NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pasien ibu

Seperti kesepakatan sebelumnya antara jovandra dan serayu. Serayu yang tak mau menggunakan jasa baby sister untuk membantunya dalam mengasuh geri, namun juga tak ingin meninggalkan profesinya sebagai psikiater.

Kini wanita itu mempunyai izin praktik sendiri di dalam rumahnya. Setelah cuti melahirkannya selesai, serayu sudah mulai bekerja lagi. Meskipun terkadang ada suatu hal yang mengharuskan wanita itu hadir secara fisik di rumah sakit tempatnya bekerja.

Sejauh ini praktik serayu berjalan dengan lancar. Geri selalu antusias ketika ada seorang pasien yang datang ke rumah mereka. Tak jarang para pasien itu menjadi sedikit terhibur akan kehadiran sosok gerriando di sana.

Tapi tak jarang juga serayu akan menyuruh geri untuk bermain di dalam ruangan yang mana sudah jovandra siapkan khusus untuk anaknya bermain (semacam playground). Terutama saat serayu kedatangan seorang pasien yang mengidap mental illnes yang cukup berat.

"Halo, aku mamas" ucap si kecil geri sembari mengulurkan tangannya, ketika melihat seorang remaja perempuan yang duduk di bangku besi yang ada di depan ruangan praktik milik ibunya.

Seorang yang disapa pun tersenyum, meraih tangan geri yang kemudian disambut antusias oleh anak itu.

"Hai, aku melisa"

"Kakak melisa sakit ya? Kok datang ke tempat ibu?"

Melisa hanya mengangguk seadanya.

"Kamu kok tau?"

"Iya. kata ayah, ibu itu doktel jadi pekeljaan ibu itu mengobati olang-olang yang sakit"

Melisa mengusap lembut surai milik geri.

"Kamu kok pinter banget? Udah sekolah?"

"Belum, kata ibu sekolahnya nanti saja kalau sudah umul 4 tahun" jawab geri yang menunjukan 5 jarinya kepada melisa.

Melisa terkekeh, membenarkan jari milik geri menjadi 4 sesuai dengan umurnya.

"Nah baru betul"

"Telima kasih"

"Sama-sama, ngomong-ngomong ibu kamu kemana?"

"Ibu tadi lagi mencali keltas untuk dibawa kesini, kata ibu kakak suluh tunggu sebental"

Setelah geri mengatakan hal itu, serayu muncul dari balik pintu kayu yang menghubungkan antara rumahnya dengan ruangan praktik.

"Itu ibu selayu"

"Hai jagoan" ucap serayu mengusap dagu anaknya

"Maaf ya nunggu lama, tadi ada masalah sedikit"

"Ngga masalah bu"

.........

Seperti biasanya, jika serayu mengizinkan geri ikut serta masuk ke dalam ruang kerjanya, geri akan bermain di sebelah ruangan itu yang hanya dibatasi oleh sekat kayu. Tak jarang geri akan menyusul sang ibu meskipun terkadang serayu akan menyuruhnya kembali untuk bermain.

"Apa kabar, melisa. Sudah 3 bulan ini kita ngga ketemu, ya?"

Melisa mengangguk dengan kepala yang tertunduk. Memang benar apa kata serayu, ia sudah melewatkan beberapa kali sesi konsultasi dengan dokternya karna ada suatu hal yang membuat dirinya tak dapat hadir.

"Sepertinya ada banyak yang ingin dibicarakan sama saya?"

Lagi-lagi melisa hanya mengangguk menanggapi pertanyaan serayu.

"Papah saya...papah bunuh mama bu"

Deg

Bagai petir di siang bolong. Pengakuan melisa benar-benar membuat serayu membeku di tempatnya. Seorang remaja yang sudah sejak lama menjadi pasiennya, kini membawa kabar yang begitu mengejutkan bagi serayu. Bahkan wanita itu sempat terdiam beberapa saat karna masih terkejut.

Di tengah-tengah kesunyian ruangan itu, sebuah ketukan pintu membuat serayu buyar dari lamunannya.

"T-tunggu sebentar, ya?"

Serayu berjalan ke arah pintu. Ketika ia membuka pintu itu, melihat sosok suaminya yang sudah berdiri di sana.

"Jo?"

"Kamu ada pasien? Dimana geri? Biar saya ajak dia main aja bu"

Serayu mengangguk, membawa langkahnya kepada sang buah hati yang sedang bermain di dalam.

"Ibu?"

"Mamas, mau bermain dengan ayah?"

"Ayah sudah pulang?"

"Sudah dong, ayah sudah nungguin mamas di depan"

Geri mengangguk antusias, lalu diantar menuju sang ayah yang tengah menunggunya di luar ruangan milik ibu.

Setelah mengantarkan geri kepada ayahnya, kini serayu sudah kembali duduk ke tempatnya seperti semula dan siap untuk melanjutkan sesi konsultasi bersama melisa.

"Melisa mau minum? Biar lebih slow saja?"

"Ngga bu"

"Mau teruskan cerita yang tadi?"

Melisa terdiam sejenak, menarik nafasnya hingga ia benar-benar siap untuk melanjutkan ceritanya. Serayu hanya bisa mengamati pasien yang ada di hadapannya.

Seperti dejavu...

"Tanggal 05 februari, papah menikam mama pake sebuah belati, Tepat di depan aku bu. Tapi, papah pergi setelahnya tanpa ngomong apapun ke aku. Aku sangat terpukul melihat kondisi mama yang mengenaskan. Banyak luka lebam bekas pukulan ayah di sekujur wajah dan tubuh mama. Aku lari keluar sambil teriak-teriak minta pertolongan sama tetangga. Mereka yang berbondong-bondong dateng ke rumah kami, terkejut sekali saat lihat keadaan ibu yang sudah tak bernyawa di atas lantai dapur dengan bersimbah darah"

Melisa menghentikan ceritanya, tangannya bergetar dengan sangat hebat. Bahkan wajah remaja itu sudah pucat pasi karna ceritanya sendiri.

Serayu menarik tangan melisa. Menggenggam jari-jari yang masih bergetar itu.

"Kalau kamu ngga sanggup buat cerita sekarang, ngga masalah melisa. Sekarang kita fokus sama kesembuhan kamu saja, ya?"

"Ngga bu, aku takut...takut sekali karna harus menanggung rasa trauma itu sendirian"

Serayu semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada melisa. Ia tak pernah merasakan dan tak akan pernah mau untuk merasakan hal seperti ini di hidupnya. Tapi ia tau betul bagaimana perasaan melisa saat ini.

Rasa takut dan bingung harus bagaimana beradu menjadi satu di dalam jiwanya. Tak mempunyai tempat cerita selain serayu karna mungkin melisa tak mempercayai orang lain di hidupnya.

"D-dua minggu setelah kejadian itu, aku ngga tau kabar papah gimana dan dimana. Sampai saat aku lihat sebuah berita di tv yang menyiarkan kabar tentang penangkapan ayah di bali. Saat itu aku sama kakak ngga berniat buat mengunjungi papah bahkan di persidangan sampai sekarang"

"Kakak kamu sekarang dimana?"

"Kakak bawa aku pindah ke apartment karna diusir dari kost nya setelah kabar pembunuhan papah"

"Kamu ikut kakak kan?"

Melisa mengangguk.

"Aku takut bu...semenjak mama meninggal, kakak sering nangis di kamar mandi yang ada di kamarnya. Kakak juga sering mengurung diri di kamar setelah pulang kerja"

Serayu mendekati melisa, mencoba untuk merengkuh raga itu. Sejauh ini, kisah hidup melisa memang menjadi cerita yang paling berat semenjak ia menjadi dokter psikiater di rumah sakit.

Cerita itu mengingatkan kembali dengan hidup suaminya sendiri. Meskipun kisah itu sangat jauh berbeda, namun mereka sama-sama kehilangan seseorang yang begitu dikasihi dalam hidupnya.

Untuk sebagian orang di dunia ini, kehilangan adalah salah satu cara tuhan menghukum hambanya. Dengan merenggut seseorang yang ada di hidup mereka secara paksa. Sehingga membuat mereka yang ditinggalkan merasakan sebuah sakit yang amat dahsyat di dalam hati yang paling dalam itu.

Namun ada juga yang mengartikan, jika kehilangan adalah salah satu bentuk ujian yang harus mereka lewati dengan lapang hati. Dan suatu teguran dari tuhan agar mereka lebih tabah dalam menjalani kehidupan ini.

Kebanyakan orang yang kehilangan, mereka akan hilang kesadaran dirinya saat kali pertama mendengar kabar tersebut. Dikarenakan sebuah rasa terkejut yang begitu hebat hingga mereka merasa linglung akan kepergian seseorang di hidupnya.

Tak perduli akan raga yang sudah dikebumikan. Mereka hanya bisa menangisi sebuah raga yang telah tertutup tanah seutuhnya. Mereka akan kembali mendapatkan kesadaran dirinya setelah beberapa saat raga itu dikebumikan. Bahkan meskipun sudah berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Mereka baru akan menyadari bahwa kehilangan itu sungguh sangat menyakitkan.

Banyak orang yang mengatakan, bahwa rasa legowo/ikhlas adalah ending terbaik untuk menerima segalanya. Namun mereka lupa mengatakan bagaimana caranya untuk legowo. Bahkan sebagian orang berpendapat, tak ada kata ikhlas di dunia ini. Yang ada hanyalah terpaksa, kemudian terbiasa.

Serayu masih merengkuh tubuh yang sedari tadi gemetar itu. Kini melisa tak separah tadi. Ia mulai kembali dengan kesadaran dirinya perlahan.

"Melisa, kita sebagai manusia memang sudah seharusnya seperti ini. Harus selalu berusaha untuk menerima semuanya. Tidak perduli kita sakit dan berdarah-darah, dunia akan tetap berjalan. Sekarang saya tanya sama kamu, apa kamu mau menerima uluran tangan saya buat sembuh?"

Melisa terdiam, sembuh adalah suatu hal yang selalu ia impikan selama ini. Namun kenapa selalu saja ada hal yang membuat dirinya semakin takut untuk bangkit?

"Aku mau bu, aku mau menerima tangan yang ibu ulurkan buat bantu aku bangkit menuju kesembuhan jiwa aku sendiri"

Serayu tersenyum mendengarnya. "Mulai sekarang, kita fokus aja sama kesembuhan kamu, ya? Kamu harus sembuh buat kakak kamu. Kalian harus berjuang sama-sama buat melanjutkan hidup ini. Saya disini, tangan saya akan selalu merengkuh kamu kalau memang kamu membutuhkan itu"

Setelah mendengar itu, melisa reflek memeluk serayu. Tangan serayu mengusap punggung yang mulai bergetar itu. Ia tau bahwa melisa sedang terisak di sana.

"Its okey, melisa...semuanya akan baik-baik saja...percaya sama saya"

"Makasih bu makasih...aku bersyukur karna ketemu dokter kaya ibu disini. Aku ngga tau lagi kalau seandainya waktu itu ngga ketemu sama ibu"

"Kamu ngga boleh ngomong kaya gitu...mau siapapun dokter yang menangani kamu, kalau memang tekad di dalam diri kamu sendiri itu kuat, pasti semuanya akan terasa lebih mudah buat dijalani"

"Iya bu, iya..."

.........

"Kenapa si bu? Saya lihat-lihat kamu ngelamun terus dari tadi?"

Serayu menoleh ke arah sumber suara itu. Ia melihat sang suami yang sudah duduk disampingnya. Tersenyum lembut dan menggenggam tangan milik jovandra.

"Ngga jo, aku cuma bersyukur aja karna tuhan udah menghadirkan kamu dan geri di hidup aku"

"Hmm...saya turut seneng dengernya. Tapi, kita nikah udah ngga cuman sehari dua hari ya ra. Jadi kalau ada sesuatu yang kamu pendem, saya bakal tau" ucap jovandra memberikan ekspresi seakan tak percaya dengan ucapan istrinya.

Serayu terkekeh, membuat jovandra semakin tak mengerti.

"Apa ucapan aku tadi ngga meyakinkan buat ayahnya geri ini?"

Jovandra tak menjawab. Laki-laki itu memilih untuk meletakan laptop yang sedang ia pangku, lalu membawa serayu ke dalam pelukannya.

"Rayu...apapun yang lagi kamu pikirkan, saya tak pernah berhenti buat melangitkan kepada tuhan agar selalu memberikan kamu kebaikan dan ruang tenang, atas segala kelapangan hati kamu yang selama ini kamu berikan buat hidup saya..."

"Itu udah kewajiban aku sebagai pendamping hidup kamu jo...ingat janji kita waktu di atas altar dulu? Sehat atau sakit, miskin atau kaya, lebih baik atau lebih buruk, sampai tuhan tidak mengizinkan kita buat bersama lagi karna sebuah maut"

"Terima Kasih rayu, terima kasih..."

.........

Sejatinya, memang tak ada yang benar-benar ikhlas disini. Mereka hanya terus merasakan keterpaksaan hingga akhirnya mereka menjadi terbiasa oleh rasa itu...

Mereka yang selalu menerima sebuah rasa sakit dari orang lain, tak akan pernah bisa pergi mau seberat apapun rasa sakitnya.

Namun mereka akan benar-benar pergi, saat mereka sudah merasa lelah dengan semua ini. Merasa sia-sia dan merasa tak dihargai atas segala yang telah mereka korbankan untuk seorang yang sudah mereka bela hingga jiwanya mati.

Sebagian orang memang ada yang rela mengorbankan bagian hidup mereka, untuk seseorang yang sudah membuatnya jatuh cinta se dalam-dalamnya hingga tak mendapatkan sebuah cahaya apapun.

Mereka yang tengah merasakan hal seperti itu, hanya bisa melangitkan segala kebaikan untuk dirinya sendiri dan untuk orang terkasihnya...

Tuhan tak menyukai seorang hambanya yang mencintai Makhluk Nya melebihi ia mencintai tuhan mereka sendiri. Tapi tuhan juga tak dapat memberi hukuman terlalu berat kepada mereka hanya karna sebuah rasa yang tak bisa disalahkan oleh siapapun di dunia ini.

Rasa yang tak pernah diminta kedatangannya...

Rasa yang tak pernah meminta sebuah imbalan...

Rasa yang tak pernah bisa tersentuh wujudnya...

Rasa yang mungkin tak hilang seluruhnya saat raga yang mereka cintai sudah tak bisa lagi untuk di rengkuh, selamanya...

Manusia tak pernah bisa memilih akan menaruh rasa itu kepada siapa dan untuk siapa. Seperti tuhan yang menciptakan sebuah ruh untuk hidup di dunia ini, mereka tak akan bisa memilih akan lahir dari rahim ibu yang mana dan tumbuh di dalam keluarga seperti apa.

Dunia sudah berjalan sebagaimana mestinya,

Bumi selalu berputar sebagaimana porosnya,

Dengan bulan dan matahari yang mengitarinya dengan teratur, dengan semua jenis planet yang sudah terletak sedemikian rupa di luar angkasa sana.

Tuhan telah mengatur semua itu...

Berdoa, berdoa, berdoa...

Melangitkan segala kebaikan untuk diri sendiri, meminta keteguhan jiwa dan raga agar bisa menjalani semuanya hingga akhir.

Tuhan memang selalu memberi sebuah ujian kepada para hambanya disini. Semata-mata agar mereka selalu mengingat tuhannya yang telah memberikan segalanya. 

Namun tak sedikit juga dari mereka yang memaki tuhan atas apa yang terjadi. Mengumpat atas segala ketidak adilan yang telah mereka terima di bumi ini.

Datang saat sakit...

Datang saat sedih...

Datang saat butuh...

Dan pergi tak ingat kembali saat semuanya sudah berjalan seperti apa yang mereka mau...

Terkesan sombong, namun itu memang salah satu sifat manusia yang sudah mendarah daging hingga ke tulang rusuk nya juga.

Terkesan tak tau diri, namun itulah yang tuhan ciptakan sendiri. Menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna diantara mahluk hidup yang lain, namun mereka justru menuntut balik akan kesejahteraan dan kemakmuran abadi di dalam dalam hidup nya.

Jika kamu melihat hidup orang yang begitu terlihat sempurna diluar sana, coba kau tanya apa yang telah tuhan ambil dari mereka.

Ada juga yang bilang, bahwa tuhan tak akan memberikan sebuah cobaan yang sulit tanpa sebuah imbalan yang luar biasa di depan sana.

Tapi kita harus mengingat ini berkali-kali selama nafas kita masih berhembus,

'mau sesakit apapun kita disini, sebagai manusia kita hanyalah bisa menjalani segalanya hingga akhir'

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!