Senandung Penantian

Senandung Penantian

Bab 1

Sore itu, seperti biasa Uswa tidak lupa untuk mampir ke dermaga. Rutinitas itu ia lakukan setiap jumat sore, dengan tujuan melepas lelah yang menumpuk selama weekdays.

Uswa berjalan menyusuri trestel, lebih tepatnya jalanan atau jembatan dari dermaga menuju daratan. Ia merasakan embusan angin laut yang selalu menenangkan. Uswa menghentikan langkah, menengadah, menatap langit yang masih sangat cerah.

"MaaSyaaAllah ..." batinnya.

Sesaat ia terkesima menatap langit biru yang membentang. Matanya pun terpejam, menghirup dalam-dalam aroma laut dan udara yang melebur menjadi satu.

"Beruntung sekali aku ke sini. Sore yang selalu kurindukan," ucapnya, seakan berbisik pada angin yang menyapa.

Bibirnya terangkat, melukis senyum, hingga membentuk lubang kecil di sudut bibir, dan di pipi kanannya, yang menandakan ia merasa nyaman dengan teriknya mentari sore. Hari itu memang sangat terik, hingga sore tiba pun langit masih sangat cerah dan biru.

Uswa kembali melangkah, berniat menyusuri trestel hingga ke ujung. Dengan cekatan, ia mengabadikan langit dan laut yang menurutnya sangat indah.

Saat Uswa tengah mengabadikan momen dalam ponselnya, tiba-tiba dering ponsel membuatnya mengerutkan kening. Sedetik. Dua detik. Ia menunggu beberapa saat, hingga akhirnya memutuskan menerima panggilan telepon.

"Halo, Assalaamu'alaikum," kata Uswa, mengucap salam.

Uswa melangkah menuju tepian, mendengarkan kalimat demi kalimat yang disampaikan kakak laki-lakinya dari balik ponsel.

Mendengar penjelasan dari sang kakak, kening Uswa mengkerut, tercetak jelas gurat amarah di wajahnya. Uswa memijat kening di antara kedua alis, yang sama sekali tidak sakit.

"Memang rencananya ba'da isya adek mau pulang, mau ngajak ibu belanja. Kalau Mas nyuruh Adek pulang, berarti Mas juga pulang, soalnya emosi Adek langsung tinggi kalau di rumah," tutur Uswa, menjelaskan pada kakaknya.

Beberapa menit berlalu, Uswa pun mengakhiri pembicaraan melalui panggilan telepon. Seperti biasa, setelah mendengar tentang ibunya, manik indah Uswa selalu berkaca-kaca, dan air mata itu hanya mampu menggenang, karena sudah tak sanggup untuk menetes.

Uswa menarik napas dalam, ia menahan sebentar, seakan menyalurkan udara ke dalam kepalanya. Sesaat kemudian, Uswa mengembuskan napas dengan perlahan.

Tatapannya lurus ke depan, seakan menerawang jauh lautan yang membentang luas. Entah apa yang ada dalam benaknya, saat itu ia hanya ingin berdiam sejenak, menentramkan pikiran yang mulai panas.

Wanita berusia 26 tahun itu, yang memiliki nama lengkap Uswatun Hasanah kembali melangkah, menyusuri trestel. Sesampai di persimpangan trestel, Uswa menghentikan langkah, ia menatap seorang pria yang duduk di salah satu bolder -perangkat dermaga untuk menambatkan tali kapal.

Uswa menatap lekat pria yang tengah memainkan gitar, menyenandungkan lagu 'Ibu - New Sakha'. Getar kerinduan terasa di setiap bait nada. Mata sipit dengan sorot tajam itu, memancarkan pilu dari sebuah rindu.

Lirih suara yang memilukan, menyentuh relung hati Uswa, terlebih lagi Uswa memang sedang memikirkan ibunya. Hatinya terenyuh, membuat Uswa melangkah menghampiri pria yang tidak ia kenal.

Tidak ada kata yang terucap, bibir Uswa seakan terkunci rapat. Manik indah yang telah tergenang telaga bening, menatap pria yang sudah di hadapannya. Terlihat konyol saat itu, namun pria itu seakan merasakan pilu yang terpancar dari sorot mata Uswa.

Pria itu menghentikan jemari yang menari, memetik senar gitar yang menghasilkan melodi indah. Suaranya terhenti, menatap heran ke arah Uswa yang tengah menatapnya. Pria itu menaikkan alis kanannya, membuat mata sipit itu tampak begitu mempesona.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pria itu, membuat Uswa tersadar dengan apa yang terjadi.

"Eh ... itu ... anu ...." Uswa tergagap, ia bingung harus mengatakan apa. Wajahnya seketika berubah warna, merah padam. Ia terlihat seperti baru ketahuan mencuri sesuatu.

Pria itu tersenyum kecil melihat Uswa salah tingkah, karena ketahuan menatap lekat dirinya. Ia merasa wanita di hadapannya sangat lucu dan menggemaskan. Pria itu pun bangun dari duduknya. Akan tetapi, senyum kecil kembali terulas, membentuk lengkungan tipis.

"Masih kecil kenapa main sendiri di dermaga? Kalau kecebur gimana?" ucap pria itu, sadar akan tinggi badan wanita di hadapannya tidak sampai 160 cm.

"Siapa yang masih kecil? Enak saja anda ini!" dengus Uswa, ia tidak terima dengan ucapan pria asing itu, karena ia sadar, bahwa pria itu meledek tinggi badannya.

"Ooh, bukan anak kecil ternyata. Tapi, kok imut, ya? Konyol lagi." Senyuman pria itu kembali mengembang, entah kenapa pria itu merasa suka dengan wanita di hadapannya, lebih tepatnya ia suka pada pandangan pertama.

Mendengar dirinya disebut konyol, Uswa tersenyum kikuk. Ia tidak ingin membantah ucapan dari pria yang baru ia temui. Siapapun pasti akan berpikir yang sama seperti pria itu.

"Anda belum menjawab pertanyaan saya, Nona." tutur pria itu, mengingatkan bahwa pertanyaan pertama yang ia ucapkan belum dijawab oleh Uswa.

"Itu ... tidak ada apa-apa, kok. Saya hanya tersentuh mendengar getar suara anda yang melantunkan lagu tadi." jujur Uswa, benar adanya.

Uswa mengalihkan pandangan, menatap senja yang hampir menyapa. Sorot matanya terpancar kerinduan pada sosok ibu. Uswa tersenyum kecil, hingga lesung pipitnya tercetak jelas, membuat pria itu terpesona dengan senyum Uswa.

"Saya merasakan getar rindu yang memilukan dari suara anda. Jadi, itu yang membuat saya melangkah mendekati anda. Begitulah kira-kira. Tidak ada alasan lain." ungkap Uswa, kembali menatap manik pria yang memang benar memancarkan rindu yang mendalam.

Pria itu tersenyum getir, ia menatap hamparan air yang bergerak membentuk gelombang kecil. Tidak ada kalimat yang keluar dari bibirnya, pria itu seakan larut dalam lautan luas yang tak berujung.

"Sebelumnya saya tidak pernah bertemu dengan wanita yang bisa merasakan rindu ini. Rindu yang akan membawa saya pulang atau tidak. Terima kasih ..." lirih pria itu, menundukkan pandangan, menatap Uswa yang hanya setinggi dadanya.

"Kalau begitu ... mari kita berteman, Tuan."

Senyum manis terlukis di wajah ayu Uswa. Ia mengulurkan tangan kanan, berharap pria itu menyambut uluran tangannya.

"Mikail Ahmad Hanzhallah. Mereka biasa menyebut saya Mikailo," ujar pria itu, yang menyebutkan namanya, sembari menyambut uluran tangan Uswa.

"Uswatun Hasanah," jawab Uswa, tersenyum penuh arti. Ada getaran kecil menyelinap masuk ke relung hati, membuat Uswa merasakan perasaan aneh. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Nama yang bagus ..." lirih pria itu, yang sudah diketahui namanya oleh Uswa.

"Nama anda juga bagus. Bolehkah saya memanggil Hanz?" tanya Uswa, meminta persetujuan pada Sang Pemilik nama.

"Silakan," jawab Hanz. Ia tersenyum, mendengar pertanyaan Uswa.

"Sepertinya anda lebih tua dari saya, saya 26 tahun." Uswa memberitahu usianya, karena ia tidak ingin memanggil Hanz hanya dengan nama, apabila pria tersebut lebih tua darinya.

"Ya, saya lebih tua dua tahun," jawab Hanz, seakan mengerti maksud Uswa.

"Mas Hanz ..." lirih Uswa.

"Dalem, Dek?" spontan Hanz merespon panggilan dari Uswa, hingga membuat Uswa menatap Hanz dengan manik yang indah.

Entah apa yang mereka rasakan, namun satu hal yang pasti, antara Uswa dan Hanz merasakan getaran yang sama. Getaran kecil pada pandangan pertama yang menyelinap, menyelimuti relung hati, menyemai benih yang belum pernah tersemai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Meski rindu ini begitu menyiksa, namun tetap harus kulalui. Jika air mataku luruh, maka air mata ibuku akan lebih mengucur deras....

...~Oksigen TW~...

...****************...

Terpopuler

Comments

🌟~Emp🌾

🌟~Emp🌾

/Cry//Cry//Cry//Cry/ ibu

2024-10-24

1

🌟~Emp🌾

🌟~Emp🌾

aku cuma 145 😭😭😭😭😭

2024-10-24

1

🌺Fhatt Trah🌺

🌺Fhatt Trah🌺

aku mampir thor. nyicil dulu ya

2024-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!