Melody Mikayla gadis berusia 18 tahun terpaksa harus menikah dengan Alvaro Evano seorang pria yang jauh lebih tua darinya, bukan usia yang menjadi persoalannya, tetapi Alvaro adalah orang asing baginya dan sudah memiliki kekasih. Alvaro mau menikah dengan Melody karena terjerat masalah di masa lalu, masalah apa yang membuat Alvaro tidak bisa menolak pernikahan itu padahal mempunyai kekasih? Lantas, bagaimanakah kisah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ailah Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Hubungan Ardiaz dan Serena?
Jantung Alvaro bak mau copot setelah mendengar kabar adiknya yang tiba-tiba menghilang dari rumah. Langkahnya terasa seperti tidak memijak tanah akibat banyaknya pikiran. Pria itu segera memasuki kantornya bertemu dengan beberapa pegawainya yang memperhatikan karena melihat langkahnya yang cukup cepat.
Alvaro mengatur nafasnya, ia merasa lega ketika melihat sang adik yang ternyata sudah ada di lobby kantor. Pikirannya sudah kemana-mana, takut rasanya jika sampai Ardiaz memberitahu Serena. Sebelumnya, Alvaro mendapatkan kabar dari pihak kantor kalau tadi pagi sekali Ardiaz sudah datang, benar saja ada di sana.
"Kenapa kamu ke sini gak bilang dulu?"
"Emangnya aku anak kecil yang harus selalu bilang apapun sama Kakak?" tanya balik Ardiaz.
Bukan itu yang dimaksud Alvaro, ia hanya sedang panik. Ardiaz tersenyum menyeringai, melihat raut wajah sang Kakak ia sudah tahu apa yang tersimpan di pikirannya.
"Kayak ketakutan gitu, Kakak takut kalau aku ngomongin semuanya ke Serena?"
"Kamu jangan pernah bilang apapun sama Serena, Kakak akan memberikan apapun yang kamu mau kalau kamu bisa tutup mulut."
Ardiaz tersenyum, ia tidak menginginkan apapun dari sang Kakak. Apa yang harus Ardiaz minta darinya sedangkan apapun yang Alvaro miliki ia pun pasti memilikinya. Pagi ini Ardiaz enggan untuk sarapan bersama keluarganya bukan karena ia ingin memberitahukan rahasia mereka pada Serena, ia hanya malas untuk sarapan dengan orang-orang yang tidak membagi rahasia padanya.
Alvaro merasa bingung karena Ardiaz tidak mau dengan iming-iming darinya. Namun, kata sang adik tidak perlu cemas karena ia tidak peduli dengan masalah Alvaro. Mungkin suatu saat Alvaro dan yang lainnya akan menerima akibatnya karena sudah merahasiakan masalah yang sangat besar dari Ardiaz.
Beberapa menit kemudian, Ardiaz pergi ke kafe bertemu dengan Serena yang ingin menemuinya karena memang Ardiaz bertahun-tahun tidak pulang dari luar negeri. Serena tersenyum lebar mengatakan senang bisa melihat Ardiaz kembali lagi.
"Dan katakan apa tujuan pertemuan ini?"
"Kenapa kamu terburu-buru?" tanya Serena.
"Aku masih ada banyak pekerjaan lain, aku hanya datang ke sini karena permintaan darimu yang katamu sangat penting."
"Sekarang tidak ada yang lebih penting daripada kakakmu, aku sangat menyukainya, jangan berharap yang tidak-tidak."
Terasa tidak penting bagi Ardiaz, sehingga ia memutuskan untuk pergi hanya saja langkahnya terhenti karena menabrak Melody. Melody datang ke kafe bersama beberapa teman barunya, mereka mau merayakan hari ulang tahun salah satu temannya. Tadinya Melody enggan untuk diajak ke sana karena takut Alvaro dan keluarganya marah.
Namun, mereka memaksanya lagian bagi mereka Melody ini wanita yang masih lajang sehingga untuk pergi ke acara seperti itu tidak perlu dikekang. Melihat kedatangan segerombolan anak muda yang terdapat Melody membuat Serena menutupi wajahnya menggunakan tas. Melody tersentak kaget karena melihat Ardiaz di sana, tangannya ditarik temannya karena Melody malah berdiri di depan pria tersebut.
"Tunggu, saya ingin bicara dengan Melody."
Melody melihat ke arah taman dan Ardiaz secara bergantian, lalu temannya melepaskan lengan Melody pergi dengan Ardiaz. Ardiaz bertanya mengapa Melody bersikap seperti wanita yang belum menikah, berkumpul-kumpul dengan para anak muda.
"Saya di rumah dan di luar rumah berbeda, ini adalah perintah dari ibunya Mas Alvaro."
Ardiaz tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia tidak mengerti mengapa ibunya berbuat seperti itu? Pernikahan mereka sangat rahasia bahkan dari hadapan teman-teman Melody. Seorang pria yang ketika di kampus tidak sengaja bolanya mengenai buku Melody pun memperhatikan mereka berdua.
Sedangkan, Serena diam-diam pergi dengan keadaan masih menutupi kepalanya dengan tas. Melody ingin kembali pada teman-temannya ia minta Ardiaz untuk tidak membicarakan masalah di rumah ketika di luar rumah.
Ardiaz hanya menyunggingkan senyumannya, Melody kembali pada temannya duduk bersama di bangku-bangku yang berjejer di sana. Salah satu dari mereka bertanya siapakah pria yang tadi bersama dengan Melody, tampaknya mereka saling mengenal.
"Dia adalah anaknya tanteku," jawab Melody.
Si penanya mengangguk, ia pikir itu adalah kekasih atau teman dekat Melody, tetapi ternyata salah. Acara ulang tahun berlangsung cukup lama, di sanalah Melody mulai semakin akrab dengan teman-temannya. Ia juga disuapi kue ulang tahun oleh teman barunya, ia memutuskan pulang karena sudah terlalu lama berada di sana.
Seorang pria yang sama mengikutinya, menghentikan langkahnya Melody yang berada di depan kafe. Pria itu menawarkan diri untuk mengantarkan Melody daripada menunggu jemputan yang lama. Melody hanya diam, ia merasa tidak mengenal pria tersebut.
Tiba-tiba pria itu mengulurkan tangannya setelah Melody mengatakan kalau dirinya tidak kenal dengannya. Ia adalah Alex pria berusia 19 tahun, lebih tua darinya satu tahun, tetapi mereka satu angkatan bahkan satu kelas. Melody tidak menerima uluran tangan itu, ia hanya menyebutkan namanya saja.
"Aku sudah namamu Melody," ucap pria yang menggunakan Hoodie hitam itu.
"Dari mana kamu tahu?"
"Karena teman-temanmu sering memanggil namamu dengan sebutan Melody," jawabnya.
Melody hanya mengangguk, ia tidak tahu nomor gelepy sopir pribadi keluarga Alvaro, entah siapa yang akan menjemputnya nanti. Ia berharap akan ada angkutan umum yang lewat. Melihat raut wajah Melody yang bingung, Alex kembali menawarkan tumpangannya.
Melody tetap dia menjawab sehingga Alex menarik tangannya pelan depan mengajaknya untuk segera pulang bersamanya atau hari akan berubah menjadi malam. Alex melepaskan tangan Melody karena seorang pria berdiri tepat di hadapannya.
Melody merasa lega karena ada orang yang menghentikan tingkah Alex. Alex minta maaf padanya, bukan ingin mengganggu Melody hanya untuk mengajaknya pulang saja. Ia juga memperkenalkan dirinya Ardiaz yang dianggapnya anak dari tantenya Melody.
"Tolong jangan bersikap lancang pada adik saya," ucap Ardiaz membuat Melody meliriknya.
"Saya minta maaf, saya tidak akan mengulanginya lagi."
Melody pun pulang dengan Ardiaz, ia bertanya mengapa Ardiaz datang menjemput tanpa diminta? Ardiaz malah berkata seharusnya Melody bersyukur karena kedatangannya telah membuat Alex tidak berbuat hal yang lebih parah.
"Iya terima kasih Mas Ardiaz," ucape Melody membuat Ardiaz sedikit tersenyum.
Ibunya heran kala melihat Melody pulang dengan Ardiaz? Sebab, sebelumnya mereka tidak akur sama sekali. Sehingga membuat wanita itu bertanya pada mereka apakah semuanya baik-baik saja?
"Semuanya baik, kita juga sudah menjadi teman, benar?" jawab Ardiaz yang kemudian bertanya pada Melody.
Mertuanya memperhatikan Melody yang kemudian menganggukkan kepalanya. Wanita itu heran, padahal baru kemarin mereka tidak akur, tetapi sekarang malah menjadi teman. Namun, itu bagus karena dengan adanya Ardiaz berteman dengan Melody itu artinya Ardiaz tidak akan membongkar pernikahan tersebut.
"Bagus kalau kalian memang berteman, Mama ikut senang."
Ardiaz terdiam karena ia memiliki tujuan lain dari pernyataan bahwa dirinya berteman dengan Melody. Ia punya ide cemerlang yang tidak ada orang yang tahu.