NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Post-commotion

Miranti pulang ke kediamannya diantar petugas keamanan. Keadaannya acak-acakan . Dengan gelungan rambut yang berantakan. Make up-nya berubah menjadi coretan kanvas.

Sesampainya di kediamannya. Miranti menumpahkan tangis kekesalannya. Dadanya terasa sesak dan tidak tahu harus bagaimana.

Keluarganya berdatangan menyusul ke kediamannya satu per satu. Untuk melihat keadaannya. Bersimpati akan kondisinya yang terlihat amburadul.

"Kau dalam keadaan hamil dan mereka menganiayamu." Ujar ibunya dengan prihatin.

Sang ayah membungkam mulutnya. Kemarahan membayang di wajahnya tetapi tidak bisa berbuat apa pun juga.

"Mungkin kah karena kita berasal dari keluarga tidak mampu? Semua ini menimpa kita?" Ujar kakak lelakinya yang tampak kalah.

"Kau sendiri juga tidak bisa dinasehati!" Omel kakak perempuannya, "kami sudah berulang kali mengingatkan jangan menjalin hubungan dengan orang yang kondisi ekonomi dan sosialnya tidak sama dengan kita."

Sebagai anak bungsu. Miranti mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya dan juga kakak lelaki dan perempuannya.

Mereka bertiga bersaudara. Kakak sulung lelakinya selalu menjadi pelindungnya dan kakak perempuannya. Tetapi kali ini tidak berdaya sama sekali.

"Keluarga mereka terlalu kaya dan berkuasa. Aku tidak dapat berbuat apa pun untuk membelamu." Guratan putus asa tergambar di wajah kakak lelakinya.

"Mengapa kau begitu bodoh? Diperalat oleh suamimu?" Sambung kakak perempuannya.

"Aku tidak tahu!" Teriak Miranti.

"Bagaimana mungkin kau bisa bertahan dengan lelaki sebrengsek itu!" Ujar kakak perempuannya marah. Dia tidak pernah menyukai suami adik bungsunya.

"Aku memang bodoh!"Ujarnya menyesali diri.

"Apakah karena kondisi ekonomi kita?" Ayahnya akhirnya membuka suaranya.

Miranti menundukkan wajahnya dalam-dalam.

"Atau kau jatuh cinta dengan ketampanan dan semua kelebihan yang dia punya?" ibunya berusaha menyelami keadaannya.

Miranti berlari ke pelukan ibunya. Menangisi nasibnya yang malang.

"Tenanglah!" Bujuk ibunya dengan lembut,"kasihan bayimu. Jangan terlalu bersedih."

"Sejak awal, dia tidak pernah menghargai keluarga kita. Tidak memperlakukanmu dengan semestinya." Ayahnya membuka suaranya.

"Apakah seharusnya Miranti bercerai darinya, yah?" Tanya kakak sulungnya.

Ayahnya bungkam seribu bahasa. Tidak ingin mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak yakin apakah memang seperti itu jalan yang harus diambil.

"Kita akan membesarkan sendiri bayi yang dikandung Miranti. Bagaimana?" usul kakak perempuannya.

"Jangan mendesak ayahmu." Ujar ibunya,"ada bayi di dalam kandungan adikmu. Setiap keputusan memiliki konsekuensi."

Mereka memilih diam dan tenggelam pada pikiran mereka masing-masing. Enggan berbicara satu sama lain. Apalagi hal yang hanya menguras emosi mereka.

Kehidupan seringkali menjadi misteri. Bagi mereka yang tidak memahami. Mungkin seperti mencari alasan.

Miranti menyadari hubungan percintaannya dengan Putra menyerupai candu. Seperti halnya narkoba. Tetapi dalam bentuk yang lain.

Semua orang bisa melihat bahwa melepaskan diri dari narkoba adalah hal yang baik. Tetapi kenyataannya tidak semudah itu.

Apakah perlu penjelasan mengenai segala kerumitan yang dihadapinya? Mungkin tidak semua orang bisa beruntung menjalani percintaan dan memiliki hubungan yang sehat.

"Dia juga menuduhmu ingin menculik bayinya? Oh Tuhan! Benarkah?" Seru kakak perempuannya memecah keheningan.

"Kau juga mempercayainya?" Seru Miranti dengan emosi yang menaik.

"Aku bertanya bukan mempercayai siapa pun."

"Mungkin aku merasa terganggu dengan hadirnya bayi tersebut. Tapi bukan berarti aku ingin bayi itu mengalami hal buruk. Walaupun kuakui, bayi itu merupakan mimpi buruk bagiku."

"Kau berharap hanya kau yang melahirkan bayi lelaki bagi keluarganya? Menjadi pewaris kerajaan bisnis di keluarganya?"

"Aku berharap semua menjadi lebih mudah bagiku. Aku tidak memikirkan sisanya. Semua ini menyakitiku. Apakah kalian bisa memahaminya?"

"Kupikir, istrinya juga tersakiti." Ujar kakak sulungnya.

"Kupikir, semua tersakiti." Sambung Miranti. Menangis membuat dadanya terasa lebih lega. Membuat bebannya menjadi lebih ringan.

Miranti berdiri dari tempat duduknya. Berjalan menuju dapur membuka kulkasnya. Mengeluarkan minuman kaleng dan kotak. Aneka minuman kopi dalam kaleng. Soft drink, susu dan teh dalam kemasan kotak. Memindahkannya ke dalam troli saji.

Membuka pintu kabinet kitchen setnya. Mengeluarkan aneka makanan kue kering dan snack.

Membuka pintu freezernya mengeluarkan makanan-makanan cepat saji yang dipanaskan menggunakan microwave.

Tiga susun troli saji. Paling atas berisi minuman. Baris kedua berisi aneka snack, cookies dan kue kering.

"Ada yang bisa membantuku menaruh makanan siap saji di rak ketiga di troli ini?" Tanya Miranti.

Kakak sulungnya bergegas mendatanginya dan membantu. Mendorongnya menuju ruangan tempat mereka berkumpul.

"Sebaiknya kita semua beristirahat. Seringkali masalah tidak selalu bisa kita atasi dalam satu malam. Kau membuat masalah tersebut saja tidak satu hari. Butuh waktu tahunan. Kita akan mencari jalan keluar yang terbaik." Ujar ayah dengan suara beratnya.

Orang tua mereka berjalan menuju kamar tamu di lantai dasar atau satu.Lantai yang sama dengan ruang tamu, keluarga, makan dan dapur sedangkan ketiganya menaiki tangga untuk memasuki kamar masing-masing.

Miranda kakak perempuannya menemaninya memasuki kamarnya. Mereka berbagi kamar sedangkan kakak lelakinya, Maher, menempati kamar lain di lantai yang sama.

"Kau terlalu naive." Sahut Miranda setelah menutup pintu kamar mereka,"mudah mempercayai walaupun yang kau percayai seekor ular berbisa."

"Hubungan kami seperti candu." Ujar Miranti berusaha membela dirinya.

"Hubungan kalian beracun dan tidak sehat. Kau lihat sendiri. Keluarga mereka tidak menghargai keluarga kita. Kalian menjalin hubungan lebih lama tetapi Gayatri yang mendapatkan semuanya. Hanya karena status sosialnya sama?"

"Gayatri memiliki bayi lelaki. Hal itu merusak segalanya. Seandainya, dia melahirkan bayi perempuan. Tentu semuanya akan berbeda." Miranti termangu memikirkan kata-katanya sendiri.

Mereka bersiap untuk tidur. Tentu saja setelah mengganti pakaian mereka dengan pakaian tidur. Miranti mengenakan daster berwarna Misty pink terbuat dari satin sedangkan Miranda memilih mengenakan baby doll kesukaannya. Dengan warna favoritnya putih tulang.

Miranti menarik selimutnya dan bermaksud memejamkan matanya saat bel rumahnya berbunyi.

"Siapa malam-malam begini? Aku sudah bersiap ke pulau kapuk." Gerutunya kesal. Dengan enggan, bangun dari tempat tidurnya. Membuka pintu kamar. Berjalan menuju tangga serta menuruninya.

Membuka pintu rumahnya. Wajahnya terkejut melihat siapa yang datang.

"Raka? Ada apa?" Tanya dengan wajah keheranan.

Raka menghambur ke arah Miranti. Memeluknya dengan erat. Sembari mengusap perut Miranti yang membuncit.

"Syukurlah kau tidak apa-apa!" Ujarnya dengan nada lega.

"Kau kenapa sih?" Tanya Miranti keheranan melihat sikap tamunya.

"Aku baru saja datang. Bermaksud menemui tuan Putra. Petugas keamanan yang menjaga kediamannya mengatakan bahwa telah terjadi keributan. Kau dan nyonya Gayatri saling baku hantam. Aku tidak jadi menemui tuan Putra dan langsung ke sini melihat keadaanmu. Syukurlah, kau baik-baik saja!"

"Kau tidak usah khawatir. Aku yang mencakar wajah nyonya Gayatri, mendudukinya dengan perut buncitku dan nyaris mencekik lehernya sampai mati!"

Kontan Raka tertawa mendengar penjelasan Miranti.

"Apakah dia masih hidup setelah kau cekik?" Tanya Raka konyol.

"Sayangnya aku tidak jadi mencekiknya. Tentu saja dia masih hidup dan segar bugar. Dengan bekas baret di wajahnya. Putra melerai kami berdua. Jika terlambat sedikit. Aku sudah menjadi terpidana."

"Sudahlah! Yang penting kau baik-baik saja." Aku tidak jadi menemui tuan Putra. Besok pagi saja."

"Kemana saja kau? Apakah kau tahu tuan Putra hampir kehilangan bayinya."

"Benarkah?" Tanya Raka dengan wajah prihatin,"tuan Putra memintaku untuk mengunjungi salah satu perusahaannya di luar kota. Memeriksa keadaannya serta memberikan laporan yang dibutuhkannya."

"Jika kau ada di dekat Putra tentu saja semua tidak akan terjadi. Mereka tidak akan bisa membuat kekacauan. Jangankan menculik. Mendekati saja tidak bisa."

"Aku juga membawa ramuan yang kau butuhkan. Dan aroma terapi. Agar hubunganmu dengan tuan Putra langgeng."

Wajah Miranti berbinar," Terima kasih! Kau sangat baik sekali. Kau sangat setia menjaga Putra. Juga sangat perhatian kepada kami berdua."

Miranti menghambur ke pelukan Raka. Sementara Raka mengelus rambut Miranti dengan lembut.

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!