NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

Hari-hari pun berlalu, hubungan Kavi dan Savinna tidak mengalami kemajuan sama sekali. Bahkan bisa dibilang keduanya malah semakin jauh karena Savinna terus-terusan menghindari Kavi.

Kavi tidak tahu, dimana letak kesalahannya saat itu, awalnya Kavi sempat menduga jika Savinna cemburu pada Amia, namun jika dipikir-pikir lagi, apa mungkin gadis itu cemburu? Memangnya dia anggap apa Kavi selama ini?

Hari ini tepatnya hari jumat, Kavi harus menemui Alby yang sejak pagi tadi sudah memaksanya untuk bertemu sebelum sholat jumat dilaksanakan.

“Ada apaan sih?” tanya Kavi ketus setibanya ia di salah satu meja kantin yang sudah lebih dulu Alby tempati.

“Mulai sore nanti kan mau diadain LDKS, gue mau lo jadi perwakilan─”

“Skip!” potong Kavi di pertengahan.

“Dengerin dulu kenapa sih ...”

“Pokoknya gue gak mau,” bantah Kavi. “Kenapa gak minta tolong sama Rayhan aja?”

“Anak kelas tiga udah gak boleh ikut campur soal ini lagi, kecuali anak-anak osis.”

“Kan masih ada Nauval? Kenapa harus milih gue?”

“Gue kaptennya, jadi gue yang lebih berhak buat milih siapa yang harus gantiin gue,” ucapan Alby itu berhasil membuat Kavi bungkam. “Tugas lo gak berat kok, cuma disuruh jadi pembina dari salah satu kelas yang dipilihin sama ketua osisnya. Dan itu pun lo gak jalanin semuanya sendirian.”

Kavi yang semula enggan sekali menerima tawaran itu tiba-tiba teringat akan Savinna.

Kalo gue ikut, gue pasti bisa ketemu Savinna dong? LDKS itu kan sampai nginap di sekolah, berarti gue jadi bisa jagain dia dan pantau dia seharian penuh, batin Kavi.

“Yaudah kalo lo gak mau, gue bakal cari─”

“Oke, gue mau,” potong Kavi.

“Secepat itu lo berubah pikiran?” tanya Alby heran.

“Gak usah bawel, kasih tau gue apa aja yang perlu gue persiapin?”

“O-oke ...” walaupun terasa sedikit aneh, Alby memutuskan untuk tak ambil pusing akan hal itu.

***

Kenapa harus ada acara kayak beginian segala sih? Apa gue pura-pura sakit aja ya biar dibolehin buat pulang? batin Savinna.

Savinna tengah sibuk membatin ditengah apel pembukaan LDKS yang dikhususkan untuk seluruh murid kelas 10. Hal yang membuat Savinna malas adalah ketika teman-teman sekelasnya sudah memberikan gambaran tentang apa saja yang akan mereka lakukan saat LDKS nanti.

“Benerin tuh topinya.” Savinna sontak menoleh ke sumber suara saat ia mendapat teguran dengan nada ketus dari seorang seniornya.

Savinna pun langsung membenarkan topinya saat itu juga.

Ceweknya Kak Fazriel kok jadi ketus gitu sama gue? Emangnya gue salah apa sama dia?

Savinna tentu saja heran saat Amia menegurnya sembari menatapnya dengan tatapan yang sinis. Sangat berbeda dengan Amia yang dahulu Savinna kenal sebagai perempuan yang imut dan lembut.

Acara pembukaan pun telah selesai dilaksanakan, pembagian pembina pun telah dilakukan. Alvero ditugaskan oleh sang wakil ketua osis untuk menjadi pembina di kelas Savinna bersama Radit yang merupakan salah satu anggota osis.

“Kalian boleh bersih-bersih dulu sebelum kita sholat magrib berjamaah ya, dan disini tempat istirahat kalian,” ucap Radit setelah ia dan puluhan murid binaannya tiba di sebuah kelas yang terletak di lantai satu. Semua murid yang ada di kelas Savinna pun mengangguk paham setelah diarahkan.

“Sepatunya jangan lupa dibuka, itu nanti buat tempat tidur kalian juga,” ujar Radit menambahkan.

Mereka pun bergegas untuk membuka sepatu masing-masing sebelum memasuki kelas yang akan mereka tempati malam ini hingga esok pagi.

“Yang cowok mau ngapain?” tegur Alvero melihat murid laki-laki yang merupakan minoritas di kelas Savinna hendak memasuki kelas yang sama.

“Mau masuk juga lah, Bang!” sahut salah satu dari ketujuh murid laki-laki yang ada disana.

“Enak aja mau gabung, khusus yang cowok tidurnya di masjid.”

“Anjir lah, terus apa gunanya kita diajak kesini juga?” protes murid laki-laki yang lain.

“Oh, berani ngebantah senior? Khusus yang cowok push up 15 kali disini, buruan!” gertak Alvero.

Melihat ekspresi wajah Alvero yang sangat tidak memungkinkan untuk dilawan, ketujuh laki-laki yang ada di kelas Savinna itu pun segera menuruti perintah Alvero.

Savinna yang sedang melepas sepatunya pun hanya bisa bergidik ngeri saat melihat betapa tegasnya Alvero saat itu, temannya Kak Fazriel seram juga ya ternyata, batinnya.

***

Hari sudah semakin gelap, para anggota osis bersama dengan perwakilan dari seluruh ekskul yang ada di SMK Catorce pun mulai berpatroli mengelilingi tiap-tiap kelas, memastikan jika semua murid kelas 10 sudah terlelap.

“Dia ada di kelas berapa?” tanya Kavi pada Alvero.

“Kelas 12 Akuntansi tiga.”

“Kelas ini dong?” Kavi menunjuk salah satu kelas yang berada persis di sebelahnya. Belum sempat Alvero menjawabnya, Kavi sudah bergegas mengintip kelas itu dari bagian jendelanya.

Savinna yang mana ya?

Kavi mengedarkan pandangannya melalui sebuah celah kecil yang ada di jendela tersebut hanya untuk mencari keberadaan Savinna.

“Nanti bintitan lo! Ngintipin anak gadis lagi pada tidur,” tegur Alvero disertai gelak tawa melihat tingkah sahabatnya itu.

Seakan tuli, Kavi tidak mempedulikan teguran Alvero sama sekali. Sekitar lima menit Kavi mencari keberadaan Savinna, ia pun menyerah lantaran kesulitan menebak yang mana Savinna karena masing-masing dari mereka menutupi wajahnya membuat mereka sulit untuk dikenali.

Kavi melirik jam tangannya yang kini menunjukkan pukul satu dini hari, “Kasihan banget, sebentar lagi mereka pasti disuruh bangun lagi.”

“Ngapain lo kasihan sama mereka? Dulu kan kita juga diginiin sama senior, sekarang waktunya bales dendam lah.”

“Gak logis banget, siapa yang berbuat masa orang lain yang harus nanggung karmanya? Kalo lo dendam sama senior kita waktu LDKS dulu, seharusnya lo bales dendamnya ke mereka lah, bukan malah ke junior,” protes Kavi yang tak terima dengan perkataan Alvero barusan.

“Halah ... lo pasti belain mereka karena ada Savinna kan? Dasar bucin,” ledek Alvero.

Kedua pipi Kavi pun memerah menahan malu, “Udah ah, yuk balik ke lapangan, sebentar lagi bakal ada apel kan?” tanya Kavi mengalihkan pembicaraan.

“Ayo deh, udah semua kelas kita periksa juga. Mending sekarang kita balik ke lapangan sebelum apelnya dimulai.”

Mereka berdua pun meninggalkan lorong itu untuk kembali ke lapangan. Tanpa mereka berdua sadari, ada seorang perempuan yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik mereka dari balik tiang penyangga.

Gue benci lo, Savinna, batin perempuan itu.

***

Seluruh murid yang sedang tidur langsung kalang kabut saat mendengar teriakan dari para senior mereka yang sengaja membangunkan mereka secara paksa.

“Gila! Gue baru aja tidur! Emang dasar osis sialan!” umpat salah seorang siswi toxic yang saat itu juga langsung diberikan sebuah hukuman dari seorang anggota osis yang mendengar umpatan tersebut.

Daripada mengumpat, Savinna lebih mementingkan untuk mengumpulkan nyawanya yang baru terkumpul separuhnya itu. Entah mereka semua dibangunkan pukul berapa, karena semua jam atau benda elektronik yang ada di sekolah itu seperti sengaja disembunyikan agar mereka tidak bisa mengetahui pukul berapa mereka dibangunkan.

Dengan nyawa yang baru terkumpul separuh itu, Savinna berusaha untuk mengenakan sepatunya, kok kayak ada yang aneh sama sepatu gue ya, batin Savinna.

Savinna yang hendak melepas kembali sepatunya untuk melihat bagian dalam sepatunya pun langsung mendapat teguran dari seorang anggota osis perempuan, “Lama banget sih geraknya! Kayak putri solo aja!”

Savinna melirik sinis osis tersebut hendak balik memakinya, namun Katrina segera menahannya, “Sabar aja, Sav. Ayo buruan dipakai sepatunya, sebelum satu angkatan kena hukumannya,” bisik Katrina.

Karena tidak ingin membebani angkatannya, Savinna memutuskan untuk menahan emosinya lalu segera memasang sepatunya, meskipun ia merasa ada yang tidak beres dengan bagian dalam sepatunya itu.

Saat ini semua murid yang masih dalam keadaan mengantuk itu dikumpulkan di tengah lapangan dengan posisi setengah berdiri untuk menjalankan hukuman. Tak hanya itu, para senior pun memerintahkan mereka untuk merentangkan kedua tangan mereka ke depan dan menahannya hingga waktu yang tak ditentukan.

Apa maksudnya semua ini? Perasaan judulnya Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, tapi kenapa vibesnya kayak latihan militer ya?

Savinna sesekali membenarkan posisinya karena merasa tak nyaman dengan sepatu yang ia pakai. Kavi yang sejak tadi memperhatikan Savinna dari kejauhan pun merasakan ada yang aneh dengan perempuan itu.

Savinna kelihatan gak nyaman ... dia mulai pegal atau emang lagi sakit ya? batin Kavi sedikit khawatir.

“Kalian semua bawa saputangan masing-masing, kan?” teriak sang ketua osis dari arah podium. Seluruh murid pun menjawab pertanyaan itu secara serempak.

“Bawa, Kak!”

“Oke, sekarang kalian tutup mata kalian pakai saputangan itu,” titah sang ketua osis yang diketahui bernama Jaya itu.

“Ini sih kita bakalan jurit malam,” bisik Katrina yang berbaris di depan Savinna.

“Jurit malam tuh apa?” tanya Savinna.

“Masa lo gak tau sih? Jurit malam itu kayak perjalanan di malam hari yang bakal ngelatih keberanian, kekompakan dan mental kita,” jelas Katrina.

“Berhubungan sama horor ya?” tanya Savinna lagi.

“Maybe, yes ...”

Savinna pun mengangguk paham lalu mulai menggunakan saputangan miliknya untuk menutupi kedua matanya. Ia sama sekali tidak takut apabila jurit malam hanya berhubungan tentang hantu, karena Savinna termasuk penikmat horor sejati.

“Yang udah tutup mata, silakan pegang pundak temannya. Ingat ya, jangan sampai ketinggalan barisan,” ucap salah seorang perempuan, entah dari anggota osis atau ketua ekskul.

“Kok susah banget sih ngikatnya?” lirih Savinna yang masih berusaha untuk mengikat saputangannya.

Di tengah kesulitannya itu, tiba-tiba ada sepasang tangan yang membantunya untuk mengikat sapu tangannya. Tangannya terasa dingin dan sedikit kasar membuat Savinna yakin jika tangan itu adalah tangan dari seorang laki-laki.

“Makasih, Kak.”

“Hm ...”

Eh? Kok suaranya kayak gak asing ya? batin Savinna.

“Buruan pegang pundak teman di depannya!” teriakan dari seorang laki-laki yang entah sedang berada dimana langsung membuyarkan lamunan Savinna dan membuat gadis itu bergegas memegang pundak Katrina yang berbaris di depannya.

“Perjalanan kita bakal sedikit jauh bahkan keluar dari lingkungan sekolah, jadi pastiin kalian gak keluar dari barisan apalagi sampai ngelepasin pundak temannya! Fyi kita juga bakal lewatin kuburan!” seru salah seorang osis yang mulai menakut-nakuti juniornya. Hampir seluruh siswi berteriak ketakutan. Daripada berteriak ketakutan, Savinna malah sibuk menebak kira-kira benda apa yang ada di dalam sepatunya hingga membuat telapak kakinya merasa tidak nyaman bahkan mulai terasa sedikit perih.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!