Petualangan seorang putri dengan kekuatan membuat portal sinar ungu yang berakhir dengan tanggung jawab sebagai pengguna batu bintang bersama kawan-kawan barunya.
Nama dan Tempat adalah fiksi belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batu Bintang Ungu & Kenangan Manis
Putri Tihu menyusuri jalan setapak yang telah dia temukan. Samar-samar didengarnya keramaian di kejauhan.
Sesaat kemudian pandangannya melihat perkampungan nelayan yang hiruk pikuk dengan banyak kegiatan penduduk kampung itu.
Sedikit kelelahan dia duduk diatas pasir putih dibawah pohon yang rindang dan mengamati dari jauh kampung Sahengidalaut.
Benaknya sibuk dengan diplomasi yang harus dia sampaikan pada Tetua kampung itu, dia berusaha menyusun kata-kata terbaik sebagai alasan dari tujuannya.
Putri Tihu Suebu, anak tunggal Raja Hual Suebu, seorang gadis berumur sembilan belas tahun. Berkulit sawo mentah, seorang gadis pemberani namun elegan dalam berpenampilan dengan kepribadian Sanguinis yang optimis dan selalu bersemangat.
Dia memiliki sifat yang mudah bergaul dan ramah dengan orang lain, suka berbicara di depan publik, suka diperhatikan, dan kreatif.
Tak heran banyak orang senang berada di dekatnya. Dia juga dikatakan merupakan pribadi yang memiliki jiwa petualang.
Kemampuan istimewanya yang mampu membuat "Gerbang Pintas" ke berbagai tempat itu berawal dari penemuan batu bintang yang dia temukan di belakang istananya.
Malam dimana dia sedang memperhatikan dan mencoba menangkap kunang-kunang yang banyak beterbangan di belakang istananya dan dikejutkan sesuatu dari langit yang mendadak jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sebuah batu bintang dengan lapisan api berwarna keunguan tampak menyala-nyala.
Saat itu putri takjub mengamati batu bintang itu yang untuk pertama kalinya dia lihat, kemudian putri Tihu segera berlari mencari ayahnya dan menunjukkan batu bintang yang berwarna ungu itu pada ayahnya.
Yang berakhir di tempat penempaan logam istana dijadikan mahkota berlapis emas dengan bentuk bulan sabit dan diberi tambahan kristal ungu ditengahnya sisa dari pecahan batu bintang itu.
Tadinya mahkota itu diperuntukkan hanya dikenakan pada Ratu Suebu... namun anehnya mahkota bulan sabit itu selalu hilang dan ditemukan di kamar putri Tihu, seolah memilih putri Tihu sebagai yang berhak memakainya.
Keanehan itu akhirnya semakin menjadi ketika Putri Tihu mengenakannya. Setiap kali putri Tihu berangan-angan ingin ke suatu tempat yang ia kunjungi, "Gerbang Pintas" itu muncul dengan mendadak tepat di depannya.
Orangtua Putri Tihu begitu bahagia dengan kemampuan istimewa yang dimiliki putrinya itu. Mereka terkadang meminta bantuan putrinya itu mengunjungi berbagai Kerajaan Utama di Nasutaran.
Raja Hual Suebu beberapa kali mengunjungi Kerajaan Wasuwa bersama istri dan putrinya. Terkadang untuk memenuhi undangan Ratu Aduyugayi atau sekedar ingin menikmati indahnya pantai Nabuken.
Pernah juga sekali mereka mengunjungi Sahengidalaut pada waktu musim panen Tiram dan membeli beberapa butir mutiara yang indah.
" Tempat ini tak banyak berubah masih memukau dengan keindahan pasir putih dan beningnya biru air laut". sambil bergumam dia mengarahkan pandangannya ke laguna kampung Nelayan itu.
" Apakah anak itu masih di sini? " Batin Putri Tihu mengenang kunjungan terakhirnya dulu di Sahengidalaut bersama ayah dan ibunya.
Saat itu dia berjumpa seorang anak yang bekerja di peternakan tiram. Dan terpukau dengan keahlian menyelamnya yang begitu lama menahan nafas di dasar laguna.
Dia bahkan masih mengingat nama anak itu. Akhirnya diapun bangkit berdiri dan berjalan ke arah kampung nelayan itu.
Sementara itu di lapangan sepak raga, pekik sorak sorai ramai penonton yang berteriak-teriak saling mendukung kelompoknya.
" Ayo Andiek jangan menyerah!! Kau juga Labussa tetap semangat!!! " teriak wasit Labosi yang memberi semangat pada kelompok Andiek dan Labussa di permainan sepak raga.
Kelompok Andiek terdiri dari Tenri dan Labolong, sedang lawan mereka Dalle, Labussa, dan Isogi. Bola rotan masih di pihak Andiek dan ini babak terakhir.
Kedua regu sama kuat namun masing-masing sudah terlihat kelelahan.
Meskipun mereka pandai mengatur nafas di kedalaman air tapi kali ini mereka terlihat terengah-engah dan tersengal mungkin juga karena kehausan.
Andiek memulai memantulkan bola pembuka dengan kakinya setengah melompat, bola rotan itu meluncur dengan cepat ke arena lawan namun masih tertangkap kaki Isogi yang dia oper ke Labussa anak itu segera memantulkan bola agak tinggi kepada Dalle sebagai umpan untuk tendangan akhir menyerang, namun ternyata Dalle hanya melompat dengan tinggi dan menyundul bola rotan itu dengan keras dari dahinya.
Berharap bola itu mengakhiri permainan sepak raga yang melelahkan itu tapi tak disangka ternyata Labolong dengan sigap menerima bola rotan itu dengan lututnya dan mengarahkan pada Tenri.
Tenri memantulkan bola rotan itu tinggi dengan arah vertikal tepat di depan Andiek .
Dan tanpa diduga Andiek melakukan tendangan salto pada bola rotan dengan begitu keras dan cepat. Baik Labussa, Dalle dan Isogi tak siap menerima bola rotan yang meluncur dengan cepat itu dan bola itu pun masuk menyentuh tanah arena mereka.
Para penonton begitu riuh dan puas menyaksikan permainan mereka serta tetap memberi semangat kedua kelompok itu.
Meskipun pada akhirnya permainan itu dimenangkan kelompok Andiek. Mereka berteriak kegirangan sambil terbahak-bahak. Sedang kelompok Isogi tampak kecewa dan saling menyalahkan.
"Horeeee kita menaaang!!! "Labolong tertawa puas sambil memberi salam pada ketiga lawannya.
" Kalian memang hebat" Isogi mengakui kekalahannya turut menjabat tangan Labolong.
" Kapan-kapan latihan bersama yaaa" kata Andiek setelah menjabat tangan Dalle dan Isogi.
"Boleh " Jawab Dalle dan Isogi hampir bersamaan.
"Aduh haus sekali rasanya" keluh Tenri sembari menjabat tangan Labussa.
" Iya hausssss ... " gerutu Labussa seolah itu penyebab kekalahan mereka.
" Ayo ini diminum biar segar kembali badanmu " Labosi sebagai wasit menyodorkan kelapa muda yang telah dilubangi bagian atasnya pada keenam anak itu.
"Glek.. Glek.. Glek... Waaah segaaarrr" Andiek dan Dalle bersamaan minum air kelapa muda yang disodorkan Labosi.
" Ambil lagi kalau masih terasa haus, masih banyak tuh " Sambung Labosi sambil menujuk ke sekumpulan kelapa muda yang ada di samping arena sepak raga.
" Buat nantilah Kak Labosi " Jawab Isogi
" Kita kan belum ikutan balap perahu thecalonca dan adu cepat mencari kerang Mokua", sambung Tenri
" Tenang saja ambil minumlah sepuasnya, tuh kalau masih kurang...", kali ini Labosi menunjuk buah kelapa yang ada di pohon-pohon kelapa yang tumbuh subur di pesisir kampung itu.
Andiek tergelak sambil berkata, " Asal kak Labosi yang memetik yaaa... Hahaha" disusul tawa yang lainnya.
" Tuh tukang petik kelapanya pada diikat di bawahnya, " kata Labosi menunjuk beberapa monyet yang terikat di tiap pohon kelapa.
Monyet yang biasa disebut beruk itu memang dilatih untuk mengambil buah kelapa yang masih muda.
Namun hanya sang pemilik yang bisa menyuruh mereka. Orang lain yang tak dikenal pasti akan mereka gigit.
"Itu punya kak Labosi ya? " tanya Andiek.
"Iya, kamu mau kenalan ??" Labosi tersenyum setengah bercanda menjawabnya.
"Tidak mau ah, takutnya malah kegigit tanganku," jawab Andiek sambil mendelik.
Labosi mengernyitkan mata samar samar dia melihat kemilau cahaya kuning akibat pantulan sinar matahari di kejauhan yang berasal dari terpaan sinar matahari pada mahkota putri Tihu.
Ayo Thor ini request aku pengen novel ini jangan di tamatin dulu