NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Mengenangmu selalu

Hari menjelang sore ketika Mika sampai di rumahnya. Diabaikannya sementara motornya yang kotor, memilih untuk berleha-leha di teras rumahnya yang teduh. Melupakan sejenak kegagalannya hari ini sambil berharap bisa menemukan rumah impiannya lagi di lain hari. Meski indah dan menenangkan, rumah lamanya menyimpan begitu banyak kenangannya bersama Joe. Mika ingin suasana baru, dan itu pernah ia ungkapkan dulu pada Joe saat kakak lelakinya itu akan pergi bertugas dalam waktu lama.

"Aku kesepian kalau ditinggal sendirian lagi seperti ini. Aku ingin punya rumah besar tapi ramai orang di dalamnya, punya halaman luas dan Aku bisa menanam banyak bunga di sana. Ada kolam ikan juga ayunan buat anak-anak bermain nanti."

Joe tertawa sambil mengacak rambutnya. "Kamu sedang berkhayal memiliki keluarga baru dengan suami dan anak-anakmu kelak."

Mata Mika menghangat, ia memang memimpikan punya keluarga besar di mana banyak orang yang sayang dan perhatian padanya. Sayang, sebelum impiannya bisa terwujud, Joe pergi untuk selamanya.

"Aku akan tetap merawat rumah peninggalan orang tua kita ini, tapi Aku juga punya impian lain selain di rumah ini." bisiknya dalam hati.

Mata Mika mengerjap cepat, lalu pandangannya memindai sekelilingnya meresapi suasana yang selalu hadir di rumah itu. Bibir tipisnya perlahan menyunggingkan senyuman.

Berbagai macam tanaman hias berjajar rapi dalam pot-pot kecil. Di dinding teras sebelah kanan, tanaman anggrek kesayangannya pun tampak mulai berbunga. Pemandangan indah yang membuatnya betah berlama-lama duduk di sana hingga kini. Tiba-tiba saja rasa lelah yang dirasakannya hari ini seakan hilang begitu saja.

“Hoaam!” Kuap lolos begitu saja dari mulutnya, matanya mulai terasa berat. Semilir angin yang berembus perlahan membuat matanya terpejam. Entah berapa lama Mika tertidur di sana, tahu-tahu ia terbangun dan dikejutkan oleh bayangan wajah seseorang yang berada di dekatnya.

“Astagfirullah!” Mika terlonjak kaget, langsung berdiri dan terhuyung seperti hilang keseimbangan hingga lutut sebelah kanannya mengenai kaki meja di sampingnya.

“Astaga!” sepasang tangan kuat menahan tubuhnya yang doyong ke depan agar tak jatuh mengenai lantai. “Aku gak bermaksud bikin Kamu kaget.”

Mika menggigit bibir, menahan rasa ngilu di lututnya. Ia tepis tangan King yang menahan lengannya, memutar tubuh dan berjalan tertatih lalu duduk kembali di kursinya. Dalam hati merutuki diri sendiri karena tertidur di teras, malu membayangkan lelaki itu melihatnya terlelap. Tanpa sadar Mika mengusap bibirnya, memastikan tak ada li ur yang menempel di sana.

“Tahu dari mana rumahku di sini?” tanyanya dengan tatapan penuh selidik. “Kamu sengaja ngikutin Aku ya?!”

King mengernyit, terlihat khawatir melihat memar di lutut putih Mika yang tampak kebiruan. Tampak jelas karena wanita itu memakai setelan rok. Ia abaikan sejenak pertanyaan Mika, lalu berlari keluar menuju mobilnya dan kembali lagi dengan membawa kotak obat di tangan.

“Eh! Mau ngapain?” tanya Mika begitu melihat King menarik kursi lalu duduk di hadapannya. Matanya langsung melebar melihat King menarik roknya ke atas dan melipatnya di bawah pahanya. Jantungnya berdebar begitu kencang saat tangan lebar itu menyentuh kulitnya yang terbuka.

“Biar Aku obati dulu lukamu. Setelah itu Aku akan jawab pertanyaanmu barusan,” jawab King mengabaikan protes Mika dan dengan sigap langsung mengobati luka di lututnya.

“Hanya luka kecil, Aku bisa mengobatinya sendiri.” Sahut Mika dengan suara bergetar, jantungnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Jarak di antara mereka begitu dekat, Mika takut King bisa mendengarnya.

“Luka kecil sekali pun kalau tidak segera diobati bisa bahaya,” sergah King seraya mengoleskan salep dengan ujung jemarinya secara melingkar lalu meniupnya pelan.

Mika memalingkan wajahnya, entah bagaimana rupanya saat itu. Yang jelas terasa memanas. King tersenyum samar, memanfaatkan suasana dan malah sengaja berlama-lama meniup lutut Mika.

“Cu-kup!” Mika mendorong bahu King dan menjauh dari lelaki itu, duduk di kursi dengan merapatkan kakinya. Sejenak menatap lukanya yang tampak lebar dan kebiruan, lalu beralih menatap King yang tengah membereskan kotak obatnya dan kemudian menaruhnya ke atas meja. “Sekarang katakan apa tujuanmu datang ke rumahku?”

“Apa Kamu tidak merasa kehilangan sesuatu tadi?” King balik bertanya sambil menatap Mika.

Mika mengerutkan keningnya, balas menatap King lalu mulai memeriksa tasnya. Semua barang-barang pribadi yang biasa dibawanya masih ada dan lengkap di dalam tasnya. Tapi anehnya ia merasa ada yang kurang, dan Mika lupa barang itu apa. Mungkin karena bangun kaget, otaknya jadi rada lelet.

“Sepertinya tadi siang Kamu terlalu terburu-buru dan melupakan dompetmu yang terjatuh di mobil,” sahut King sembari mengeluarkan sebuah dompet persegi warna hitam dari saku jaketnya dan memberikannya pada Mika.

“Ah, benar. Dompet! Barusan mikir keras seperti ada barang yang kurang, tapinya lupa barang apa.”

King senyum simpul. “Maaf, Aku harus memeriksanya tadi untuk memastikan siapa pemiliknya.”

Wajah Mika kembali memerah untuk ke sekian kalinya, ia berucap terima kasih dan menyimpan dompetnya kembali ke dalam tasnya. Tak lama kemudian King pamit pulang, dan Mika mengantarnya sampai di depan pagar rumahnya. Belum beranjak dari sana sampai King masuk ke dalam mobilnya, mobil yang berbeda dengan yang dibawanya saat mengantar dirinya pergi menemui agen properti.

Mengingat kembali hal itu, membuat Mika tertunduk lesu, sampai-sampai tak menyadari mobil King telah menghilang di ujung jalan dan baru tersadar saat merasakan titik hujan mengenai rambut dan lengannya. Mika berlari masuk ke teras rumahnya, hanya beberapa detik hujan kembali turun mengguyur bumi. Menatap sejenak motornya yang basah, dan berpikir biarkan saja hujan yang membasuhnya.

Malam harinya sebelum berangkat tidur, Mika menyiapkan banyak es krim yang akan dibawanya saat mengajar besok. Ia tersenyum ketika mengingat salah satu muridnya, bocah lelaki lucu yang suka sekali menempel padanya dan suka berteriak marah jika ada murid lain yang mencoba mendekatinya dan mencuri perhatiannya.

Mengajar membuat Mika bisa melupakan sedikit rasa kesepiannya, saat harus hidup sendiri ditinggal bertugas Joe kakaknya. Meski hidup hanya berdua sejak lama, Joe selalu mencukupi semua kebutuhan hidupnya. Membiayai sekolahnya hingga tuntas dan selalu jadi kakak lelaki yang penuh perhatian. Saat disinggung soal kekasih, Joe hanya tertawa dan selalu mengatakan belum bertemu jodohnya. Mengingatnya kembali membuat air mata Mika menetes lagi. Semoga Kau bertemu bidadari surgamu di sana, bisik Mika dalam hati. Mika tertidur dan bermimpi bertemu Joe.

Keesokan harinya Mika bekerja seperti biasa, belajar sambil bermain dengan murid-muridnya. Matanya yang sembab rupanya menarik perhatian Rio, murid lelakinya yang posesif padanya.

“Mata Ibu Mika kenapa bengkak? ” tanyanya polos sambil meraba sudut mata Mika, saat itu mereka berdua sedang duduk bersama sambil menikmati es krim di bangku taman sekolah.

“Masa, sih?” Mika mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Iya, coba lihat.” Rio meraih kipas angin kecil di sampingnya dan memberikannya pada Mika. “Gimana ngacanya?” pikir Mika sambil menggaruk kepalanya.

“Itu ada kaca kecil di baliknya,” ujar Rio mengarahkan jari mungilnya ke bawah tangan Mika. Wanita itu tertawa mesem saat mengetahuinya dan langsung menurut dan menyadari kebenaran ucapan murid kecilnya itu.

Mika tak ingin berbohong, ia mengatakan sejujurnya pada Rio kalau semalam ia menangis karena kangen almarhum kakak lelakinya. Apa yang terjadi selanjutnya membuat Mika terharu. Rio memeluknya dan bilang kalau ia akan jadi kakak lelaki untuk Mika, biar ibu Mika terus kangen padanya.

“Terima kasih, sayang.” Mika tertawa sambil mengacak sayang rambut tebal Rio, dan bocah lelaki itu tampak bangga karena telah berhasil membuat ibu Mika kesayangannya tertawa. Keduanya larut dalam suasana ceria hingga tak menyadari ada sepasang mata lembut yang terus mengawasi dari kejauhan.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!