NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Terpaksa Menikah Demi Adikku (Naik Ranjang)

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nur Aini

Caca terpaksa harus menikah dengan suami adiknya yang tengah terbaring sakit di salah satu kamar rumah sakit.

"Kak, aku mohon, menikahlah dengan abang Alden!" Ucap Lisa, sang adik di waktu terakhirnya.

Caca menggeleng tak setuju. Begitu juga dengan Alden. Tapi mendengar Lisa terus memohon dengan suara seraknya yang nyaris hilang dan dengan raut wajahnya yang menahan segala rasa sakitnya, Caca pun akhirnya menyetujui permohonan terakhir adiknya.

Bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Yuk langsung saja intip serial novel terbaru Author!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Tamu bulanan

Setelah bermain di mall dan makan, Alden membawa Caca jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta. Mereka akan menempuh jarak selama beberapa jam perjalanan untuk tiba di tempat tujuan.

"Ini mau kemana lagi?" Tanya Caca heran saat mobil Alden malah menuju jalan tol.

"Ke pantai."

"Apa? Aku nggak mau. Aku mau pulang, aku capek."

Alden tidak merespon. Dia terus saja berkendara sampai akhirnya azan zuhur berkumandang, dan dia memilih untuk singgah di salah satu masjid terdekat.

Usai sholat, perjalanan berlanjut. Caca yang tidak suka dibawa terlalu jauh pun akhirnya memilih tidur saja di mobil.

Saat Caca tidur, panggilan masuk dari Haris terlihat dilayar hp Alden. Sebelum menjawab, dia melirik Caca disampingnya untuk memastikan Caca masih tertidur nyenyak.

"Halo, bro."

"Loe dimana, Al?" Terdengar suara Haris.

"Gue lagi nyetir mau ketemu klien." Ucapnya berbohong.

Tanpa Alden sadari kening Caca berkerut saat mendengar Alden mengatakan mau bertemu klien. Dia sudah bangun saat mendengar suara dering hp Alden barusan.

"Apa? Loe di Jakarta sekarang?"

"Iya. Ini gue baru nyampe depan rumah loe. Tapi kata pak satpam tidak ada orang dirumah."

"Iya, bro. Nggak ada orang di rumah. Cuma bik Yuni aja. Mama arisan, Rani nggak tahulah kemana. Kalau papa baru berangkat ke Makasar." Tutur Alden menjelaskan.

"O gitu. Ya udah deh, aku langsung ke apartemen Caca aja."

"Mmh."

"Bonekanya sudah sampai ke Caca belum?"

"Sudah dong."

"Gimana tanggapan Caca. Senang nggak dia waktu tau boneka itu dari gue.."

"Waduh kurang tau gue, bro. Soalnya yang ngantar bonekanya Vino." Ucapnya pelan saat menyebut boneka.

Kini alis Caca yang mengkerut. Dia tahu siapa teman bicara Alden melalui hp nya.

"Oke, bro. See you.." Alden mengakhiri pembicaraan itu.

Sekali lagi dia melirik pada Caca yang masih pura pura tidur.

"Maafkan aku, Ris." Gumamnya dalam hati.

Mobil pun melaju lebih cepat. Menempuh perjalanan jauh dan Alden akui dia kelelahan menyetir selama tiga jam tanpa berhenti.

Sepertinya ini kali pertamanya menyetir sejauh ini sendirian tanpa ada yang menggantikannya.

Tapi, rasa capek itu hilang seketika melihat Caca bangun dengan wajah yang tampak bingung celingak celinguk melihat keluar mobil.

"Kita sudah tiba di pantai Anyer." Ujar Alden.

"Sejauh ini?"

"Ya."

"Membuang buang waktu saja." Rutuk Caca.

Alden seperti ditampar mendengar ucapan Caca. Harusnya dia senang di bawa liburan ke pantai.

"Jam berapa sekarang?"

Alden melirik jam ditangannya. "Hampir jam empat."

"Ada mushola dekat sini nggak?"

"Ada tuh disana. Yok kita sholat dulu. Biar hati yang marah marah dan kesal itu menjadi lebih tenang." Celetuknya menyindir Caca.

Sayangnya Caca sama sekali tidak merasa tersindir.

Perubahan sikap dua orang ini berubah. Awal menikah, Alden yang sangat cuek hingga membuat Caca kesal. Eh hari ini Alden menjadi sangat banyak bicara dan Caca yang lebih cuek. Tapi tetap saja, Caca sih yang selalu kesal pada Alden.

Usai sholat, mereka beranjak ke pinggir pantai menikmati suasana sore hari sungguh terasa damai dan menenangkan. Caca duduk di kursi yang memang telah disediakan di pinggir pinggir pantai. Sedangkan Alden, sibuk memesan makanan, karena dia lapar katanya.

"Nih makan sate dulu. Sate disini terkenal enak loh."

Alden membawakan seporsi sate ayam kuah kacang yang banyak potongan cabenya dan ada beberapa potongan lontongnya.

"Apa ini juga kebetulan?" Tanya Caca dalam hatinya.

Dilihatnya sate milik Alden yang memilih sate kambing kuah sate padang tanpa lontong.

"Kenapa Alden bisa memesankan sesuai yang aku suka. Padahal aku tidak bicara apapun." Pikir Caca semakin heran dengan beberapa kali kebetulan yang dilakukan Alden untuknya.

"Kenapa dilihatin aja satenya? Cicipi dong kamu pasti akan langsung suka."

Caca pun mulai memakan sate itu dan benar saja dia suka rasa kuah kacangnya yang gurih dan sedikit manis.

"Gimana, suka?"

"Mmh, kuah kacangnya enak."

Alden senang karena Caca suka sate pilihannya. Mereka pun menikmati sate dengan pemandangan indah panorama sore hari diiringi angin yang membuat semakin terasa sejuk.

...🍂🍂🍂...

Caca badmood saat ini. Dia tidak mau turun dari mobil saat mobil sudah terparkir di gedung hotel terdekat dengan pantai.

"Aku minta maaf deh. Tapi, ya karena sudah kemalaman, aku juga cepek kalau harus nyetir balik ke Jakarta sekarang. Kita nginap disini ya malam ini. Janji besok habis sholat subuh kita langsung pulang."

Alden mencoba membujuk Caca yang tampak sangat tidak nyaman. Dia baru saja kedatangan tamu bulanan dan dia merasa tidak mungkin mengatakan itu pada Alden.

"Aku mau pulang." Gumam Caca sangat pelan.

Huh

Alden hanya bisa menghela napas, karena tidak berhasil membujuk Caca yang ternyata sangat keras kepala.

"Kita belum sholat, Ca. Setidaknya kita masuk dulu, sholat magrib dulu. Atau mau sholat di mushola saja, oke kita ke mushola.."

Alden akhirnya mengalah, dan dia mulai menyalakan mobilnya untuk kembali ke pinggir pantai ke mushola tempat mereka tadi sholat asar.

"Aku tidak bisa sholat." Ucap Caca dengan suara yang sangat pelan dan memalingkan wajahnya dari Alden.

"Apa?" Sahut Alden.

"Aku tidak bisa sholat!" Seru Caca lantang dan cepat.

Tangan Alden yang tadi hendak memasukkan gigi mobil pun dia batalkan.

"Tapi tadi kamu sholat asar, kan?" Selidik Alden.

Caca diam saja. Dia sangat tidak nyaman harus membahas hal ini dihadapan Alden. Sehingga membuat Alden jadi tambah bingung, tapi dia sudah di buru waktu.

"Ya sudah. Kalau gitu kamu tunggu saja disini. Aku sholat dulu."

"Mmh."

Segera saja Alden turun dari mobil, dia melangkah menyeberangi jalan raya untuk kembali ke mushola yang ada di dekat pantai. Mungkin sekarang musholanya sudah sepi, karena sepertinya orang orang sudah selesai sholat berjamaah.

Setelah sholat, Alden pun kembali menyeberangi jalan menuju mini market yang bersebelahan dengan hotel.

"Mbak, ada pembalut untuk cewek datang bulan." Tanya Alden pada kasir mini market.

"Ada mas, di sebelah sana.."

Mbak kasir itu menunjukkan arah dimana tempat barang yang dicari Alden.

Dengan langkah santai Alden menuju kearah sana. Dia mengambil satu pack pembalut dengan merk yang sering dilihatnya dari Khalisa.

"Terimakasih sayang. Kamu mengajarkan aku menjadi suami yang siap siaga." gumam Alden dalam hatinya.

Ucapan itu tentu saja tertuju pada Khalisa. Ya, sampai saat ini Khalisa masih dihatinya dan selamanya akan seperti itu.

Setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia segera kembali ke mobil.

"Kelamaan ya?" Tanyanya pada Caca yang tampak sangat tidak nyaman.

"Apa tidak ada toilet yang dekat dari sini?" Tanya Caca ragu.

Alden tersenyum, dia mengerti apa yang diinginkan Caca. Mobil pun melaju semakin kebelakang dari parkiran itu. Lalu berhenti tepat di depan toilet umum.

Caca yang melihat toilet pun langsung membuka pintu, tapi sebelum dia turun Alden mengulurkan kantong plastik berisi pembalut yang tadi dibelinya itu pada Caca.

"Kamu pasti butuh ini." Ucap Alden sambil tersenyum pada Caca.

Diliriknya isi dalam kantong plastik itu dan seketika wajah Caca merona malu. Dengan segera dia turun dari mobil, berlari menuju toilet.

Ada sedikit bercak darah tertinggal di permukaan kursi tempat duduk Caca. Dengan segera Alden mengelapnya dengan tisu basah.

"Kenapa aku merasa seperti adek masih ada disini. Kebiasaan kalian sama. Hanya saja, Caca sangat keras kepala." Gumamnya.

1
Sweet Girl
emang otakmu ya Alden...
udah Tor... pisahkan aja Alden sama Caca...
Sweet Girl
Hah....???
Sweet Girl
Innaalillahi...
Sweet Girl
Nah luuuu
Sweet Girl
Baguslah... punya pikiran gitu...
Sweet Girl
Rasain lu Yuuuu
Sweet Girl
percuma... kamu labil...
Sweet Girl
Nah Khan...
Sweet Girl
Kamu aja Bodoh Den...
Sweet Girl
Papamu lebih pinter dr kamu Alden...
Nopy Wiwik
tinggal kisah Alden,
Sweet Girl
Pasti Lisa yang sudah mengatur semuanya.
Sweet Girl
bwahahahaha hati hati lhoooo dok... nanti tak laporin lhooo
Sweet Girl
Lhaaa Podo ae on...
Sweet Girl
Dasar.... Mak Lampir... entar beneran sakit lho Mak lampir....
Nopy Wiwik
masih bingung dgn jln ceritanya, tp penasaran so lnjut baca,,,
Sweet Girl
Jadi mirip anak kecil kamu Alden...
Sweet Girl
Sahut Alden
Nopy Wiwik
menarik,,,
Sweet Girl
Astaghfirullah Pak Robi... Ndak di saring tu mulut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!