Tahu masa lalunya yang sangat menyakitkan hati satu minggu sebelum hari pernikahan. Sayang, Zoya tetap tidak bisa mundur dari pernikahan tersebut walau batinnya menolak dengan keras.
"Tapi dia sudah punya anak dengan wanita lain walau tidak menikah, papa." Zoyana berucap sambil terisak.
"Apa salahnya, Aya! Masa lalu adalah masa lalu. Dan lagi, masih banyak gadis yang menikah dengan duda."
Zoya hanya ingin dimengerti apa yang saat ini hatinya sedang rasa, dan apa pula yang sedang ia takutkan. Tapi keluarganya, sama sekali tidak berpikiran yang sama. Akankah pernikahan itu bisa bertahan? Atau, pernikahan ini malahan akan hancur karena masa lalu sang suami? Yuk! Baca sampai akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 27
Arya akhirnya pulang dengan membawa brownis kesukaan Zoya. Senyum manis merekah di bibir indah miliknya.
"Aya. Aku pulang."
"Kak Arya."
"Hm. Aku pulang bawa brownis, Aya. Di makan yah."
Zoya hanya memberikan anggukan pelan. Yah, tentunya saja Arya tidak akan sadar dengan apa yang sudah terjadi pada Zoya. Karena memang, Zoya selalu bersikap acuh padanya.
Zoya yang selalu dingin. Jarang senyum, tentu saja tidak akan membuat Arya sadar kalau hati wanita itu sedang tidak baik-baik saja. Sebaliknya, hati Arya yang sedang bahagia karena memikirkan bisa membangun hubungan lebih baik setelah satu bulan kemudian, kini semakin banyak tersenyum. Sayang, tanggapan yang ada dalam hati Zoya malah sebaliknya. Zoya malah sedang berpikir, kalau saat ini, Arya sedang berbahagia karena habis bertemu dengan Kinan.
Minimnya komunikasi, atau lebih tertutup dengan pasangan adalah kesalahan yang sangat fatal. Apalagi untuk pasangan dalam rumah tangga. Karena di saat kita lebih memilih menyembunyikan sesuatu dari pasangan, maka di saat itu pula, perasaan kita akan semakin memburuk. Lalu, kerusakan pada hubungan akan semakin membesar.
....
Beberapa hari kemudian, Arya kembali bertemu dengan Kinan. Kali ini, mereka melakukan pertemuan hanya untuk menandatangani kesepakatan yang sudah sama-sama mereka setujui.
Setelah kesepakatan itu di tandatangani, maka perjanjian mereka pun sudah resmi di buat. Lalu, dua hari kemudian, Arya di minta untuk menemui Beby yang akan Kinan bawa main ke taman bermain tepat di hari minggu.
Lalu, tepat di hari minggu, Zoya menerima pesan singkat dari si mama mertua yang memintanya untuk datang ke rumah tua. Zoya ingin menyampaikan pesan itu pada Arya. Dia pun bergegas menuju kamar Arya sesaat setelah pesan itu ia baca.
Namun, ketika dia akan mengetuk pintu, Arya malah sudah membuka pintu dengan memperlihatkan tampilan seolah dia telah siap untuk berpergian.
"Zoya."
"Ada apa?"
"Tidak. Mas ... Arya mau keluar?"
"Iy-- iya. Mau keluar sebentar. Kenapa, Aya?"
"Tidak. Mama bilang, mama minta kita datang ke rumah buat makan siang bersama. Dia kangen."
Deg. Perasaan Arya seketika merasa tidak nyaman. Di satu sisi, hatinya sangat amat menginginkan kebersamaan dengan sang mama. Karena dengan kebersamaan itu, dia akan bisa bermesraan dengan Zoya.
Namun, di sisi lain, Arya ingat akan perjanjian antara dirinya dengan Kinan. Dirinya tidak boleh menunda waktu pertemuan dengan si anak. Jika tidak, Kinan akan memberikan sangsi untuk kesalahan itu. Kesepakatan mereka pun akan ti pertimbangkan lagi.
"Ta-- tapi .... "
"Kalau Mas Arya gak bisa, aku akan katakan sama mama. Gak papa. Mama pasti mengerti."
Pasrah, Arya hanya bisa menjawab dengan anggukan pelan. Ini adalah hari pertama pertemuan. Dia tidak mungkin menundanya. Karena Kinan pasti akan marah besar karena Kinan sudah mengingatkannya berulang kali.
"Ya sudah kalo gitu. Aku kembali ke kamar. Kamu, kalo mau pergi, hati-hati," ucap Zoya dengan lembut.
Rasa bersalah menyapa seketika. Saat Zoya membalikkan tubuh, tangan Arya langsung terangkat. "Aya, tunggu."
Si wanita pun langsung menghentikan langkah. Memutar tubuh dengan cepat.
"Ya."
"Aku pergi. Aku akan pergi."
"Sekarang, aku sudah siap. Aku tunggu kamu di bawah ya."
Wajah Zoya pun langsung terlihat kebingungan. "Lho, tapi .... "
"Tidak ada yang lebih penting dari kamu, Aya."
"Lah, tapi kan yang ajak bertemu mama."
"Iya, aku tahu. Tapi, pergi bersama kamu adalah pilihan yang paling baik."
Pada akhirnya, Arya tetaplah memilih Zoya. Padahal dia tahu dengan sangat jelas kalau hal tersebut akan membuat Kinan murka. Tapi, bersama Zoya adalah hal yang paling utama dari segalanya bagi Arya. Karena itu, mana mungkin dia bersedia melepaskan kesempatan tersebut.
"Ayo! Bersiaplah. Aku tunggu di bawah."
"Iy-- iya."
Zoya pun beranjak. Wajah Zoya yang terlihat masih sedikit bingung itu membuat Arya langsung mengukir senyum manis sambil menatap kepergian sang istri.
Bagi Arya, setiap ekspresi yang Zoya tunjukkan adalah hal yang paling berharga. Jadi, dia selalu memperhatikan dengan seksama apapun ekspresi yang istrinya itu tunjukkan.
'Aya. Percayalah. Hanya kamu yang mampu membuat hati ini bergetar dengan sangat hebat,' ucap Arya dalam hati.
Sesaat setelah menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat, Arya pun langsung melangkah menuruni anak tangga. Berjalan menuju ruang tamu, Arya pun memilih untuk menunggu di sana. Tak lupa, pesan singkat sia kirimkan pada Kinan. Yang mengatakan kalau dia sedang sangat sibuk hari ini. Tidak bisa memenuhi janji. Setelahnya, ponsel Arya matikan agar Kinan tidak mengganggu.
Di sisi lain, Kinan yang sedang sangat bahagia sudah pun bersiap-siap. Dia berdandan dengan dandanan yang cukup mencolok. Sampai-sampai, Gilang yang melihatnya jadi bingung.
"Kamu ... mau ke mana, Kinan?"
"Tunggu! Kamu mau keluar dengan Beby? Kalian mau ke mana?"Gilang berucap dengan nada sangat ingin tahu.
Sebaliknya, karena pertanyaan itu, Kinan langsung memperlihatkan wajah kesal.
"Mau ke mana kami, bukan urusan kamu, mas Gilang. Lagian, masa aku harus laporan terus sih sama kamu. Gak ada kerjaan banget."
Karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari apa yang telah dia tanyakan, Gilang pun beralih haluan. Dia dekati Beby yang sedang sibuk dengan mainannya di atas sofa.
"Beby. Kalian, mau ke mana, Nak?"
Anak yang berusia hampir lima tahun itu pun langsung mengalihkan perhatiannya.
"Mama bilang, rahasia. Tidak boleh mengatakan pada papa ke mana kami akan pergi." Anak kecil itu bicara dengan logat anak-anak yang masih terdengar cukup menggemaskan di setiap kata yang dia ucap secara tidak terlalu tetap.
"Lho, kok, Beby main rahasia-rahasian sih sama papa. Beby kan udah cantik, masa mau main-- "
"Mas Gilang. Cukup deh yah. Jangan keterlaluan. Gak perlu kamu tahu segalanya juga 'kan? Ke mana kami pergi, apa urusan kamu." Ketus Kinan bukan kepalang.
Gilang pun langsung bangun dari jongkoknya. Dia tatap wajah Kinan yang terlihat berdandan dengan sangat mencolok.
"Aku hanya ingin tahu, Kinan. Apakah tidak boleh aku tahu?"
"Tentu saja, oke, baiklah. Kalau kamu beneran ingin tahu maka aku akan kasi tahu."
"Kami akan bertemu dengan papanya Beby."
"Apa?" Tentu saja Gilang langsung terkejut akan kata-kata yang baru saja Kinan ucapkan.
"Apa maksud kamu papanya Beby. Bukannya aku ini papanya Beby, Kinan?"
Eh, Kinan malah semakin nyolot.
"Apa-apaan sih, mas Gilang. Aku akan bawa Beby bertemu dengan papa kandungnya. Jangan lebai deh kamu."
Syok sesaat, Gilang akhirnya terdiam. Detik berikutnya, pria itu sudah bisa menguasai hati.
"Maksud kamu, kamu akan bawa Beby bertemu Arya, Kinan?"
"Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan Arya?"
Kinan menjawab dengan enteng sambil terus merapikan dandanannya.
si arya jadi laki kurang tegas,,, dn tdak mau terbuka dn jujur...
, kan jahat q 😣