kisah Muhammad Azam Rizwan dan Delia Putri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Fauzi tampak cemas saat mendapatkan panggilan masuk dari sang mama , jika nenek nya yang berada di Bandung meninggal. Fauzi yang memang sangat menyayangi sosok nenek nya tidak kuasa menahan air mata nya.
"Fauzi , kamu kenapa ?" Suara lembut Delia menyapu indera pendengaran Fauzi .
Fauzi mendongak , menatap wajah cantik nan ayu, yang tertutup hijab berwarna hitam itu , sungguh ingin sekali Fauzi rengkuh tubuh mungil itu , meluapkan rasa sedih yang ada di dalam diri nya , namun apalah daya , saat ini Fauzi tidak bisa melakukan nya .
Mereka bukan mahram, dan terlebih Delia pasti tidak suka . Delia gadis yang sangat terjaga . Tidak seperti gadis lainnya .
"Tadi mama nelpon , Nenek aku yang di Bandung meninggal Lia . " Ucap Fauzi dengan suara serak nya . Bulir bening masih saja berjatuhan .
Delia membekap mulut nya. "Innalilahi. Yaudah kamu pulang Fauzi ! Pasti kamu mau berangkat kan sama orang tua kamu , " ucap Delia .
"Tapi kamu bagaimana ? Kamu enggak ada temen nya Lia. Biar aku temenin kamu dulu , kita lihat hasil dari dokter dulu " ucap Fauzi .
Delia menggeleng kan kepala nya . "Enggak Fauzi . Kamu pulang aja. Lagian Ciko juga udah agak tenangan kok. Kamu enggak usah khawatir ya. Terimakasih bantuan kamu Fauzi . Aku turut berdukacita atas kepergian nenek kamu ya." Ucap Delia .
Fauzi akhirnya mengangguk kan kepala nya. Diri nya pamit pulang , tapi sebelum itu Fauzi menyempatkan diri menengok Ciko , Fauzi mengelus lembut kepala bayi berusia setahun itu. Sungguh Fauzi menyayangi Ciko, seperti adik nya sendiri. Karena Fauzi itu anak semata wayang . Jadi wajar saja kalau dia sayang dengan anak kecil .
"Aku pergi dulu ya Lia. Tapi kalau ada apa-apa kamu hubungi aku , aku pasti bakalan ngeluangin waktu aku buat datang. " Ucap Fauzi sebelum pergi.
Delia mengangguk kan kepala nya , entah harus ke berapa kali mengucapkan terimakasih pada pria sebaik Fauzi dan membalas semua kebaikan pria itu . Dan sebelum pergi juga , Fauzi mengurus biaya rumah sakit Ciko . Delia awal nya menolak, namun Fauzi terus bersikeras , ingin membayar nya. Dan Delia akhirnya mengangguk setuju .
Setelah Fauzi pergi , Delia duduk di kursi pinggiran ranjang rumah sakit . Menatap wajah pucat sang adik .
Dokter tadi mengatakan ingin memeriksa terlebih dahulu darah Ciko , dan membawa darah Ciko ke laboratorium . Delia harus menunggu hingga satu jam lama nya . .
Sementara Ciko sudah masih terlelap akibat obat yang di suntikan di selang infus nya tadi . Suhu tubuh nya agak lumayan menurun , dan hal itu membuat Delia bisa menghembuskan nafas nya lega . .
•
Delia meremas dada nya sangat sesak , saat mendengar perkataan dokter . "Adik anda mengalami penyakit langkah . Nama nya penyakit Tay Sachs . Penyakit saraf pada anak ini memiliki sifat degeneratif . Artinya penyakit ini terus berkembang dan berjalan dengan seiring berjalannya waktu. " Terang dokter meletakkan kertas yang berisi pemeriksaan darah Ciko tadi .
Delia membekap mulut nya syok "apa , apa kemungkinan adik saya bisa sembuh dok?" Tanya Delia .
Dokter itu menghela nafas nya panjang. "Kesembuhan hanya milik Allah . Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin . " Sahut sang dokter .
Delia memejamkan kedua bola mata nya , pantas saja Adik nya sering kejang-kejang , demam tinggi dan seusia Ciko , Ciko sama sekali tidak merespon perkataan seorang yang mengajaknya berinteraksi.
Dan terlebih sewaktu Ciko demam dan kejang-kejang , mereka hanya mampu membawa Ciko ke klinik biasa saja , dan setelah Ciko mendingan , mereka membawa nya pulang , tanpa menaruh curiga dengan penyakit langka yang di derita bayi sekecil Ciko ...
Ternyata Ciko mengidap penyakit langka.
"Dok bagaimana proses penyembuhan nya ?" Tanya Delia .
"Salah satu nya dengan fisioterapi . Mengingat pasien sudah sangat sering mengalami kejang-kejang seperti yang ada sebutkan tadi ." Ucap sang dokter .
Delia menghembuskan nafas nya kasar , diri nya tidak kah bodoh , biaya fisioterapi itu sangatlah mahal , lantas darimana diri nya mendapatkan uang .
Delia sungguh dilema saat sekarang ini . Pekerjaan diri nya menjadi karyawan di cafe tidak lah cukup untuk membiayai pengobatan adik nya itu. Apakah Delia harus meminta bantuan dari bos nya , dan menerima tawaran menjadi seorang asisten pribadi sang bos . Seperti nya Delia akan menerimanya esok hari . .
Delia berjalan menuju ruangan IGD . Kata dokter nanti Ciko akan di pindahkan oleh perawat di ruangan inap . .
Ciko harus di rawat , mengingat kondisi nya yang cukup lumayan mengkhawatirkan . .
"Buk , buk , pasien di IGD mengalami kejang-kejang , apa lagi badan nya sudah membiru semua nya " teriak salah satu perawat , membuat langkah kaki Delia gemetaran . Delia takut jika pasien yang di IGD itu adalah adik nya .
Dan benar saja , saat melihat para dokter dan beberapa perawat yang tengah mengerumuni brangkar milik Ciko , tubuh Delia meluruh ke lantai , Delia menangis terisak .
Salah satu perawat menghampiri Delia . "Maaf mbak , dokter harus segera melakukan tindakan kepada adik mbak , dan silahkan mbak nya segera mengurus administrasi nya terlebih dahulu . Mengingat tadi mas nya membayar nya hanya untuk pengobatan tadi , tidak dengan ruang rawat atau tindakan yang akan dokter lakukan " ucap perawat itu .
Delia bangkit dari duduk nya . Lalu mengangguk kan kepala nya . Diri nya punya uang sedikit untuk membayar perawatan sanga adik . Berharap uang nya cukup .
Delia berjalan menuju ke bagian administrasi . Di sana perawat langsung menyodorkan secarik kertas pada Delia .
"Biaya semua nya dua puluh juta lima ratus ya mbak , harus segera di lunasi malam ini juga ."
Deg
Tubuh Delia menegang saat mendengar nya . Diri nya mana punya uang sebanyak itu . Uang tabungan nya paling sekitar lima jutaan saja .
"Mbak , apa enggak bisa saya di beri keringanan ?" Tanya Delia bernegosiasi pada perawat itu .
Perawat itu menggeleng kan kepala nya . "Maaf mbak , ini sudah menjadi prosedur rumah sakit . Saya hanya menjalankan tugas saya . Sekali lagi maaf mbak . Mbak harus segera membayar nya , jika tidak pasien tidak akan di tangani oleh dokter" jelas perawat itu .
Delia memejamkan kedua bola mata nya , tangis nya langsung meluruh . Meraih ponsel milik nya , Delia mencoba menghubungi Arkana sang bos , berharap Arkana bisa membantu nya .
Namun berulang kali Delia menghubungi pria itu , Arkana tidak mengangkat nya sama sekali . Delia semakin cemas .
Ingin menghubungi bunda Retno sama saja , bunda Retno pasti tidak memiliki uang sebanyak itu .
Delia menghela nafas nya kasar , mencoba menghubungi Fauzi. Ya tidak ada jalan lain selain menghubungi pria itu .
Tut
Hingga panggilan ke sepuluh , Fauzi juga tidak mengangkat nya . Delia maklum mungkin Fauzi tengah dalam perjalanan menuju ke kediaman sang nenek.
Delia maraup wajah nya frustasi , diri nya sangat bingung saat sekarang ini . Mau dimaan Delia mencari uang sebanyak itu malam - malam begini .
"Saya akan melunasi semua nya , tapi dengan satu syarat"
Deg
Delia mendongak menatap pria yang ada di hadapannya saat sekarang ini . .