Tahu masa lalunya yang sangat menyakitkan hati satu minggu sebelum hari pernikahan. Sayang, Zoya tetap tidak bisa mundur dari pernikahan tersebut walau batinnya menolak dengan keras.
"Tapi dia sudah punya anak dengan wanita lain walau tidak menikah, papa." Zoyana berucap sambil terisak.
"Apa salahnya, Aya! Masa lalu adalah masa lalu. Dan lagi, masih banyak gadis yang menikah dengan duda."
Zoya hanya ingin dimengerti apa yang saat ini hatinya sedang rasa, dan apa pula yang sedang ia takutkan. Tapi keluarganya, sama sekali tidak berpikiran yang sama. Akankah pernikahan itu bisa bertahan? Atau, pernikahan ini malahan akan hancur karena masa lalu sang suami? Yuk! Baca sampai akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 26
Karena terlalu ingin memisahkan diri dari masa lalu, Arya tidak berpikir dua kali saat menerima. persyaratan dari Kinan. Dia pun langsung menyetujuinya saja.
Sementara itu, Juan yang sangat kesal susah pun tiba di depan cafe milik si sahabat. Gegas, pria itu turun dari mobil, lalu berjalan dengan langkah besar masuk ke dalam care dengan wajah yang terlihat sekali sedang menahan amarah.
Ketika dia masuk ke dalam, tentu saja si sahabat langsung menghadangnya.
"Juan."
"Di mana orangnya, Rein?"
"Ah, orang? Siapa? Adik ipar kamu maksudnya?"
"Iya. Siapa lagi? Masa aku nyari kamu sih, Rein. Orang kamunya udah aku lihat."
"Ha, sudah pergi." Rein bicara dengan wajah sedikit canggung.
"Hah! Sudah pergi? Gimna bisa!"
"Lah, gimana gak bisa? Orang mereka punya kaki."
"Agh." Gusar Juan bukan kepalang.
"Ya Tuhan, Reina. Kenapa kamu gak bilang aku kalo orangnya sudah pergi sih? Kamu! Ah."
Reina tahu Juan sedang kesal. Sayangnya, dia malah tidak ingin peduli. Wajah nya malah datar seolah tidak merasakan rasa bersalah sedikitpun.
"Huh. Maaf, aku lupa bilang. Habisnya, sibuk sih tadi."
"Ya elah. Ngeselin banget deh kamu, Rein. Tau gitu, aku gak perlu datang ke sini kalo orangnya sudah pergi. Ish, datang jauh-jauh. Tapi gak bisa melepaskan rasa kesal. Sia-sia aja deh jadinya." Juan ngomel-ngomel di depan Rein. Setelahnya, pria itu malah berniat pergi tanpa basa-basi lagi.
Sontak, tangan Rein langsung menahan lengan Juan dengan cepat.
"Mau ke mana, Ju?"
"Pulang." Ketus Juan.
"Ish. Kok langsung pulang aja sih. Udah nyampe ke cafe aku, minum bareng dulu aja lah."
"Ogah. Udah sering ih minum sama kamu. Gak mau lagi. Terkhusus buat waktu saat ini. Aku kesal. Gak mood buat minum."
"Ish! Dasar Juan kampret. Sahabat macam apa sih kamu."
Dan pada akhirnya, keduanya malah beneran ngobrol sambil minum kopi yang sudah Rein sedih sendiri dengan tangannya. Yah, Rein dan Juan memang sangat dekat. Namun, ada hal yang tidak Juan ketahui. Reina suka Juanda. Tapi sayang, Juan malah tidak merasakan perasaan yang sama. Perasaan Juan murni hanya sebatas teman untuk Rein.
Mereka sudah bersama sejak di bangku sekolah menengah pertama. Sejak itu pula, Reina punya perasaan untuk Juan. Namun, Rein sangat sadar diri. Cintanya sama sekali tidak pernah bersambut. Karena Juan selalu menekankan dengan sangat jelas. Kalau merekam hanyalah teman meski tidak secara langsung.
Lalu, Rein yang paham maksud penekanan itu tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka hanya karena perasaan sebelah pihak yang dia rasakan. Dia pun memilih memendam perasaannya dengan sangat kuat. Dengan cara itu, dia bisa bahagia berada di sisi Juan.
"Dasar gila yah. Tuh laki bisa-bisanya selingkuh dari Zoya." Kesal Rein sambil meletakkan cangkir kopinya kembali ke atas meja.
"Kamu beneran yakin mereka punya hubungan, Rein? Apa kamu dengar apa yang mereka bicarakan?"
"Hei! Apakah aku kurang kerjaan sampai harus menguping apa yang tamu ku bicarakan, Juan?"
"Ya elah, bukan itu maksud aku. Kamu ini gimana sih? Ah." Kesal Juan pada akhirnya.
"Jadi cewe jangan terlalu nyebelin bisa kan, Rein?"
Ucapan itu malah Rein sambut dengan senyum. Seolah, tidak ada rasa kesal sedikitpun yang bisa ditimbulkan dari kata-kata yang baru saja Juan ucapkan. Padahal, kata-kata itu terdengar sedikit menyakitkan.
"Ha ... tapi, teman seperti aku ini yang bisa buat kamu nyaman, bukan? Bayangkan saja, hanya aku satu-satunya teman wanita yang masih berteman akrab dengan kamu. Iya, kan Juan?"
"Ya elah .... Jangan terlalu bangga napa sih, Rein. Huh!"
Keduanya pun terus ngobrol hingga beberapa saat kemudian. Sesekali, tawa renyah terdengar. Juan memang sangat akrab dengan Reina. Entah karena apa, Rein cukup bisa membuatnya merasa nyaman. Walau begitu, hatinya tetap saja tidak akan mengubah status Rein di dalam hatinya. Rein tetap teman. Dan hanya sebagai teman.
Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya, Juan meninggalkan cafe si sahabat. Setelah tiba di rumah, dia masih berdiam diri di dalam mobil sambil kembali melihat ponselnya, di mana foto yang Rein kirimkan masih ada di sana.
Kesal akan foto tersebut, Juan ingin mengomeli Arya dengan cara mengirim foto itu pada Arya. Malang, tangan Juan malah salah menekan penerima dari pesan yang ingin dia kirimkan.
Jantung Juan seakan mau copot ketika pesan yang dia kirimkan untuk Arya, malah di terima oleh Zoya. Sungguh, perasaan tak karuan sedang menyelimuti hati Juan. Ketika pesan itu mau dia tarik dengan cara menghapusnya, sungguh sangat di sayangkan. Si penerima malah sudah membuka pesan tersebut.
"Astaga! Apa aku sudah gila?" Juan langsung mengutuk dirinya karena kesalahan dari tangannya itu.
"Agh! Ya Tuhan. Bagaimana ini?"
Sementara itu, di sisi lain. Zoya yang kebetulan sedang asik dengan ponselnya di ruang keluarga, tentu saja langsung membuka pesan yang si kakak kirimkan. Ketika foto itu matanya lihat, jantungnya langsung berdetak dua kali lebih cepat.
Perasaannya cukup terusik. Bohong jika dia katakan kalau dirinya baik-baik saja setelah melihat foto tersebut. Karena setelah matanya melihat foto Arya yang sedang memegang tangan wanita, luka hatinya langsung terbuka. Perih menjalar di sekujur tubuh.
Pupil matanya terasa panas seakan ingin menumpahkan cairan. Namun, dia tahan dengan sangat kuat. Sesaat kemudian, panggilan dari si kakak pun langsung masuk. Zoya menarik napas dalam-dalam. Dia ingin menunjukkan pada kakaknya. Kalau dia baik-baik saja. Tidak ada yang bisa hatinya rasakan hanya dengan melihat foto tersebut.
"Zoya." Suara panik langsung terdengar dari ujung sana setelah Zoya menjawab panggilan dari Juan. "Fo-- fotonya ... itu .... "
"Apaan sih, kak Juan. Foto gitu aja kamu kirim sama aku. Apa maksudnya, coba?"
"Zoya. Kamu ... ah, kakak gak sengaja. Itu ulah Reina tahu gak? Dia salah edit foto. Kakak mau kirimkan foto itu kembali padanya sambil ngomel. Eh, malah ke kirim pada kamu."
Bohong. Juan berbohong agar adiknya tidak sedih. Tapi, kebohongan itu terlalu mencolok. Terlalu tidak masuk akal. Sudah jelas itu Arya. Lalu, meskipun terlihat dari samping, Zoya masih sangat kenal dengan perempuan itu. Matanya yang tajam tentu saja langsung tahu kalau itu adalah Kinan.
Si kakak yang berbohong demi kebaikan adiknya, si adik yang tidak ingin kakaknya merasa bersalah. Keduanya pun malah saling bohong sekarang.
"Ya ampun. Kak Reian ini yah. Hm. Ya sudah, titip pesan ku buat dia. Jangan kurang kerjaan amat deh. Masa ngedit foto kek gini sih. Gak asik tau."
"Iy-- iya. Tenang saja. Akan kakak sampaikan."
Gugupnya Juan terdengar dengan sangat jelas. Dan Zoya sangat kenal siapa kakaknya itu. Bagaimana sifatnya, dia tahu semuanya dengan sangat baik.
lanjut kak...
semngat....
sdah mampir...
semoga seru alur critanya...
semngat kak ...