Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Jadi kamu sudah membuat laporan?"
"Sudah Mbak, tadi aku juga sudah ke pengadilan agama. Ternyata tidak semudah itu mengurusnya, untuk aku memiliki bukti. Jika tidak, permintaan aku di tolak"
Setelah pulang dari kantor polisi, Arham langsung menghubungi Arumi. Arham menceritakan semua yang telah di lakukannya tadi, Arham merasa nyaman bercerita hanya pada Arumi saja.
"Syukurlah, Mbak senang dengarnya. Ini semua bisa kamu jadikan pelajaran untuk ke depannya, jika memang suatu saat kamu akan menikah lagi. Mbak minta kamu cari tahu dulu tentu wanita yang hendak kamu jadikan istri itu, biar kejadian ini tak terulang lagi" ujar Arumi dengan bijak
"Baik, Mbak. Nanti sore aku ke rumah Mbak ya, mau ketemu Mas Ibrahim"
"Malam saja jika mau kesini, Mas Ibrahim pulang dari kota pasti sampainya malam. Tapi kalau sore mau kesini gak masalah, Mbak titip mie ayam di seberang kantor lurah ya? Tiba-tiba pengen makan mie ayam"
Arham terkekeh mendengar permintaan Arumi, sebenarnya Arumi memintanya datang sore atau malam hari. Tapi Arham tetap menuruti permintaan Arumi yang berkeinginan makan mie ayam, karena tak mau nanti calon keponakannya jadi ngeces kalau gak di turuti keinginan ibu hamil.
"Janji ya, awas kalau bohong. Mbak sebenarnya dari pagi tadi pengen, tapi gak di izinkan Mas Ibrahim pergi sendiri dan nunggu Mas Ibrahim pulang kelamaan"
Dari pagi tadi Arumi memang sangat ke pengen makan mie ayam, tapi karena suaminya buru-buru berangkat ke kota ingin menjual hasil panen di kebun jadi tak sempat untuk menuruti keinginan Arumi. Saat Arumi meminta izin pergi sendiri suaminya justru tak mengizinkan, karena khawatir kalau Arumi membawa motor dalam kondisi hamil muda.
"Ya sudah Mbak nanti tunggu aku, sekarang aku mau istirahat dulu"
"Iya pokoknya jangan sampai lupa mie ayamnya, kalau lupa Mbak ngambek loh"
"Iya Mbak, aku gak akan lupa" sambungan telepon pun berakhir.
Sore harinya.....
"Jadi kamu mau merantau?"
"Iya, Mas. Aku ingin melupakan wanita itu"
"Baiklah, Mas akan bantu. Kapan rencananya kamu mau pergi?"
"Secepatnya, aku harap masalahku dengan Mona cepat selesai"
Arham sejak sore sudah berada di rumah Arumi dan Ibrahim, tidak lupa Arham membawakan pesanan Arumi tadi. Jika sampai lupa, Arumi pasti benar-benar akan merajuk padanya bahkan Arham rela mengantri hanya demi sebungkus mie ayam.
"Kamu mau pulang apa menginap?"
Arumi datang dari dapur membawa nampan berisi dua gelas kopi hangat dan beberapa macam kue bolu yang di buatnya tadi siang, lalu Arumi meletakan nampan tersebut di atas meja menyodorkan pada suaminya dan Arham untuk menemani keduanya ngobrol.
"Aku nginep aja deh, Mbak. Males pulang, boleh kan?" tanya Arham tersenyum
"Kalau ada maunya aja senyum-senyum, kamu kabari ibu dulu entar ibu khawatir sama kamu"
"Males ahh, yang ada kalau ibu tau aku kesini pasti di suruh pulang"
Arumi mengangguk membenarkan perkataan Arham, kemudian Arumi duduk di samping suaminya. Melihat istrinya duduk di sebelahnya Ibrahim membelai rambut istrinya, karena hanya ada mereka saja jadi Arumi tak memakai hijab.
Drrt....Drrt....
Suara HP Arham mengalihkan perhatian Arumi dan Ibrahim, keduanya menatap Arham yang mengerutkan keningnya ketika melihat HP-nya. Ternyata yang menghubungi Arham adalah Papanya Mona, karena penasaran Arham menerima sambungan telepon.
"Hallo, Assalamualaikum" ucap Arham dengan sopan
"Walaikumsalam, Arham apa Mona dan Mamanya ada bersamamu?"
"Tidak, Pa. Memangnya kenapa?"
Arham menebak sepertinya Papanya Mona tidak tahu perihal masalah Arham dan Mona saat ini, terus mengapa Papanya Mona mencari keberadaan keduanya memang kemana keduanya jika tidak di rumah.
"Mereka berdua belum pulang sejak tadi siang di rumah, nomor mereka juga tidak ada yang aktif. Yang semakin membuat Papa khawatir, baju Mona dan Mamanya juga tidak ada di lemari"
Terdengar suara Papanya Mona begitu khawatir, Arham yang mendengar perkataan Papanya Mona tentu terkejut. Apa Mona kabur? Apakah Mona takut karena Arham sudah melaporkannya dengan kasus penipuan?.
"Maaf Arham tidak tau, karena Mona bukan tanggung jawab Arham lagi. Arham juga sudah melakukan pembatalan pernikahan kami, mungkin Mona takut di penjara sampai dia harus melarikan diri" cibir Arham
Arumi yang mendengarkan perkataan Arham barusan langsung menutup mulutnya, Arumi tidak menyangka kalau Mona akan pergi. Artinya Mona tahu kalau Arham benar-benar melaporkannya atas kasus penipuan.
"Apa maksud kamu, Arham? Saya menikahkan kamu dengan anak saya, itu artinya anak saya tanggung jawab kamu. Jika kamu memang tidak mencintai anak saya lagi, setidaknya pulangkan anak saya kepada saya secara baik-baik. Bukan kah kamu meminta anak saya baik-baik, jadi lelaki jangan pengecut"
Tentu saja Papanya Mona menjadi sangat geram, siapa yang tidak sakit dan tidak marah jika anaknya di perlakukan seperti itu. Meski pun anaknya berbuat salah, tetap saja sebagai laki-laki yang telah meminta anaknya dengan baik-baik jadi harus di kembali ke orang tuanya dengan baik-baik juga.
"Karena anak anda sudah menipu saya, makanya saya membatalkan pernikahan kami. Bahkan saya juga melaporkan anak anda, saya yakin anak anda kabur karena takut di penjara" jawab Arham tak kalah sengit
"Kurang ajar" teriak Papanya Mona lalu sambungan telepon di matikan secara sepihak
.
.
.
Satu minggu kemudian, Arham memutuskan untuk mencabut laporannya. Arham sudah tidak memiliki dendam lagi sama Mona, apalagi semenjak tahu Mona kabur tentu akan sulit mencari keberadaannya. Sekarang Arham hanya berharap Mona berubah, soal pembatalan pernikahan Arham sudah di kabulkan dan sekarang Arham masih berstatus lajang.
Ibunya belum tahu kalau sekarang Arham sudah berhenti bekerja di tempat kerjanya yang dulu, karena Arham masih pamit seperti biasa. Hanya bedanya Arham bukan pergi ke tempat kerjanya, melainkan ke rumah Arumi untuk belajar tentang mengelola kebun pada Ibrahim.
Setelah Arham bisa menguasai tentang pekerjaan itu, baru Arham akan berangkat ke luar kota sesuai dengan rencananya. Sementara hubungan Arham dengan Arka biasa saja, karena selama ini Arham dan Arka memang tidak terlalu dekat tak seperti Arham dengan Arumi.
"Mbak, Mas Ibrahim sudah pergi ke kebun?" tanya Arham pada Arumi yang sedang menyiram tanaman
"Iya, tumben kamu baru datang?"
"Ibu lagi gak enak badan, Mbak. Makanya aku nunggu Mbak Laras dulu, biar ada yang jagain ibu"
"Ibu sakit, sejak kapan?" tanya Arumi khawatir, walaupun ibunya memperlakukan Arumi tidak baik tetap saja Arumi tidak boleh membenci ibunya
"Sejak semalam, ibu tiba-tiba demam" sahut Arham
"Ya sudah, nanti siang Mbak ke sana mau jenguk ibu"
"Bareng Arham aja, Mbak. Nanti takutnya Mas Ibrahim sibuk" ujar Arham, Arumi mengangguk menyetujui saran dari Arham.
happy ending juga....
cerita yg bagus