Ia mempercepat langkahnya, lalu menarik pundak Yudi yang saat ini begitu sangat penasaran.
"Jangan," cegahnya dengan cepat.
Yudi tersentak kaget. "Apaan, sih?" ia sangat tersinggung dan tatapannya tak suka karena keinginannya dicegah.
Darmadi tak menjawab. Ia menarik pergelangan tangan pemuda itu menjauh dari tempat tersebut. "Lepasin! Kamu ini kenapa, sih?!" Yudi semakin kesal.
Darmadi menghentak tangannya saat melepaskan cengkraman dipergelangan tangan Yudi.
"Aku akan cerita, tapi tidak sekarang. Sebaiknya kita keluar dulu dari hutan ini," ucapnya.
Yudi mengerutkan keningnya. "Rahasia besar apa yang kau sembunyikan?" tanyanya penuh selidik.
Darmadi memilih bungkam. Ia beranjak dari tempatnya, dan menuju tempat dimana ia menyimpan ular sanca yang akan ia jadikan santapan bersama teman-temannya.
Yudi terus mendesaknya untuk berbicara. Pemuda itu mengomel, meskipun terus ikut mengekori Darmadi.
"Hah!" Darmadi tersentak kaget. Ia bergerak mundur setelah melihat ular sanca yang ia sembunyikan menghilang.
Sesaat Yudi terdiam dari ocehannya. Ia berdiri mematung melihat Darmadi yang tampak terkejut akan sesuatu hal yang baru saja dilihatnya.
"Ada apa?" tanyanya, sembari melihat apa yang terjadi.
Ketika ia tiba ditempat Darmadi mematung, ia juga tak kalah terkejutnya. "Hah!" ia tersentak melihat apa yang terjadi.
Seketika ia menatap Darmadi yang juga tampak memucat.
"Kemana ularnya menghilang?" bisiknya pada Darmadi.
"Lihat telapak kaki yang ada ditanah basah itu," tangan Darmadi menunjuk ke arah tempat dimana jejak kaki menyerupai manusia, tetapi berukuran lebih besar dengan jemarinya yang hanya tiga saja.
"Itu artinya....," ucap Yudi dengan wajah memucat dan bibir bergetar.
"Ada penghuni lain dipulau ini," balas Darmadi dengan nafasnya yang tersengal.
Kedua pemuda itu mengedarkan pandangannya kesegala arah. Mereka merasakan jika ada orang lain yang sedang memperhatikan mereka.
Sesaat mereka saling menggenggam pergelangan tangan satu sama lainnya.
"Ada yang sedang mengawasi kita." Darmadi mengeluarkan pisau sangkurnya, ia mencoba bersiaga untuk menghadapi bahaya yang sedang mengincar mereka.
Wuuuuuuussssh....
Sebuah anak panah dengan ujung beracun bisa ular kobra terbang melayang menuju kearah mereka.
"Merunduk!" Darmadi menekan kepala Yudi ke bawah agar anak panah itu melewati mereka.
Taaaaaak...
Ujung anak panah menancap dibatang pohon. Seketika jantung keduanya seolah hendak lepas. Deguban jantung mereka berpacu lebih kencang dari ukuran normal, mengalahkan debaran saat pertama kali orang sedang jatuh cinta.
Keduanya melihat sepasang kaki telan- jang tanpa alas kaki. Terdapat beberapa buah gelang yang menghiasi pergelangan kaki orang asing tersebut, dan beberapa gigi taring hewan buas menjadi ornamennya, menambah kesan sangar dan mengerikan.
Darmadi dan juga Yudi perlahan mengangkat kepala mereka. Tampak sosok misterius itu mengenakan cawat uang terbuat dari kulit binatang yang tepatnya kulit ba-bi hutan.
Keduanya tercengang dan terus mengangkat kepalanya hingga melihat jelas siapa yang ada dihadapan mereka. Seorang pria bertubuh tinggi dengan busur dan anak panah yang siap dilepaskan.
Wuuuuuuuuissh...
Tanpa diduga, keduanya melepaskan genggaman tangan mereka dan melemparkan tubuhnya kesisi yang bersebelahan.
Taaaaaak.
ujung anak panah menancap tepat diujung kaki Darmadi. "Hah," ia tersentak kaget. Keduanya mencoba bergerak mundur, lalu dengan satu isyarat anggukan, berlari dengan berpencar dan mencoba mencari jalan keluar.
"Laaaaariiiiii....," teriak Yudi. Lalu mencoba melarikan diri dan begitu juga halnya dengan Darmadi. Keduanya berlari dengan tenaga yang mereka miliki.
Mereka berpencar, dan mencoba menemukan jalan untuk kembali ke tepi pantai, sebab didalam hutan ini penuh dengan bahaya, dan mereka harus mengabarkan ini pada rekan mereka yang lainnya.
kok berhenti ceritanya...
mna lanjutannya????
𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐜𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐧𝐠𝐤𝐥𝐢𝐧𝐠..
hahaha 4 biji masih di bagi lagi hahahahaa
dan mereka daoat nyebrang dengan selamat..
❤❤❤