Jadi Simpanan Majikanku

Hari-hari Kendra terasa lebih berwarna sejak dirinya memutuskan untuk membuka hati pada istri keduanya. Hatinya terlalu kecewa pada Zaskia meskipun tak dapat dipungkiri bahwa Zaskialah yang menduduki tahta dihatinya sampai sekarang.

Terlalu banyak kenangan manis antara Kendra dan Zaskia selama tujuh tahun bersama. Dua tahun mereka berpacaran dan menikah selama lima tahun. Ia masih berharap suatu saat Zaskia akan berubah dan menyesali kesalahannya.

Mengingat hal itu iapun mulai memikirkan hubungannya dengan Tania. Ia masih harus menimbang perasaannya pada gadis itu apakah hanya sekedar rasa tertarik dan penasaran, atau sebagai bentuk pelampiasan kekecewaannya terhadap Zaskia, atau mungkin dirinya benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Ia tidak bisa gegabah dalam hal ini sebab dirinya dan Tania baru saling mengenal selama dua bulanan dan itu sangat jauh jika dibandingkan hubungannya dengan Zaskia.

Kendra membuang nafas berat, lelaki itu menatap jam yang bertengger di pergelangan tangannya. Hampir pukul tujuh malam dan dia baru bisa pulang sekarang. Dirinya cukup lelah setelah seharian meninjau perkembangan proyeknya yang berada di jantung ibukota.

Proyek pembangunan apartemen sekaligus pusat perbelanjaan miliknya berjalan dengan lancar dan tentu saja banyak sekali investor yang ingin ikut bergabung bersamanya. Pasalnya selain lokasinya yang strategis, disana juga merupakan pusat perkantoran, universitas serta dekat dengan kompleks perumahan elit ibukota.

Kendrapun meninggalkan ruangannya dan berniat untuk kembali ke kediamannya. Ada seseorang yang tengah ia rindukan disana. Mengingat wanita itu membuat Kendra senyum-senyum sendiri karenanya.

" Pulang Pak? Hati-hati dijalan. "

Sapaan sang sekertaris membuyarkan lamunan Kendra. Wanita itu tersenyum secantik mungkin untuk menarik perhatian atasannya. Berharap lelaki itu menawarkan tumpangan untuknya.

Hatinya berbunga-bunga melihat sang atasan tersenyum kearahnya, tidak sia-sia ia berdandan secantik dan seseksi mungkin. Akhirnya setelah setahun berusaha, ia rasa sang atasan mulai terpikat padanya. Padahal yang sebenarnya pria itu tengah memikirkan Tania😂.

" Terima kasih. " jawab Kendra datar tanpa menoleh kepadanya.

Seketika harapan sekertaris Kendra kembali patah karena sikap cuek atasannya. Ia kembali terduduk lesu mengingat sikap Kendra barusan.

" Tidak apa-apa. Setidaknya ada kemajuan satu persen setelah setahun tanpa hasil sama sekali. " gerutunya menyenangkan diri.

Begitulah Kendra, ia tidak suka pada wanita yang terkesan agresif, menggoda atau mencari perhatiannya. Ia lebih menyukai wanita yang bersikap sopan dan tertutup, yang akan selalu membuatnya penasaran dan ingin tahu lebih.

***

Kendra memasuki kediamannya, ekor matanya kembali mencari keberadaan Tania. Ia kecewa, padahal sudah benar-benar rindu, tetapi yang ditunggu tak menunjukkan batang hidungnya. Pria itupun memilih langsung menuju kamarnya dan membersihkan diri. Setidaknya, setelah usai sholat isya' gadis itu pasti akan ke ruang kerjanya.

Namun, baru juga ia memasuki kamarnya, ide jahil sudah memenuhi otak Kendra. Pria itu duduk terlebih dahulu untuk beristirahat tanpa melepas pakaian kerjanya.

Ia merogoh ponsel yang terselip di saku jasnya. Membuka ponsel dan mencari kontak yang bertuliskan " Pengganggu " . Kenapa ia juluki pengganggu sebab Tania kini yang selalu mengganggu otak dan tidurnya😁.

Dering ponsel Tania berbunyi, gadis itu baru saja melaksanakan sholat isya' dan melepaskan mukenanya. Ia segera meraih ponsel dan mengangkat panggilan.

Keningnya berkerut melihat deretan nomor cantik yang masih asing baginya.

" Ini nomor siapa? " batinnya memperhatikan nomor dengan enam angka sembilan yang berjejer dibagian belakang. Namun, tetap ia angkat barangkali penting.

" Halo, Assalamualaikum. "

" Wa'alaikumsalam..cepat ke atas aku butuh bantuanmu. Lebih baik naik lift saja supaya cepat. Dalam 10 menit kau harus sampai disini. "

" Memangnya Tuan butuh bantuan apa? "

" Jangan-jangan ini cuma modus saja. " pikir Tania. Terakhir Kendra mengerjainya dengan berpura-pura mengajari berciuman, lama-lama setelah dia pandai hampir tiap malam pria itu mencumbunya saat hendak pulang dari ruang kerja.

" Nanti kau juga tahu. Cepat naik ke atas, jangan membantah perintah suamimu. " Kendra langsung menutup teleponnya.

Tania mendengus pasrah, jika sudah menyebut kata keramat ia pasti tak mampu berkutik lagi.

" Iya, Tuan suami. Aku segera datang. Giliran ada perlunya menyebut suami. Kalau diluar membanding-bandingkan dengan istrinya yang cantik jelita." gerutunya tetap melangkah pergi.

" Permisi, Tuan. Anda bilang tadi butuh batuan saya? " Tania menunduk hormat dihadapan Kendra.

Kendra menyeringai, gadis ini memang aneh. Setelah apa yang mereka lewati seminggu terakhir, Tania masih saja bersikap kaku dan menjaga jarak darinya.

" Badanku terasa pegal semua. Aku ingin kau menyiapkan air hangat untukku. " pinta Kendra sembari merenggangkan otot-otot kepalanya.

" Baik, Tuan."

Kendra memperhatikan Tania yang memasuki bathroom.

" Jangan terlalu panas. Aku ingin berendam dulu disana." pekiknya agar terdengar oleh Tania.

" Baik, Tuan. " balas Tania dari dalam kamar mandi.

Tania mengatur suhu dalam bath up, setelah dirasa pas iapun hendak beranjak keluar. Namun, netranya membeliak melihat Kendra malah masuk kesana dan menutup pintunya.

Pria itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Membuat wajah Tania seketika merona karena malu.

" Maaf Tuan. Saya belum pergi, kalau begitu saya permisi. " ia buru-buru ingin keluar, wajahnya terasa panas. Ia tak sanggup melihat Kendra bertelanjang dada seperti sekarang.

Akan tetapi, lagi-lagi Kendra menahannya untuk tetap disana.

" Siapa yang menyuruhmu pergi? Bukankah tadi aku bilang butuh bantuanmu. " tahan Kendra memegang lengan Tania.

" Bu..bukankah saya sudah menyiapkan airmandi anda? " Tania hampir terkena serangan jantung rasanya, tanpa sengaja ia melihat otot-otot perut Kendra yang sudah seperti roti sobek menurutnya.

" Bukan itu maksudku. Aku ingin kau membantu memijat punggungku. Aku sangat lelah hari ini. "

" Tapi, Tuan? "

" Aku tidak suka penolakan. Jika aku tidak meminta tolong istriku, lalu aku harus meminta tolong pada siapa lagi? Bi Marni? Atau Bi Sumi?" goda Kendra kembali.

" Tidak, Tuan. Saya akan membantu anda. " tegas Tania.

" Ingat ini kewajibanmu sebagai istri, Tania. Lagi pula apa salahnya jika hanya memijat punggung saja.

Gadis itu memposisikan diri di depan bathup. Menunggu Kendra masuk ke dalam sana.

Lagi-lagi Kendra menyeringai senang. Ia mulai membuka pakaian bawahnya satu persatu tanpa rasa bersalah.

" Aaa..Tuan kenapa anda melepas seluruh pakaian anda! " teriak Tania langsung membalikkan wajahnya. Ia kaget saat pria itu hendak melepas penutup segitiga miliknya.

Kendra sama sekali tak menggubrisnya. Ia justru mendekati Tania hingga membuat gadis itu terhimpit oleh tembok.

Tania malu sekali ia takut melihat sesuatu yang pernah menerobos miliknya. Pria itu benar-benar menodai penglihatannya.

Kendra menarik wajah Tania agar menghadap ke arahnya. Ia melihat netra gadis itu berkaca-kaca. Sepertinya Tania memang trauma setelah kejadian yang menimpanya waktu itu.

" Maafkan aku. Kau istriku, kau harus belajar membiasakan diri dengan yang seperti ini. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi sebelum kau siap. Apa kau percaya padaku? " ucap Kendra begitu lembut, namun meyakinkan.

Ia menarik Tania di tepi bathup, Kendrapun masuk kedalam sana sembari menyandarkan punggungnya di tepian. Ia meletakkan tangan Tania diatas punggungnya.

" Sekarang tolong pijat punggungku. "

Bersambung...

Harus banyak diajarin ya Ken, kalem jangan terburu-buru 😂. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian untuk dukung novel ini ya guys. Kasih like koment rate n vote seikhlasnya. Dukungan kalian semangat author untuk terus berkarya. Makasih sebelumnya🤗