Duke Armand sama sekali tak menyangka jika istri yang selama ini dia sakiti dan abaikan adalah penyelamat hidupnya.
Begitu Duke Armand sadar, semuanya sudah terlambat.
Sang istri sudah pergi meninggalkan dirinya bersama anak semata wayangnya dalam penyesalan yang dalam.
Akankah Duke Armand berhasil mendapatkan cinta dan kepercayaan sang istri kembali....
Ataukan dia harus kembali jatuh terperangkap dalam kebohongan wanita yang menjadi cinta pertamanya....
Penasaran....
Ikuti kisahnya dalam cerita baruku ini....
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCI - 5
Disebuah rumah sakit terbesar di ibukota, Duke Armand yang merasa kondisinya sudah pulih pun segera keluar karena dia tak ingin membuat Dunchess Liona cemas jika dirinya masih dirawat.
Karena kepalanya sedikit pusing, terpaksa Duke Armand menaiki kereta kuda yang menjemputnya dibandingkan menunggang kuda sendiri seperti yang biasa dia lakukan.
Begitu sampai, para pengawal yang berdiri didepan gerbang segera menundukkan kepala dengan hormat.
“Tuan”, panggil mereka dengan wajah penuh kekhawatiran melihat Duke Armand turun dari kereta kuda dengan kepala diperban.
Duke Armand yang melihat kekhawatiran diwajah pengawalnya tak menujukkan reaksi apapun dan melangkah masuk kedalam mansion dengan wajah datar.
Salah satu pelayan datang dan segera memberitahukan kondisi sang anak kepadanya sehingga Duke Armand yang semula ingin pergi keruang kerjanya mengurungkan niat dan melangkah menuju kamar Nathan.
Melihat Nathan terbaring lemas dengan kepala dikompres dan kaki terbalut perban, Duke Armand pun merasa sedikit khawatir.
Meski dia membenci sang istri namun Nathan adalah darah dagingnya jadi dia pun masih memberi perhatian kepada bocah lelaki kecil itu yang merupakan penerusnya nanti.
“Apa yang terjadi padanya ?”, tanya Duke Armand dengan nada datar.
“Tanpa kujawab seharusnya kamu sudah tahu apa yang terjadi bukan”, jawab Dunchess dengan nada dingin.
Mendengar jawaban dari sang istri, kening Duke Armand sedikit berkerut heran karena tak menyangka jika sang istri akan mengacuhkannya seperti itu.
“Jika aku tahu maka aku tak akan bertanya kepadamu”, Duke Armand kembali bersuara membuat kesabaran Dunchess Roselyn sang setebal tisu pun mulai menguap.
“Tentu saja kamu tak akan tahu karena sibuk dengan j****g mu itu sehingga mengabaikan keselamatan istri dan anakmu !!!”, Dunchess Roselyn menjawab dengan sinis tanpa mengalihkan pandangannya dari sang anak.
“Tutup mulut busukmu itu karena disini yang j****g itu kamu !!!”
“Dasar tak tahu diri !!!”, umpat Duke Armand penuh amarah.
Dunchess Roselyn tertawa mengejek mendengar umpatan yang diberikan sang suami sambil menatap nyalang Duke Armand yang membuat tubuhnya membeku seketika.
“Ada apa dengannya ?”
“Kenapa auranya sangat kuat seperti ini ?”, batin Duke Armand resah.
Dunchess Roselyn yang sudah muak dengan semua kebohongan dan kebusukan sang suami pun berdiri dan menatap nyalang Duke Armand sambil mengangkat telunjuknya.
“Jika bukan j****g apa julukan bagi wanita yang terus menempel pada suami orang”, ucap Dunchess Roselyn dengan nada tinggi.
Melihat Nathan bergerak gelisah, Dunchess Roselyn yang tak ingin mengganggu waktu istirahat sang anak pun segera mengusir sang suami dari kamar.
“Keluar kamu !!!”
“Nathan tak membutuhkanmu !!!”, usir Dunchess kasar.
Melihat Duke Armand sama sekali tak bergerak, Dumchess Roselyn yang sudah menahan kesal sedari tadipun segera mendorong tubuh sang suami keluar dari dalam kamar dengan kasar.
Duke Armand yang masih syok sehingga tak mampu berbuat apapun mulai emosi ketika pintu kamar Nathan ditutup kasar oleh Dunchess tepat didepan matanya.
“ Tuan”, pelayan yang melihat Duke Armand keluar dari dalam kamar anaknya dengan wajah merah padam hanya bisa menundukkan kepala ketakutan.
Sementara Duke Armand yang sama sekali tak memahami dirinya yang dengan mudah diusir oleh sang istri dari dalam kamar anaknya hanya bisa mengeram marah.
Duke Armand segera berjalan cepat untuk keluar kediaman agar bisa menenangkan pikirannya yang sedikit kalut akibat ulah istrinya itu.
Namun baru saja dia menuruni tangga, langkahnya dihentikan oleh kepala pelayan yang datang menemuinya sambil terisak.
“ Tuan”, panggil Marry dengan wajah menyedihkan.
Duke Armand yang melihat wajah Marry lebam dengan sudut bibir robek dan berdarah menautkan kedua alisnya heran bagaimana bisa kepala pelayannya yang galak dan tegas itu terlihat mengenaskan seperti itu.
“Kenapa dengan wajahmu itu ?”, tanya Duke Armand penasaran.
Marry yang mendengar pertanyaan Duke Armand mengusap sudut matanya dengan telunjuknya sambil terisak.
“Ini...ini semua ulah Dunchess, tuan”, jawab Marry dengan wajah yang terlihat semakin menyedihkan dan berharap Duke akan segera menghukum Dunchess Roselyn.
Duke Armand yang mendengar itu tampak menatap kepala pelayannya tersebut dengan tatapan serius.
“Dunchess ?”
“Bagaimana bisa ?”, tanyanya sedikit tak percaya.
Meskipun istrinya itu bukanlah orang yang baik tapi Dunchess Roselyn bukanlah seorang yang kasar yang bisa menghajar orang lain sampai seperti itu.
Marry yang mendengar nada tak percaya dari Duke Armand menggelengkan kepala berulang kali sambil terisak.
“Anda pasti tidak percaya Tuan, tapi saya tidak bohong. Semua ini memang dilakukan oleh Dunchess karena saya menolak memanggilkan dokter untuk tuan muda”,ujarnya dengan tangis yang terdengar menyedihkan.
Duke Armand yang mendengar jika sang istri menginginkan seorang dokter datang untuk memeriksa anaknya terdiam dan wajahnya berubah menjadi semakin dingin.
Marry yang melihat wajah Duke Armand sedikit ketakutan, namun dia juga tak terima jika Dunchess tak dihukum setelah mempermalukannya dihadapan semua orang dan membuat wajahnya bengkak seperti ini.
“Tuan, tolong beri saya keadilan. Dunchess benar-benar tak menganggap saya padahal yang saya lakukan hanya menjalankan perintah anda”, ujarnya sambil berurai air mata.
Duke Armand terdiam, otaknya sibuk memikirkan apa yang akan terjadi jika sampai ada dokter datang memeriksa anaknya.
Pasti akan ada rumor yang beredar dan masalah penyerangan yang menimpa Dunchess dan Nathan tadi malam akan tersebar dengan cepat.
Dan jika hal itu sampai terjadi maka kedua orang tuanya akan mendengar, hal itulah yang tak diinginkan oleh Duke Armand.
“Tuan”, panggil Marry yang merasa diabaikan oleh Duke Armand.
Lamunan Duke Armand buyar seketika mendengar suara Marry dan mulai menatap kepala pelayannya yang terlihat sangat menyedihkan itu.
“Jo, bawa Marry berobat”,perintah Duke Armand yang terlihat jelas jika dia sama sekali tak mempermasalahkan perlakuan Dunchess pada kepala pelayannya tersebut.
Jonathan yang mendengar perintah tersebut bergegas mempersilahkan Marry untuk ikut dengannya, namun wanita muda tersebut tak mengindahkan Jonathan karena dia masih syok jika Duke Armand akan melepaskan Dunchess begitu saja.
“Tuan”, Marry kembali berucap dengan tatapan penuh harap kearah Duke Armand.
“Kenapa, apa kamu ingin aku menghukum istriku begitu”
“Kamu harus ingat, Dunchess adalah nyonya dirumah ini sementara kamu hanyalah seorang pelayan”
“Apa statusmu setinggi itu hingga aku harus menghukum istriku hanya karena keluhanmu”, ucap Duke Armand penuh penekanan.
Marry yang mendengar ucapan Duke Armand tersebut membelalakkan mata tak percaya dan dia terlihat begitu syok.
“Tidak !!!”
“Tuan tak mungkin hanya menganggapku sebagai pelayan saja, tidak mungkin !!!”, batinnya sambil menggeleng-gelengkan kepala menolak kebenaran yang ada.
Marry masih mensugesti dirinya jika dia special dalam kehidupan Duke Armand karena lelaki itu selama ini telah mempercayainya mengelola mansion Bernard yang seharusnya menjadi tugas seorang Dunchess sehingga sulit untuk menerima fakta yang ada.
Melihat kepala pelayannya itu masih terdiam ditempatnya, mengacuhkan ajakan Jonathan untuk membawanya kerumah sakit, Duke Armand yang kesabarannya telah habis diambil sang istri pun mulai mengancamnya.
“Jika tak mau pergi kerumah sakit maka sebaiknya kamu kembali kekampung halamanmu sekarang juga”, ujar Duke Armand dingin.
Marry yang mendengar ancaman Duke Armand tubuhnya mendadak gemetar ketakutan, sambil menggeleng-gelengkan kepala dia bergerak mundur dan langsung berjalan menyusul Jonathan yang akan membawanya kerumah sakit untuk berobat.
Sementara Duke Armand yang melihat kepergian Marry setelah diancam hanya bisa mendengus kesal.
Sebenarnya Duke Armand sudah sedikit muak dengan tingkah pola Marry yang merasa menjadi nyonya besar dimansion ini padahal statusnya hanya sebagai kepala pelayan.
Jika saja Marry bukanlah anak dari Sandy, wanita yang telah meninggal karena menyelamatkan nyawanya ketika ada penyerangan dimansion Bernard enam tahun yang lalu, tidak mungkin Duke Armand menjadikannya kepala pelayan seperti sekarang sebagai balas budi.
Selama ini Duke Armand selalu diam saja saat Marry menindas pelayan lainnya, tapi melihatnya berani mengeluh mengenai istrinya membuat hatinya meradang.
Meski dia sama sekali tak menganggap Dunchess Roselyn sebagai istri sungguhan tapi secara hukum dan agama wanita yang telah melahirkan seorang anak untuknya itu masihlah nyonya dimansion Bernard.
Jadi, siapapun yang berani menginjak harga diri istrinya maka itu secara tidak langsung juga menginjak harga dirinya sebagai kepala keluarga dikediaman ini sehingga Duke Armand tak akan membiarkannya begitu saja.
akhirnya... masa jaya mu tak selamanya abadi Liona 😜
jadi g berlarut kyak sinetron 🙏🙏🙏😚
updatenya semoga selalu sehat thor biar up selaluu
/Smile//Smile//Smile/
Dan harus menghukum nya sprti apa yg dilakukan nya🥺
dan segera bisa menyingkirkan selir baru .. /Smile/