Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berjumpa hanum
" Bagaimana kalau Tia kau sekolahkan disini saja.." saran Yudi,
" setuju.. Kasihan disana dia hanya sehari hari denganmu.." sahut Danu,
" dengan mak Dar juga," cetus Rani.
" Mak Dar akan semakin tua Ran..
Apa kau tidak bosan hidup sendirian disana?" ujar Yudi lagi,
" aku kan tidak hidup di goa mas, aku jug punya banyak teman di sekolah.. Mereka sering membantuku saat aku kesulitan,"
" sampai kapan Ran, dengarkan.. Setelah melihat Tiara, mba Rinta mu sungguh tidak tega membayangkan hari harinya berdua saja dengan pengasuhnya saat kau tinggal bekerja..
Pasti dia kurang perhatian darimu.."
Rani terdiam, sementara Danu hanya bisa memandangnya.
" Pindah lah.. buang semua masa lalu pahit.." Yudi tampak berharap adiknya kembali lagi.
" Tidak mas, bagaimana kalau Hangga tau tentang Tiara?!" jawab Rani tegas
" memangnya kenapa? Dia memang ayahnya?"
" Aku tidak mau lagi berurusan dengan keluarga itu, aku juga tidak ingin putriku di sentuh oleh mereka." Rani terlihat masih belum melupakan atas apa yang sudah menimpanya dulu.
" Tidak ada jaminan, meskipun nanti Hangga tau, bisa saja ia acuh pada putrinya, kau tau bukan.. Orang kaya suka menyepelekan kondisi orang lain.."
" karena itu, dari pada Tiara menelan rasa sakit hati, lebih baik sampai dewasa ia tidak tau."
" kenapa kau tidak menikah lagi saja," celetuk Danu menyela, membuat Rani dan Yudi memandangnya serius.
" Kenapa? Kukira itu adalah jalan keluar yang baik, carilah calon yang tepat, agar bisa melindungi mu dan Tiara,
Kalau kau sendiri begini, kau akan mudah di remehkan orang.." imbuh Danu tak kalah serius.
" Aku tidak ada minat untuk menikah Dan, menikah hanya akan menambah beban pikiranku," tukas Rani,
" jika bertemu dengan seseorang yang tidak tepat pasti menambah beban pikiran,
Tapi berbeda ceritanya jika bertemu dengan orang yang tepat," jawab Danu.
" Ah.. Omonganmu seperti iya saja, kau sendiri gagal menikah dan masih membujang!" ejek Rani kesal.
Setelah perbincangan dengan Yudi dan Danu, bukannya makin tenang, hatinya malah semakin gelisah.
Ia benar benar tidak ada niatan untuk pindah kembali ke kota ini.
Bertemu dengan kedua laki laki itu sungguh mengerikan baginya.
Karena waktu liburan masih banyak, Rani berniat untuk mengunjungi tempat makan favoritnya dulu.
Tepatnya jam satu siang, saat Rani memutuskan untuk berjalan kaki melewati gang,
Siang ini cukup terik, ia memutuskan naik angkutan kota saja.
Tapi saat ia hampir menyeberang ke jalan raya, sebuah motor pcx berhenti di hadapannya.
" Mau kemana jalan kaki?" tanya Danu sembari membuka helmnya.
Laki laki berjaket jeans itu mengagetkan Rani.
" Bikin kaget orang saja!" kesal Rani ketus.
" Mau kemana?" tanya Danu kembali,
" Mau ke kupang lontong dekat kampus kita dulu,"
" jauh, kok tidak naik ojek online?"
" ya karna jauh, ongkosnya lumayan,"
" jadi mau naik angkutan kota?"
Rani mengangguk,
" owalah, naiklah.. Ayo denganku..!" ajak Danu.
" Lho memangnya kau mau kemana? Tidak kerja??"
" aku masuk malam, aku mau cari pakan burung, nanti setelah dari lontong kupang kita ke pasar burung sebentar ya?"
Rani mengangguk cepat, ke pasar burung juga seru pikirnya, sekalian jalan jalan.
" tapi apa kau tidak mengantuk kalau tidak tidur?"
" aku baru bangun tadi jam sebelas, itu sudah cukup.. Ayolah naik..!".
Keduanya berboncengan, menuju Kupang lontong yang tak jauh dari kampus mereka dulu.
Setelah menempuh tigapuluh lima menit berkendara, keduanya sampai.
Masih seperti dulu, tempat yang ramai pengunjung padahal makanannya hanya lah kupang lontong dan es degan.
Saat keduanya duduk dan menunggu makanan, seorang gadis terlihat berdiri memandangi Rani, cukup lama sehingga membuat Rani mau tidak mau akhirnya menoleh juga.
Begitu terkejutnya Rani, ia langsung memalingkan wajahnya.
" Ada apa?" tanya Danu merasa aneh dengan ekspresi Rani.
Rani tidak menjawab, ia tetap diam dan memalingkan wajahnya.
" Mbak Rani?" terdengar suara gadis itu memanggil namanya.
" mbak, ini aku.. Hanum.." Rani mengenal suara itu, karena itulah dia semakin takut untuk menoleh.
" Mba, apa mba berpura pura tidak mengenalku??" suar Hanum menyedihkan.
Mendengar itu Rani mau tak mau menoleh, karena beberapa orang mulai memperhatikannya.
" Hanum ya? Maafkan mbak.. Habisnya kau sekarang sudah besar sih.." Rani tersenyum setulus mungkin.
" Apa.. Apa aku boleh duduk di sebelah mbak?" tanya Hanum setelah melirik Danu sepintas.
" Tentu saja, kau dengan siapa Num?" Rani menggeser dirinya agar Hanum mendapatkan tempat duduk yang lebih luas di kursi kayu yang panjang itu.
" Aku dengan teman teman kuliahku mbak, mereka duduk disana.." Hanum menunjuk segerombolan temannya yang duduk di luar.
" Apa tidak apa apa kau disini?" tanya Rani,
" tentu tidak mbak," jawab Hanum tak melepas pandangannya dari Rani.
" Aku pangling mbak, sekarang rambut mbak panjang sekali.. makin cantik.." Hanum melempar senyum.
" Kau juga, makin dewasa makin cantik.. Kau kuliah dimana? dekat sini?"
Hanum mengangguk,
" di universitas mbak dulu, jurusan yang sama.."
" kau ambil pendidikan??"
Lagi lagi Hanum mengangguk,
" kenapa? Gaji guru kecil num.."
" aku ingin saja mbak.." jawab Hanum,
" oh ya, mbak selama ini dimana?? Aku sempat datang kerumah mbak, tapi mas Yudi bilang mbak bekerja di kota lain..?"
Rani tersenyum,
" iya, aku bekerja di kota lain.."
" lalu sekarang??"
" ah.. Aku sedang liburan sembari menjenguk mas Yudi.."
" oh.. Berapa lama liburnya mbak? Apa aku boleh main kesana? Kerumah mbak Rani?"
" tentu saja, asal aku ada dan tidak segera kembali.."
" aku akan kesana secepatnya mbak, supaya kita bisa berbincang, apa aku boleh meminta nomormu mbak?"
Wajah Rani kebingungan,
" Aduh, kebetulan mba tadi lupa membawa HP karena terburu buru, dan juga.. Itu nomor baru, mbak tidak hafal Num.." rani melirik Danu sesaat lalu kembali pada Hanum.
" Oh ya, kenalkan.. Ini Danu, temanku.." ujar Rani mengalihkan pembicaraan,
Hanum menatap Danu, tersenyum sedikit.
" Ya sudah mbak, mbak lanjutkan saja makannya, tidak enak jika aku menganggu..
Aku akan makan dengan teman temanku saja.." Hanum tiba tiba bangkit.
Melihat Hanum yang berjalan pergi menjauh, dada yang tadinya terasa sesak, tiba tiba plong kembali.
" Siapa? Kau seperti bertemu hantu saja.." komentar Danu,
" tentu saja, dia adik dari mantan suamiku," suara Rani berbisik.
" Pantaslah.. Tapi dia terlihat senang bertemu denganmu.."
" dia anak yang baik, sejak dulu selalu menyambut ku dengan baik..
Saat aku masih pacar kakak tertuanya, maupun setelah aku menjadi istri kakak keduanya..
Sayangnya aku harus menjaga jarak darinya.." ujar Rani pelan.
" Memangnya sampai kapan kau menghindar.. Kau bukan maling Ran",
" aku tau, tapi untuk saat ini aku belum mampu untuk bertemu siapapun diantara mereka,"
" lalu bagaimana jika dia datang kerumahmu?"
" mungkin akan kutemui sekali,"
" lalu setelahnya? Bukankah liburanmu masih lama disini??" tanya Danu,
Mendengar pertanyaan Danu, Rani terdiam.
.....