Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
"Salam kenal ya Hana, maaf mungkin ini terkesan mendadak! Tapi demi ibu, aku akan meminangmu, apakah kamu mau menerima pinanganku?" tanya Hasyim.
"Boleh aku pikirkan dulu?" tanya balik Hana.
"Baiklah, aku akan tunggu jawaban kamu kapanpun itu. Semoga jawaban kamu tidak mengecewakan, tapi mungkin memang itu yang terbaik."
"Terima kasih sudah memberiku waktu berpikir. Kenapa kamu begitu yakin mau meminangku?" tanya Hana.
"Aku ingin membuat ibu bahagia."
"Hhmm begitu!" jawab Hana singkat. "Dia sesayang itu sama ibunya, apa dia akan sesayang itu juga padaku nantinya?" gumam Hana dalam hati sambil melihat air laut yang jauh nan luas.
"Baiklah, sepertinya sudah mulai larut. Tidak baik perempuan diluar lama². Mari kita pulang Hana!" ucap Hasyim lembut.
"Ya. Aku panggil mereka dulu." mereka memang duduk berjarak meski tidak terlalu jauh. "Ayo kita pulang, sudah jam sembilan lewat tiga puluh menit. Lastri dan Hasna mengangguk setuju lalu beranjak dari duduknya.
Setelah sampai depan kos, Hana pamit dan mengucapkan terima kasih. Kemudian mereka masuk ke kamar, bersih² shalat lalu tidur.
***
Beberapa bulan terakhir Hana disibukkan dengan kuliah, jarang bertemu dengan Hasyim. Sesekali mereka baku chat atau tanya kabar dan basa basi hingga tiba saatnya Hana seminar Proposal disemester tiga bulan Agustus.
"Deg²an gak Han?" tanya Ni'mah.
"Jelaslah! Iyakan Han?" sahut Diana. Mereka sahabat Hana yang selalu ada dalam suka duka. Ni'mah tipe wanita kalem, polos, dan cantik. Sedangkan Diana heboh, ceplas ceplos, dan bahenol.
"Iya aku deg²an. Bismillah, semoga lancar." ucap Hana.
"Aamiin." jawab mereka kompak. "Ayo ke kampus, sudah gak sabar lihat kamu seminar!" ajak Diana.
"Ayo. Terima kasih kalian sudah selalu ada untukku." ucap Hana tulus.
"Kenapa begitu! Bikin melow Hana. Kita kan sahabat. Iyakan Ni'mah?" ujar Diana meminta persetujuan.
"Bener kata Diana. Ayo semangat Hana! Kami juga akan nyusul kamu, tapi bantu ya?" ujar Ni'mah memelas.
"Insya Allah. Kalian pasti bisa, kalian hebat!" ucap Hana semangat. Tetibanya di kampus mereka disambut para staf untuk segera mempersiapkan diri bagi mahasiswi teruji.
'Bismillah. Aku akan seminar Proposal pagi ini, insya Allah pukul 09.00., mohon doanya semoga lancar. Aamiin.' Hana memberi kabar kepada Ayah Ahmad, Husna, dan juga Hasyim. Sedangkan Hasna sedang disibukkan dengan tugas kuliah, jadi tidak bisa mendampingi ke kampus.
'Maafkan aku kak, karena aku ada kesibukan jadi tidak bisa mendampingi kakak.' Chat Hasna terkirim ke Hana.
'Tidak masalah de. Kamu semangat kerja tugas ya. Doakan kakak semoga lancar ujiannya!' Balas Hana.
'Aamiin. Iya kak. Aku kerja tugas dulu, kakak semangat!'
'Makasih adikku.'
Usai balas pesan, kini waktunya seminar Proposal dimulai. Setelah seminar Hana, Diana, dan Ni'mah merayakan dengan makan² di Pondok Bambu andalan.
'Selamat ya sudah seminar Proposal.'
'Terima kasih kak.' Setelah sering bertanya kabar, Hana memutuskan untuk memanggilnya kak Hasyim.
'Nanti sore boleh ketemu ba'da ashar? Nanti aku jemput kalau mau.'
'Iya boleh kak. Insya Allah aku akan siap² kak.'
Usai berbalas pesan sambil makan, Hana membayar makanannya karena dia yang mentraktir teman²nya. Tidak lupa Hana bungkus satu porsi makanan buat Hasna.
Sore harinya Hana bersiap untuk bertemu Hasyim.
"Lama ya nunggu?"
"Gak kok kak." jawab Hana dengan ramah.
"Kita makan cemilan di pinggir pantai saja ya!" ajak Hasyim.
"Boleh kak." setibanya dipinggir pantai mereka memesan banana roll dengan roti bakar dan minumannya Jus alpokat.
"Aku boleh tanya sesuatu?" Hasyim membuka percakapan setelah makanan dan minuman datang untuk menemani mereka ngobrol.
"Boleh. Tanya apa kak?" jawab Hana karena dia juga penasaran dengan pertanyaan Hasyim.
"Bagaimana jawaban kamu atas niatku meminangmu?" tanya Hasyim serius.
"Bismillah. Apa kakak yakin serius?"
"Serius, tapi satu hal yang harus kamu tau bahwa saya menerima perjodohan ini demi ibu."
"Jadi apa artinya selama kita dekat kak?"
"Ya seperti teman. Entahlah! Bagiku cinta atau tidak itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Percaya gak percaya sih sama cinta! Asalkan nyaman ya tidak masalah!" ucap Hasyim enteng.
"Ya sudah insya Allah aku akan terima kakak." jawab Hana dengan senyum manis. "Aku yakin Allah maha membolak balikkan hati manusia, semoga saja dia bisa cinta sama aku. Aamiin." gumam Hana dalam hati.
"Kamu serius Hana?" Hana hanya tersenyum kemudian mengangguk.
"Alhamdulillah." ucap Hasyim. "Ibu pasti bangga padaku, semoga dengan begini mereka bisa memberiku sedikit kebebasan." gumam Hasyim dalam hati dengan masih tersenyum.
Flashback On
"Ibu yakin menyuruhku untuk segera menikah?"
"Iya. Usiamu juga sudah cukup Hasyim. Kamu belum mau nikah?" ucapnya pelan tapi penuh tekanan. "Kurang apa Hana, cantik, pintar, sholehah, S2 lagi! Nanti kamu akan memiliki keturunan yang bagus Hasyim." bujuk Ibu Setia.
"Baiklah jika itu bisa membuat ibu bahagia, tapi beri aku sedikit kebebasan, jangan sampai aku sudah nikah ibu dan ayah masih selalu memintaku kesini setiap hari bahkan setiap waktu kita perlukan!" ujar Hasyim tegas.
"Ya gak lah Hasyim, kamu ini keterlaluan sekali sama ibu dan ayah kamu!"
"Bukan begitu bu! Jangan sampai nanti setelah aku nikah dan punya tanggung jawab baru tapi kalian masih saja membutuhkanku sewaktu² karena kalau sudah nikah tidak bisa waktuku 24 jam buat kalian." Jelas Hasyim.
Ibu Setia hanya diam, menurutnya ucapan Hasyim ada benarnya juga.
Flashback Off
***
"Jadi kamu sudah cerita ke ayah kamu tentang kita?"
"Hhmm aku dah pernah cerita sih, tapi maunya ayah aku harus selesai kuliah dulu. Tapi setelah aku bujuk, ayah gak masalah! Tapi bagaimana dengan kuliah aku nanti, apakah kakak akan membantu membiayainya?" tanya Hana panjang kali lebar.
"Aku kira kamu mengajar di kampus?" tanya Hasyim.
"Belum kak, aku S2 saja belum selesai. Aku dulu pernah ngajar di MTs saat dikampung tapi aku dah keluar." jelas Hana.
"Aku sebenarnya sudah kerja tapi masih honor. Aku ingin cari kerja lain tapi belum bisa!"
"Kenapa kak?"
"Masalah keluarga, mereka lebih penting bagiku daripada segalanya!" Hana hanya manggut² antara paham dan tidak.
"Dia sayang keluarga, mengutamakan keluarga daripada hal lainnya!" gumam Hana dalam hati, merasa bangga atau bahkan sangat berlebihan. Entahlah!
"Kabari saja keluargamu Hana, kalau sudah siap aku akan kesana melamar kamu! Untuk masalah biaya kuliahmu semoga ada rezeki nanti kita cari bersama."
"Iya kak. Sebaiknya begitu! Kalau gitu ayo pulang kak, sudah sore." ajak Hana. Setelah Hasyim membayar makanan dan minuman, mereka pulang.
"Makasih ya kak." ucap Hana setelah turun dari motor Hasyim.
"Sama². Aku langsung ya!" jawab Hasyim, Hana hanya mengangguk saja. Masuk dikamar, bersih² badan, sholat lalu istirahat.
"Apa ini semua sudah benar ya?" Gumam Hana dalam hati, dia nampak berpikir untuk melangkah ke jenjang serius. "Ini keputusan besar! Aku harus tanya ayah dulu." gumamnya lagi.
'Halo ayah. Ayah apa kabar bersama Husna?' tanya Hana setelah mengucapkan salam.
'Kabar ayah baik nak, kamu apa kabar bersama Hasna?' tanya ayah balik.
"Alhamdulillah kami juga baik ayah. Ayah, Hana mau bicara serius!" to the point.
'Ada apa nak?' tanya ayah Ahmad penasaran.
'Aku sudah menerima pinangan Hasyim yah, apa ayah tidak keberatan?'
'Ya sudah jika itu keputusan kamu nak. Jadi kapan mau datang lamaran? Nikahnya gimana?' tanya ayah.
'Rencana bulan depan ayah, bulan September 2017. Bagaimana ayah?' tanya Hana balik.
'Bisa juga nak, nanti ayah kabari keluarga ayah dan almarhumah ibumu.'
'Baik. Terima kasih ayah! Maaf jika Hana belum bisa bahagiakan ayah. Untuk acara nikahnya Hana hanya minta di KUA ayah. Apa ayah setuju?'
'Kamu sudah membuat ayah bangga nak, kamu lanjut S2 dan sekarang akan nikah! Semoga bahagia nak, ayah hanya bisa mendoakan saja. Ayah setuju saja jika nikah di KUA nanti uang maharnya kamu yang tentukan, untuk uang Panai bisa dijadikan modal usaha nak!' nasehat ayah.
'Terima kasih nasehatnya ayah. Hana sayanggg ayah! Ayah jangan kecapean ya, Hana tutup telfonnya.' Pamit Hana pada sang ayah.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆