Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -14- Benarkah Hanya Sepupu?
"Baik, Nyonya," jawab Arzian dengan menunduk. Merasa pembicaraannya dengan Yumna telah selesai, Arzian hendak keluar dari ruang kerja Yumna. Namun, Yumna lagi-lagi mencegahnya. "Tunggu."
"Ada apa lagi, Nyonya?" tanyanya sopan.
"Herfiza itu benarkah hanya sepupumu? Bukan kekasihmu?" Mendengar pertanyaan Yumna, membuat Arzian kebingungan harus menjawab apa. Yumna tidak mudah dibohongi, tetapi jika dirinya jujur pun tidak akan baik hasilnya.
"Iya, Nyonya. Hanya sepupu, bahkan saya sangat menyayanginya seperti adik perempuan saya. Mana mungkin saya seorang pelayan ini bisa punya pacar cantik, walau kecantikkan Herfiza saya akui tidak sebanding dengan kecantikkan Nyonya. Tapi bagi orang yang disekitar kami, kenal dengan Herfiza mereka pasti mengatakan Herfiza itu cantik," jelasnya panjang lebar tanpa diminta.
"Hmm... Gitu ya."
"Iya, Nyonya."
"Padahal kamu yang pelayan ini bisa menikah dengan saya, kenapa berpacaran dengan Herfiza tidak mungkin?" Arzian tidak menyangka Yumna akan memberikan pertanyaan seperti itu, apa Yumna memang sengaja memberikan pertanyaan jebakkan untuknya?
"Itu persoalan berbeda, Nyonya Yumna. Jika dikasus kita, bukankah Nyonya yang memaksa saya menikahi Anda? Walau hanyalah sebuah pernikahan kontrak. Bukan karena kita benar-benar saling cinta, tetapi Nyonya tenang saja. Saya sadar diri kok, tidak berharap lebih pada Nyonya. Apalagi sampai mencintai Nyonya yang tidak mungkin saya gapai."
Yumna terdiam mendengar jawaban yang baru saja Arzian berikan. "Yasudah, kamu boleh pergi?"
"Baik, Nyonya." Sebelum pergi, Arzian malah menggoda Yumna. "Nyonya tidak cemburu kan dengan kedekatan saya dan Herfiza? Hingga ingin bertanya lebih jelas siapa Herfiza yang sebenarnya.
"Siapa kamu sampai saya harus cemburu segala? Kamu tidak sepenting itu Arzian." Yumna memutuskan pergi duluan, meninggalkan Arzian yang masih mematung.
Yumna sudah pergi, untuk apa Arzian tetap berada ruang kerja Yumna. Toh, setelah dicari-cari tidak ada apapun di sana.
Arzian pergi ke kamarnya, bertapa terkejutnya ia mendapati Dodi sedang membersihkam kamarnya. "Loe ngapain di kamar gue, Dod?"
Dodi terkejut setengah mati mendengar pertanyaan Arzian, apalagi pria itu datang tiba-tiba. Untungnya Dodi tidak sampai jantungan, walau kenyataammya Dodi tidak selemah itu.
"Loe nggak liat? Gue lagi bersih-bersih ini," jawabnya tanpa melihat ke arah Arzian.
"Ya ngapain loe bersih-bersih kamar gue? Gue bisa bersihinnya sendiri kali." Dodi menghela nafas lalu menghentikan aktivitas bersih-bersihnya. "Mulai hari ini, kamar ini bukan kamar loe lagi Arzian. Itu kata Nyonya Yumna."
Arzian menyergitkan keningnya. "Lah terus gue tidur di mana dong?"
"Loe akan tidur di kamar tamu sementara ini, Arzian. Sebelum pernikahan loe dan Nyonya Yumna dilakukan, ya kali seorang calon suami Nyonya Yumna tidur di kamar pelayan. Kan tidak akan mungkin terjadi."
Arzian mengangguk paham. "Kamar tamu yang di lantai berapa, dibagian mana?" Seharusnya Arzian tidak terlalu terkejut, karena kenyataannya ia memang seharusnya mendapatkan semua itu.
"Biar gue anter ke kamar loe."
"Eh, enggak perlu kali. Loe kan lagi sibuk juga " tolaknya halus.
"Enggak papa, kerjain ini bisa gue tinggal kok. Sebuah kehormatan bagi gue nganterin calon suami Nyonya Yumna ke kamar tamu yang akan digunakannya." Mendengar jawaban Dodi yang terkesan sedikit meledeknya. Ia mengambil bantal yang tidak jauh darinya dan melemparkannya ke Dodi, untung Dodi bisa menangkisnya.
"Yaudah deh, ayo. Loe anterin gue," ucap Arzian akhirnya. Mereka berdua keluar dari kamar lama Arzian menuju kamar tamu yang akan Arzian tempati sementara.
"Demi deh, Ar. Gue masih nggak nyangka loe beneran mau nikah sama Nyonya Yumna? Kayak mimpi tau enggak? Loe pake pelet apa sih?" Saat perjalanan, Dodi mengajak Arzian mengobrol.
"Jangankan loe, gue aja masih nggak nyangka kok. Mimpi pun gue nggak pernah, karena gue sadar diri. Gue siapa dan Nyonya Yumna itu siapa. Kalau nggak paksaan Nyonya Yumna, ya enggak akan terjadi juga pernikahannya."
"Paksaan? Jadi kalian berdua enggak saling cinta?"
"Ya, kagaklah. Kita berdua aja baru kenal, belum status kita yang beda jauh. Ini semua kan biar Nona Serra nggak maksa mau nikah sama gue, jadi Nyonya Yumna maksa gue nikah sama dia." Kata-kata terakhir Arzian ucapkan dengan berbisik.
"Pelet loe gila, sampai loe direbutin Nyonya Yumna sama Nona Serra. Kalau gue yang jadi loe, gue bakal nikahin dua-duanya aja deh. Kan mereka bukan Kakak Adik kandung ini," selorohnya.
Arzian menginjak kaki Dodi dengan sengaja, sampai Dodi mengadu kesakitan. "Pelat-pelet, siapa juga yang pake pelet sih. Gue nggak make pelet-peletan ya. Untungnya posisi gue nggak ada si loe, gue juga bukan orang yang tamak nikahi dua orang perempuan sekaligus."
"Bercanda kali, Ar."
"Oh iya, yang gue bilang tentang Nyonya Yumna maksa gue. Loe jangan bilang siapa-siapa ya, biarkan semua orang taunya gue dan Nyonya Yumna saling cinta, padahal kenyataannya enggak."
"Siap, Bosku."
"Siapa yang bosmu itu, Dod?"
"Ya, loe dong, Ar. Kan loe mau nikah sama Nyonya Yumna, otomatis loe jadi bos dong. Kalau udah bos jangan galak-galak ya."
"Kalau jadi bos, kalau enggak gimana?"
"Ya kali enggak, gue sih yakin lo jadi bos."
Kedua pria itu akhirnya sampai di kamar tamu yang akan Arzian tempati, Dodi ingin kembali ke kamar Arzian yang dulu untuk melanjutkan beres-beresnya. Namun, Arzian malah mengajak temannya masuk kamar.
Sungguh kamar tamu saja mewah sekali, walau dulu kamar pelayan juga sangat bagus untuk sekelas pelayan. Ini kamar 3 kali lipat lebih bagus. Arzian jadi bertanya-tanya bagaimana kamar milik Yumna? Apakah lebih wow lagi. Dan mungkinkan setelah menikah, ia akan tinggal di kamar itu juga. Arzian segera menyadarkan dirinya, ia tidak akan benar-benar menikahi Yumna. Setelah mendapatkan hardisknya, ia, Faisal dan Herfiza bisa langsung kabur.
"Nyenyak tidur loe nanti malan, Ar. Kamarnya nyaman banget."
Arzian terkekeh mendengarnya. "Gue mah di mana aja bisa tidur nyenyak." Suara ketukkan pintu, hingga mumculnya Amara dan Alien membuat Arzian dan Dodi terkejut, Dodi yang takut dimarahi oleh kedua asisten Yumna segera berpamitan dan pergi dari kamar yamu yang Arzian tempati.
"Pak Alien, Bu Amara. Ada apa ya sampai menghampiri saya ke kamar segala? Kan bisa minta tolong pelayan, untuk memanggil saya. Saya pasti akan langsung menghampiri Pak Alien dan Bu Amara," ujarnya tidak enak.
"Saya ke sini untuk memberikanmu barang-barang ini semua yang harus kamu pakai untuk pesta pertunangan nanti malam. Nanti juga hair stylist akan datang merapikan rambut kamu," kata Amara sambil memberikan jas baru yang masih terbungkus rapi di plastik. Jelas itu adalah jas yang sangatlah mahal, karena Arzian bisa melihat mereknya. Belum lagi Alien membawakannya kemeja dan celananya yang sangat bagus. Ada juga sepatu bagus.