Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 - Gigitan di bahu
Shawn mengira-ngira kalau Zuya berada di bilik toilet yang mana. Cepat sekali bagi pria itu menemukan Zuya. Karena tak ada siapapun dalam toilet ini. Hanya ada dia, dan gadis nakal di dalam sana tentu saja.
Gadis nakal yang sedari awal pertemuan mereka terus menatapnya dengan sorot mata penuh permusuhan. Sampai saat ini Shawn masih bingung kenapa gadis itu begitu memusuhi dia. Apa karena takut dia merusak hubungan Aerin dan kakaknya?
Tapi itu kan sudah berlangsung sangat lama. Shawn tidak pernah bertemu lagi dengan Aerin sejak menghadiri pernikahannya dua tahun yang lalu. Bisa dibilang perasaan laki-laki itu ke Aerin hanyalah perasaan sesaat yang langsung hilang begitu saja.
Lebih ke mengagumi. Ya, Shawn berpikir seperti itu. Karena kalau ia benar-benar menyimpan perasaan cinta ke Aerin, ia jamin sampai sekarang ia tidak akan pernah melupakan wanita itu. Malahan dua tahun ini yang sering muncul dalam ingatannya adalah gadis nakal yang sedang sembunyi dalam salah satu bilik toilet ini.
Langkah Shawn berhenti di dekat bilik toilet yang tertutup kemudian bersandar di sana. Tangannya memeluk dada dengan seringaian kecil di wajahnya. Ia ingin melihat bagaimana reaksi si dedek ketika keluar dan mendapati dirinya di luar bilik.
Aku akan menunggumu berapa lama pun kau di dalam sana, dedek nakal.
Pria itu berucap dalam hati dalam seringainya.
Shawn suka sekali memanggil gadis itu dedek. Karena lucu dan cocok saja menurutnya. Dalam keheningan Shawn menunggu, ia mendengar ponsel Zuya berbunyi di dalam sana.
"Aduh, kok pake bunyi segala sih nih benda mati, eh benda hidup, eh ... Bodoh ah."
Shawn tertawa kecil tanpa suara. Gadis aneh. Masih ada drama lagi sebelum mengangkat hapenya yang berbunyi.
"Bow-Bow, kok kamu telpon aku sih? Kan kamu tahu aku lagi sembunyi dari si om jelek. Apa? Kamu lagi anterin kunci kemana? Masih balik lagi nggak? Ya udah-udah. Kalo kamu baliknya masih lama aku keluar sendiri aja. Kayaknya mereka udah pergi juga. Udah nggak ada suara."
Shawn tidak habis heran dengan gadis di dalam sana. Ini kan toilet cowok, walaupun waktu dia masuk tadi tidak ada orang, harusnya dia lebih berhati-hati. Jangan bicara biar tidak ketahuan kalau dia cewek, tapi ini malah ...
Laki-laki itu menggeleng-geleng, untung hanya dia yang berada di sini sekarang.
Klek.
Pintu bilik toilet terbuka. Shawn langsung menoleh ke samping. Pandangannya dan gadis itu bertemu. Jelas sekali raut terkejut di wajah Zuya. Mata hitamnya yang cerah membulat lebar hingga bibit Shawn berkedut.
"Kau kaget melihatku?" laki-laki itu buka suara. Zuya tak membalas. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur namun dengan gerakan yang sangat cepat, laki-laki tinggi besar itu mendorongnya masuk lagi ke dalam bilik toilet dan mengunci pintu.
Laki-laki itu menekan tubuh Zuya ke tembok dan menguncinya dengan kedua tangan juga badannya yang jauh lebih besar sehingga Zuya tidak dapat bergerak dengan bebas. Kaki mereka bersentuhan, tubuh mereka juga.
Zuya gugup bukan main. Jelaslah dia gugup, siapa yang tidak gugup coba kalau berduaan saja dengan laki-laki dalam ruangan sekecil ini, toilet pula. Dan dalam posisi yang ...
Ya ampun canggung sekali. Zuya berusaha mendorong laki-laki yang mengungkungnya ini agar menjauh sayangnya laki-laki itu tidak membiarkannya sama sekali. Kekuatan Zuya tidak sebanding dengan laki-laki berotot ini.
Shawn menatap ke bawah. Zuya jauh lebih pendek darinya, jelas dong dia harus menunduk kalau mau berbicara dengan gadis itu. Begitu pula sebaliknya.
"Kau minta ijin dari kelasku tapi tidak kembali-kembali sampai jam pelajaran ku selesai. Katakan, kau sengaja ingin bolos bukan?"
Zuya mendongkak ke atas. Tatapan kedua makhluk berbeda jenis kelamin tersebut bertemu. Mata mereka saling beradu. Posisi wajah mereka amat dekat hingga mereka bisa merasakan nafas masing-masing di wajah mereka.
Laki-laki ini wangi sekali. Kira-kira minyak wangi apa yang dia pakai ya?Masih sempat-sempatnya lagi Zuya memikirkan merk parfum Shawn. Habisnya wanginya sangat enak.
"Jawab aku dedek nakal," Shawn berbisik pelan didepan wajah Zuya.
Dedek lagi, dedek lagi. Ia benci dipanggil dedek. Kan dia bukan anak kecil lagi.
"Ia, aku sengaja bolos, memangnya kenapa? Nggak suka?" sahutnya ketus.
Menatap Shawn dengan berani. Di kelas, atau di depan orang banyak dalam area kampus ini, mungkin dia tidak berbuat apa-apa dan hanya bisa tunduk dengan terpaksa pada laki-laki ini.
Tapi beda cerita kalau mereka sedang berdua saja begini. Zuya pasti akan mencari cara apapun untuk melawannya. Sesaat kemudian ia merasakan dagunya di sentuh oleh telunjuk dan ibu jari Shawn. Lelaki itu menekan bagian itu cukup kuat.
"Kau susah sekali di atur rupanya." ucap Shawn, dan Zuya menatapnya dengan sikap menantang.
"Aku nggak akan masuk-masuk kelas om lagi. Aku akan ambil kelasnya prof Sunan, jadi hubungan dosen dan murid antara om dan aku berakhir hari ini juga." kata gadis itu percaya diri. Shawn tertawa kecil.
"Memangnya kau tidak dengar profesor Sunan sudah ambil cuti berobat satu semester? Dosen mata kuliah yang kau ambil semester ini hanya ada satu dikampus ini sekarang. Mau tak mau kau hanya bisa masuk kelasku. Kalau tidak, kau mungkin akan mengulang tahun depan."
Hening. Mata Zuya berkedip-kedip. Giliran Shawn yang menatap gadis itu dengan senyum kemenangannya. Zuya kesal.
Shawn menundukkan wajah lalu berbisik pelan ditelinganya.
"Mulai sekarang, aku adalah dosenmu. Jadi kalau kau sering absen, rajin bolos dan suka datang terlambat, kau akan tanggung sendiri akibatnya."
Telinga Zuya bergidik ngeri. Bisikan laki-laki itu membuatnya merasakan getaran yang aneh. Yang jelas menurut dia, Shawn sengaja mau mengajak perang sama dia. Zuya ingin keluar dari sini, tapi karena laki-laki terus menahannya, ia makin kesal.
Saking kesalnya, ia pun menggigit lengan Shawn. Laki-laki itu merasa kesakitan hingga mendorongnya menjauh, namun dengan nekat Zuya melompat ke badan Shawn, melingkarkan kakinya di pinggang pria itu dan kembali menggigit dibagian bahunya.
Shawn pun hanya bisa pasrah dan menahan rasa sakit akibat gigitan Zuya. Ia cukup menikmati permainan dimusuhi gadis nakal ini. Namun karena kesakitannya bertambah, lelaki itu pun membuka pintu bilik toilet tersebut supaya bisa mendapatkan lebih banyak udara dan menurunkan Zuya lebih gampang.
Begitu pintu terbuka, Bowen sudah berdiri di depan pintu dengan raut wajah kaget. Posisi Zuya yang menempel di badan Shawn dengan kedua kaki melingkari pinggang pria itu memang mengundang kesalahpahaman bagi orang lain.
Contohnya Bowen sekarang ini.
"Zuya?"