NovelToon NovelToon
Senandung Penantian

Senandung Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Oksigen TW

Cerita ini benar karya orisinil Author.

✅️ Bijak dalam membaca
✅️ Mohon saran dan kritik yang membangun
❌️ Tidak boomlike dan lompat bab

Uswa wanita yang penuh luka, menemukan secercah cahaya dalam sorot mata Hanz, seorang nahkoda yang ia temui di dermaga.

Gayung pun bersambut, bukan hanya Uswa yang jatuh hati, namun Hanz juga merasakan getaran kecil di hatinya.

Seiring berjalannya waktu, rasa di antara keduanya semakin besar. Namun, Uswa selalu menemukan ketidakpastian dari kegelisahan Hanz.

Uswa pun terjebak dalam penantian yang menyakitkan. Hingga akhirnya, ia dipertemukan oleh sosok Ardian, pria yang berjuang untuk Uswa.

Lantas, kisah mana yang akan dipilih Uswa?

Tetap menanti Hanz yang perlahan memulihkan luka, namun selalu berakhir dengan ketidakpastian?

Atau membuka lembaran baru bersama Ardian yang jelas memiliki jawaban yang sudah pasti?

Ikuti kisah dan temukan jawaban Uswa pada cerita Senandung Penantian.

Cover by Ig : @desainnyachika
Ig : @oksigentw
TT : @oksigentw

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksigen TW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Setelah seharian berbincang dengan Hanz, Uswa memilih untuk kembali ke rumah kontrakannya. Weekend kali ini Uswa tidak ingin berada di rumah orang tuanya.

Malam itu, purnama bersinar indah. Setelah salat isya, Uswa sengaja pergi ke minimarket. Karena jarak rumah dan minimarket hanya beberapa meter, ia memilih untuk jalan kaki. Ia duduk di teras minimarket, menatap indahnya purnama. Ia duduk di temani segelas es kelapa muda, yang ia beli di kios depan minimarket.

Drrtt ... drrtt ...

Perhatian Uswa teralihkan ke ponsel yang ada di hadapannya. Ia menatap layar ponsel yang menampakkan nama kakaknya, Wildan. Uswa merasa enggan menjawab telepon dari kakaknya. Namun, ia tidak ingin membuat kakaknya khawatir. Uswa pun dengan setengah hati menjawab panggilan telepon dari Wildan.

"Assalaamu'alaikum, Mas?" ujar Uswa, mengucap salam.

"Wa'alaikumussalam, Adek di mana? Kenapa nggak pulang?" Terdengar suara Wildan dari balik ponsel. Pria itu merasa khawatir pada Uswa.

"Adek pulang ke kontrakan. Biarlah weekend ini nggak pulang, Mas. Bilang sama ibu, kalau Adek baik-baik saja." jawab Uswa, ia ingin menenangkan pikiran, namun juga tidak ingin membuat khawatir ibu dan kakaknya.

"Ya, sudah. Gimana baiknya. Mas mau bilang InSyaaAllah, seminggu lagi Mas mau lamar anak orang. Tepatnya hari sabtu."

Mendengar kakaknya akan meminang seseorang, Uswa langsung membenarkan posisi duduknya. Ia merasa pusing, karena baginya ini terlalu mendadak. Terlebih lagi, Uswa tidak tahu siapa yang akan dilamar kakaknya, karena sebenarnya Uswa ingin menjodohkan Wildan dengan temannya, Santi.

"Mas mau ngelamar siapa?" tanya Uswa, terdengar ketus.

"Kenapa ketus gitu ngomongnya?" tegur Wildan.

"Ehee ... bukan ketus. Ini kaget aja, loh. Sudahlah, Mas mau ngelamar siapa?" kesal Uswa.

"Santi." jawab Wildan, singkat dan jelas.

"Serius, Mas?!" pekik Uswa, hingga membuat Wildan menjauhkan ponsel dari telinganya. Beberapa orang yang berada di sekitar minimarket pun menatap ke arahnya. Namun, Uswa tidak menghiraukan orang-orang itu.

Mata Uswa terbelalak mendengar nama Santi. Spontan Uswa berdiri dari duduknya, namun sesaat ia duduk kembali. Ia merasa senang, namun ia masih bingung bagaimana harus merespon kakaknya.

"Jangan teriak-teriak. Mas masih dengar," ledek Wildan, yang jelas membayangkan ekspresi adiknya itu.

"Bukan teriak, i'm so excited, Mas!" ujar Uswa, terdengar bersemangat di setiap kata. (Saya sangat bersemangat)

"Ya intinya gitu. Rencananya besok kami ke sana. Menjemput Santi untuk membeli keperluan ..." lirih Wildan, terdengar khawatir di telinga Uswa.

"Adek nggak diajak?" selidik Uswa. Ia heran kenapa Wildan tidak mengajaknya.

"Mas mau ngajak Adek. Tapi ...."

Ucapan Wildan terhenti, ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia tidak ingin adiknya terluka dan merasa dikucilkan.

"Ooh, pria itu ikut?" sinis Uswa, yang jelas terdengar penuh kebencian, meski hanya melalui panggilan telepon.

"Maaf, Dek. Mas beneran ingin mengajakmu. Tapi, tidak mungkin bapak tidak diajak. Pastinya orang tua Santi akan bertanya, Dek."

Wildan menjelaskan dengan hati-hati. Meski ia tidak melihat wajah Uswa, namun ia dapat merasakan bagaimana marahnya Uswa saat itu.

"Iya, Mas. Nggak apa-apa. Bilang sama mbak Santi, Adek besok lembur." tutur Uswa, menahan air mata yang sudah siap jatuh.

"Iya, Dek. Terima kasih, ya."

"Kalau begitu Adek tutup, Mas. Assalaamu'alaikum."

Uswa langsung mengakhiri obrolan dengan kakaknya. Ia tidak sanggup lebih lama berbicara dengan kakaknya. Ia tidak ingin kakaknya khawatir, jika mendengar isak tangisnya. Uswa pun kembali meletakkan ponsel di atas meja, tepat di hadapannya.

"Kenapa hanya aku yang masih sangat terluka?" lirih Uswa, merintih menahan sesak dalam dada.

Uswa segera bangun dari duduknya, ia merasa panik mulai menyerang. Ia cepat-cepat meraih ponsel dan segera meninggalkan area mini market. Ia tidak ingin rasa paniknya mengundang perhatian banyak orang.

Namun, belum sampai di rumahnya, Air mata yang terbendung, akhirnya terjun bebas, membasahi wajahnya yang ayu. Kedua tangannya mulai gemetar, hingga ponsel yang ia genggam pun terjatuh. Ia pun luruh berlutut di bahu jalan.

Berpasang mata tertuju padanya. Ada beberapa orang yang menyapa dan bertanya padanya. Namun, itu hanya sia-sia mereka lakukan. Jangankan untuk menjawab, untuk mengangkat pandangan saja ia sudah tak sanggup.

"Mbak ... mbak ... mbak baik-baik saja?" tanya wanita berusia 30-an, sembari mengguncang pelan tubuh Uswa.

Lagi-lagi tidak ada jawaban yang keluar. Hanya isak tangis dan deraian air mata yang berbicara saat itu. Orang-orang yang hanya penasaran, akhirnya pergi satu per satu. Hanya wanita itu yang senantiasa menemani Uswa.

Bagai pepatah mengatakan pucuk dicinta ulam pun tiba, maksudnya kita mendapatkan sesuatu lebih dari yang diharapkan. Begitu pula dengan Uswa, entah mengapa pikirannya tertuju pada Hanz. Ia ingin Hanz ada di sisinya saat itu.

Apa yang dipikirkan Uswa pun menjadi kenyataan. Dari kejauhan, Hanz setengah berlari menuju ke arah Uswa, yang bersimpuh dengan kepala menunduk. Sesampainya di hadapan Uswa, Hanz langsung berlutut, dengan satu kakinya ditekuk.

Hanz memegang tangan Uswa yang saling menggenggam. Ia merelakan tangannya agar Uswa tak menyakiti dirinya sendiri. Dengan penuh kehangatan, tangan kiri Hanz mengusap kepala Uswa. Ia menenangkan Uswa dengan penuh kesabaran dan kelembutan.

"Mas ini siapanya?" tanya wanita yang berada di sebelah Uswa, ia menatap Hanz penuh selidik.

"Saya calon suaminya, Mbak." Hanz spontan menjawab pertanyaan wanita itu. Ia tidak sempat berpikir untuk mencari jawaban yang lebih aman.

Awalnya wanita itu tidak percaya dengan Hanz, namun ia merasa bahwa Uswa sudah mulai tenang. Ia pun memperhatikan genggaman tangan Hanz dan Uswa, akhirnya wanita itu percaya, bahwa Hanz memang calon suami dan mengenal Uswa.

"Syukurlah kamu datang, Mas. Saya bingung bagaimana menolong calonmu. Kalau begitu saya permisi, semoga calonmu baik-baik saja." ujar wanita itu, terdengar prihatin pada Uswa.

"Terima kasih atas bantuannya, Mbak." jawab Hanz sopan, mempersilakan wanita itu pergi, meninggalkannya dan Uswa.

Perhatian Hanz kembali tertuju pada Uswa. Ia membungkukkan badan, menatap Uswa dari bawah, karena Uswa terus menunduk. Hanz kembali pada posisinya, ia memegang pundak dan kembali menenangkan Uswa.

"Sudah ... tidak apa-apa. Ada Mas di sini. Kamu tidak sendirian," tutur Hanz, penuh kehangatan dan kekhawatiran.

Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Uswa. Begitu juga dengan Hanz. Pria itu ikut terdiam, hanya bisa menatap pucuk kepala Uswa yang tertutup hijab.

Malam itu, di bahu jalan, ditemani oleh deru kendaraan yang berlalu-lalang, disaksikan oleh kebisuan rembulan, Hanz kembali menenangkan Uswa. Entah takdir apa yang mengikat keduanya, hingga membuat perasaan mereka saling menyatu.

'Kumohon jangan seperti ini. Aku tidak bisa selalu ada di sisimu,' batin Hanz.

Kali ini, pria itu benar-benar gundah karena profesinya. Pekerjaan yang mengharuskan ia berkelana, mengarungi sagara luas, hingga mempertaruhkan nyawa. Entah kembali atau tidak, pada akhirnya ia akan melukai wanita di hadapannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Maafkan aku, jika nantinya aku lebih melukaimu....

...~Oksigen TW~...

...****************...

1
🌺Fhatt Trah🌺
jujur aja mas. jgn disimpen dlm hati
Oksigen TW: Entahlah, Hanz terlalu diam dengan perasaannya/Frown/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
uswa udah benci banget ya sama ayahnya
Oksigen TW: Antata benci dan takut, Kak😔
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
mata tidak mungkin bohong ya hanz
Oksigen TW: Betul banget/Sob/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
itu jawaban yg tepat
Oksigen TW: Tepat berujung salting/Chuckle/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cara penulisan authornya rapi. sukses dengan karya keren ini kk👍🏻👍🏻
Oksigen TW: Harus banyak belajar sama Kakak
Oksigen TW: Aamiin. Terima kasih, Kak
total 2 replies
🌺Fhatt Trah🌺
ayahnua punya istri yg lain kah
Oksigen TW: Iya, Kak😭
total 1 replies
mama Al
bunga untuk uswa

salam dari radar cinta Andara
Oksigen TW: Uswa : Terima kasih banyak, Kak😘
total 1 replies
mama Al
betul
Oksigen TW: Tapi, siap menanggung sakit yang luar biasa/Sob/
total 1 replies
mama Al
kau menggantungkan hubungan ini
Oksigen TW: Memang keterlaluan Hanz itu, Kak/Sob/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
🌹🌹 + subs sudsh meluncur. semangat ya thor
Oksigen TW: Waahh ... terima kasih, Kakak😘🫶
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cieeee ... yg ditunggu-tunggu🤭🤭
berdebar debar pasti itu hati
Oksigen TW: Banget, Kak🤣
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
di mana itu kota Dumai Thor?
kukira dunia maia🤭
Oksigen TW: Di Provinsi Riau, Kak
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
aku mampir thor. nyicil dulu ya
Oksigen TW: Terima kasih, Kak e. Ntar saya mmpir balik.🫶
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
inikah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?
untung gk jatuh ke dermaga ya Hanz, tapi jatuhnya ke hati Uswa🤭
Oksigen TW: Untung Hanz jago renang, jaga2 dia jatuh ke dermaga karena kekonyolan Uswa/Facepalm/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
bilang aja cantik, mas. pake basa basi lagi🤭
Oksigen TW: Basa basi berujung cinta/Facepalm/
total 1 replies
mama Al
3 iklan untuk author
Oksigen TW: Terima kasih, Kak🫶
total 1 replies
mama Al
bahasanya keren
Oksigen TW: Punya Kakak jauh lebih keren😭
total 1 replies
mama Al
Yadi ternyata suka gosip juga
Oksigen TW: Bukan main si Yadi, Kak😭
total 1 replies
mama Al
sabar uswa

laut kan sering tidak ada sinyal
Oksigen TW: Sedih ya, Kak😭
total 1 replies
Dewi Payang
10 iklan buat kak Author, cemangatz💪
Dewi Payang: Sama2 kak🫰🫰
Oksigen TW: Terima kasih banyak, Kak🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!