Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Kabar Mengejutkan
Trisya dan Devan yang sudah berada di dalam mobil dengan Devan yang menyetir lumayan kencang. Karena sejak tadi diburu Lena yang sudah ke rumah sakit terlebih dahulu karena terlalu lama menunggu Trisya dan Devan. Lena yang diantarkan oleh sopir. Karena yang lain memang sudah pergi terlebih dahulu.
"Apa kamu kesal?" tanya Trisya tiba-tiba.
"Kenapa harus kesal?" Devan kembali bertanya yang melihat ke arah sang istri.
"Dengan Mama yang tiba-tiba saja datang ke kamar Kita dan apa yang dilakukan Mama sudah jelas-jelas mengganggu?" tanya Trisya.
"Mama kamu bukan mengganggu dan juga tidak tahu apa yang kita lakukan dan kenapa harus kesal. Lagi pula terjadi sesuatu. Jadi semua ini adalah hal-hal yang tidak kita inginkan," jawab Devan dengan santai dan sebenarnya sebagai laki-laki dapat juga yang tidak kesal ketika hasrat sedang menggebu-gebu dan harus terhenti.
Biasanya hasrat itu harus dilampiaskan dan ternyata Devan tidak sempat melampiaskan semua itu.
"Jangan-jangan kamu lagi yang kesal," sahut Devan yang menggoda istrinya.
"Nggak juga," jawab Trisya dengan cepat yang padahal wajahnya memerah saat Devan mengatakan itu.
"Masih banyak waktu dan nanti hal itu juga bisa dilakukan lagi," sahut Devan.
Trisya tersenyum malu-malu yang melihat lurus ke depan dan tiba-tiba saja mendadak tidak berani melihat Devan. Dalam situasi genting seperti itu pasangan suami istri itu masih saja sempat-sempatnya saling menggoda satu sama lain. Devan juga tersenyum yang tetap fokus menyetir.
**
Rumah sakit.
Devan dan Trisya yang baru saja sampai rumah sakit. Mereka yang langsung menuju ruang ICU.
"Ini semua gara-gara wanita itu!" suara Lena yang begitu kencang terdengar yang membuat Devan dan Trisya saling melihat saat dari kejauhan mereka melihat keluarga Trisya yang berkumpul.
Devan dan Trisya yang langsung berlari cepat menuju ruang ICU tersebut. Lena yang tampak penuh dengan amarah yang ingin sekali menarik rambut Mona dan dihalangi oleh Haryanto.
Trisya melihat suasana di depan ruang ICU begitu menegangkan. Lusi yang sejak tadi menangis dan Rangga juga yang menangis menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya dan hanya Lena yang berteriak-teriak yang ingin menghajar Mona.
"Ada apa ini?" tanya Trisya pada Sherly yang juga terlihat meneteskan air mata.
"Nenek sudah tidak ada," jawab Sherly dengan suara pelan.
"Apah!" pekik Trisya yang cukup terkejut dan sama dengan Devan yang juga kaget mendengarkan pernyataan dari Sherly yang padahal mereka baru saja tadi membahas tentang nenek.
Pasti itu yang membuat Lena mengamuk yang melampiaskan semua kemarahannya kepada Mona.
"Nenek...." lirih Trisya yang menutup mulutnya dengan satu tangannya. Devan yang berada di sampingnya langsung merangkul bahu Trisya.
"Lena kamu hentikan jangan membuat keributan di sini!" tegas Haryanto.
"Kenapa? papa terus aja membela wanita itu. Mama meninggal gara-gara kalian berdua!" teriak Lena.
"Nenek! maafkan Rangga yang belum bisa membahagiakan Nenek. Nenek belum sempat melihat kemajuan dari Rangga. Maafkan Rangga, Nek!" Rangga terlihat begitu sedih yang sangat terpukul kehilangan neneknya. Istrinya yang menghampiri suaminya itu dan memeluk suaminya untuk memberikan ketenangan.
Diantara semua orang yang menangis sangat berlebihan yaitu Rangga yang sampai sesungguhkan dipelukan istrinya dan entahlah itu berlebihan atau sangat lebay. Trisya jika pasti sedih dan merasa kehilangan. Tetapi dia juga bukan wanita yang cengeng dan hanya meneteskan air mata yang langsung diusap begitu saja.
Devan sejak tadi merangkul Trisya. Dia pikir istrinya itu akan seperti Rangga yang seperti anak kecil merengek.
Lain dengan Lena yang masih saja ingin menarik rambut Mona yang sejak tadi berlindung di balik Haryanto. Kabar kematian dari Liana sang ibu jelas menjadi pukulan terbesar bagi Lena dan apalagi ibunya masuk rumah sakit karena jantungan dengan terbongkarnya hubungan Mona dan Haryanto selama ini yang sudah menikah 2 tahun dan baru ketahuan 1 tahun yang lalu.
Jadi wajar saja jika sampai detik ini Lena tidak pernah menerima ibu tirinya. Karena dia mengetahui Wanita itu sangat picik.
**
Sebelum mayat dari Liana dibawa keluarga pulang. Trisya mendapatkan kesempatan untuk memasuki ruangan tersebut. Trisya yang berdiri di samping mayat yang sudah tertutup dengan kain putih itu.
Trisya membuka kain putih itu dengan tangan bergetar dan melihat wajah neneknya untuk yang terakhir kalinya.
"Maafkan Trisya, Nek. Trisya belum bisa memberikan apa mau nenek. Nenek jangan pernah mengatakan. Jika Trisya jahat. Trisya sayang sama nenek. Trisya akan melakukan apapun untuk nenek dan nenek jangan pernah khawatir. Perusahaan akan baik-baik saja di tangan Trisya. Nenek sekarang sudah tidak sakit lagi dan pergi dengan tenang. Trisya sayang sama nenek! di atas sana tempat nenek akan jauh lebih indah daripada dunia yang sangat kejam ini. Selamat jalan," ucap Trisya dengan air matanya yang menetes.
Dia jauh lebih ikhlas dengan kepergian sang nenek karena memang tidak ada yang harus ditangisi. Nenek juga sudah koma selama 1 tahun dan pasti semua itu sangat menyiksa dirinya.
"Mama!" Trisya hampir saja jantungan ketika mendengar suara tangisan yang begitu kencang dan siapa lagi jika bukan Lena yang masuk ke dalam ruangan itu.
Lena yang langsung mendekati Liana dengan memeluk Liana yang menggoyang-goyangkan mayat itu.
"Mama bangun! jangan tinggalkan Lena. Kita harus berjuang sama-sama. Mama, maafkan Lena," ucap Lena yang menangis berteriak-teriak.
"Mah! sudahlah, suara mama bisa mengganggu pasien-pasien di rumah sakit ini. Nanti Mama dapat teguran dan bukankah tadi Mama juga sudah ditegur di luar oleh Dokter," ucap Trisya mengingatkan.
"Kamu itu tidak tahu bagaimana perasaan Mama. Mama baru saja kehilangan ibu kandung Mama. Jika kamu tidak sedih itu wajar. Tapi Mama sangat terpukul. Kamu tidak akan tahu bagaimana perasaan Mama. Kamu saja pulang dari Jakarta bukan langsung melihat nenek kamu dan sekarang lihat kamu melihat ini kamu sudah dalam keadaan meninggal," Lena malah marah-marah pada Trisya yang Trisya diam saja.
"Maafkan Lena, Mah. Lena membiarkan wanita itu masuk rumah kita, membiarkan wanita itu tidur di kamar Mama. Dia sudah mempengaruhi papa. Maafkan Lena!" Lena terus saja menangis.
"Mama berteriak seperti itu juga tidak akan ada gunanya. Nenek juga tidak akan kembali lagi," Trisya yang kesal yang akhirnya berbicara kembali yang mungkin telinganya sangat sakit.
"Diamlah kamu Trisya. Mungkin kalau mama mati kamu juga tidak akan pernah menangis. Kamu itu terlalu keras. Kamu sejak tadi tidak ada sedih-sedihnya," ucap Lena.
"Apa menunjukkan kesedihan di depan umum dan berteriak-teriak seperti mama yang terlalu lebay dan apalagi Rangga! apa semua itu akan membangunkan nenek. Tidak! jadi tidak ada gunanya Mama melakukan semua ini!" kesal Trisya.
"Kamu hanya bisa berbicara saja. Kamu tidak mengerti perasaan Mama," sahut Lena yang masih begitu sangat sedih.
"Perasaan apa yang harus aku mengerti," batin Trisya yang semakin memberi ingat justru dia semakin dimarahi.
"Hidup Mama benar-benar sangat berat dengan semua ini. Mama harus menderita di rumah sakit dan sementara mereka bahagia terus. Lena tidak akan membiarkan wanita itu menikmati semuanya. Dia harus menerima semua pembalasan dari Lena," ucap Mona.
Bersambung......
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi