Marriage With D
"Kamu kalau sudah ganti baju langsung ke dapur, bantuin Bi Wati siapin makan malam, akan ada tamu malam ini"
Sederet kalimat itu menyambut Ara saat ia melewati ruang keluarga. Dia baru saja pulang kerja dan harus membantu menyiapkan makan malam, sejujurnya dia sangat lelah karna hari ini banyak sekali pekerjaan di kantor. Ditambah dia harus berjalan kaki dari Jalan raya menuju ke dalam komplek rumah karna angkot tentu tidak bisa masuk kedalam perumahan. Ara sudah terbiasa sebenarnya namun kadang rasa lelah itu juga datang.
Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya Ara langsung bergegas ke dapur.
"masak apa Bi?"
"eh non Ara. Ini tinggal masak rendang tapi sudah hampir selesai kok non, non gausah ke sini pasti capek habis pulang kerja" Bi Wati berucap sambil mendorong lengan Ara agar menjauh dari area dapur, Bi Wati memang paling dekat dengan Ara. Bi Wati sudah bekerja di sini sejak Ara berusia enam tahun. Selain bertugas sebagai ART Bi Wati juga bertugas merawat Ara waktu Ara masih kecil.
"enggak Bi. Nanti kalo Mama lihat aku enggak di dapur Mama bakal marah. Tadi Mama nyuruh aku bantuin bibi" ucap Ara sambil berjalan mendekat untuk ikut memeriksa rendang yang sedang dimasak Bi Wati.
"emang tamunya siapa Bi, kok masaknya sampe sebanyak ini? rumah juga didekor ulang, tadi aku liat Nina-salah satu ART- di depan sama yang lain lagi sibuk nata ruang tamu. Pantes nggak ada yang bantuin Bibi masak."
Bi Wati seketika menatap Ara sambil menghela nafas, kemudian beliau membawa kedua tangan Ara kedalam genggamannya.
"tadi Bibi sempat dengar katanya ada yang mau melamar." Jelas Bi Wati dengan wajah lesu.
"Terus"
"Anak gadis yang ada di rumah ini sekarang kan cuma non Ara, Bibi takut non, Bibi takut nyonya sama tuan menikahkan non Ara sama orang yang tidak baik" ucap Bi Wati dengan mata berkaca-kaca.
"enggak mungkin lah Bi. Bibi pasti salah dengar." Ara sebenarnya sedikit khawatir mendengar itu, bukan tidak mungkin Mamanya menikahkannya demi bisa menyingkirkannya dari rumah ini.
Bukan lagi rahasia di keluarga ini tentang bagaimana Mamanya memperlakukan Ara sejak kecil. Dipukul dan dikurung di dalam gudang atau kamar mandi sudah menjadi makanan sehari-hari Ara.
Bahkan Ara hampir meregang nyawa akibat dilempar ke kolam renang oleh Mamanya saat usianya tujuh tahun.
"non Ara, kata nyonya non ara disuruh siap-siap, dandan yang cantik." Ucap Nina yang datang dari arah ruang tamu
"ini non dari nyonya" lanjut Nina sambil menyerahkan paper bag yang tadi dipegangnya
Ara menerima paper bag itu dan kemudian mengintip kedalam paper bag untuk melihat isinya.
Sebuah gaun berwarna pink pastel. lalu Ara menatap ke arah Bi Wati yang juga sedang menatapnya dengan wajah khawatir. Yang ditakutkannya ternyata benar terjadi.
"Ara ke kamar dulu ya Bi" ucap Ara sambil berjalan keluar dari dapur
Ara tau kalau Bi Wati sangat khawatir. Namun yang bisa Ara lakukan hanya menuruti saja, menolakpun rasa-rasanya percuma. Dari pada hanya menambah masalah di rumah ini lebih baik dia mengalah.
...****************...
Tamu yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang, sepasang suami istri paruh baya yang bisa Ara tebak bukan dari keluarga biasa, terlihat dari penampilan si istri yang begitu anggun. Gaun yang dipakai wanita tersebut pasti rancangan desainer hebat, ditambah beberapa perhiasan dari brand ternama yang ikut melengkapi tampilannya.
Acara makan malam sudah selesai sekarang para orang tua ini sedang mengobrol basa-basi. Ara tidak terlalu memperhatikan. Hingga mereka memilih pindah untuk kembali duduk di ruang tamu. Ara mulai tersadar kalau pembahasan yang sebenarnya akan segera dimulai.
Ara duduk di sofa single tepat di samping kanan si tamu perempuan, dari tadi dia terus memperhatikan penampilan Ara sambil tersenyum tapi dengan tatapan sendu. ada apa dengan wanita itu? Wanita yang bernama Ayana itu dan suaminya yang benama Josh kentara sekali sangat memperhatikan Ara dari sejak mereka datang.
"Ara sekarang sudah umur berapa?" tanya tante Ayana membuka obrolan dengan Ara yang sejak tadi hanya diam
"su-su-sudah dua puluh tiga tante" jawab Ara gugup
"sudah cukup dewasa ya.." Ara hanya mengangguk sambil tersenyum kikuk menanggapi
"kamu sudah dengar maksud dan tujuan tante dan om kemari?"
Seketika Ara menatap kearah Papa dan Mama yang membuang pandangan mereka ke arah lain. Kalau Ara menjawab tidak sudah pasti si tamu akan merasa kaget, karna sudah pasti dia mengira Ara sudah mengetahui tentang ini.
"sudah tante" Ara memilih jalan aman saja, dia tau jika dia menjawab belum maka Mama dan Papanya akan marah, meski pun memang pada kenyataannya dia baru mengetahuinya hari ini.
"gimana? kamu mau kan, menikah sama anak tante"
Seketika semua mata memandang ke arah Ara, mereka semua menunggu jawaban Ara. Sedang yang ditatap sendiri kelihatan bingung, tentu saja bingung dia bahkan belum bertemu dengan orangnya, masa langsung ditanya soal menikah.
"Maaf sebelumnya tante, tapi anak tante belum pernah bertemu dengan Ara, begitupun sebaliknya. Bagaimana bisa dua orang yang tidak saling kenal tiba-tiba menikah?" Akhirnya Ara memberanikan diri untuk menyampaikan ke'enggangannya, meski begitu dia marasakan tatapan menusuk dari arah Mamanya.
"Loh? Kamu bukannya sudah kenal sama Dean?" tante Ayana terlihat kaget sekali
"Dean?" gumam Ara yang ternyata didengar oleh tante Ayana.
"Kamu bukannya kerja di tempat Dean?" tanya tante Ayana memastikan
"Dean Ardi Nugroho" tambah tante Ayana menyebutkan nama lengkap sang putra
Nama itu sangat tidak asing ditelinga Ara tapi di mana dia pernah mendengarnya?
sambil berusaha mengingat ara terus melafalkan nama itu.
"Dean bilang sudah pernah bertemu kamu. Kamu kerja di Nugroho Group Kan?"
Mendengar itu seketika tubuh Ara langsung menegang, punggungnya seperti disiram air dingin. Bagaimana bisa Pimpinan diperusahaan tempat ia bekerja adalah orang yang akan dijodohkan dengannya? Apa tidak salah?
Tante Ayana masih memandang Ara dengan tatapan bingung, seakan-akan telah terjadi kesalahpahaman di sini.
"Ara kamu jangan bercanda deh, Mamakan udah pernah kasih liat fotonya Dean" Ara hanya melongo mendengarnya, dia saja diberitahu tentang lamaran ini baru tadi sore, itu pun oleh Bi Wati.
"Kamu pasti lupa" lanjut Mamanya berusaha mencairkan suasana yang sedikit awkward karna Ara yang kelihatan bingung.
"Jadi kapan pernikahannya akan digelar?" Pertanyaan dari Papa langsung mencuri atensi mereka. Ara semakin merasa bahwa tanggapannya tidak diperlukan di sini. Ara terlihat ingin bersuara lagi sebelum matanya tidak sengaja bertabrakan dengan mata sang Mama yang sedang menatapnya tajam. Akhirnya Ara hanya memilih untuk menunduk dan diam.
"Dari pihak kami semuanya sudah siap Pak Subroto tinggal tentukan tanggalnya saja" Jawab om Josh dengan mantap.
Ara tidak lagi mendengarkan percakapan mereka, ia hanya menangkap sedikit dari obrolan itu yaitu tentang tanggal pernikahannya yang akan digelar tiga minggu dari sekarang. Acaranya sederhana karna katanya itu permintaan dari sang calon mempelai laki-laki yang meminta pernikahan diadakan di gereja dan tanpa resepsi, serta hanya akan mengundang keluarga inti saja.
...****************...
Berangkat kerja hari ini terasa sangat berbeda bagi Ara, semangat yang biasanya menggebu-gebu untuk bekerja menjadi hilang. Perkataan Papanya pagi ini benar-benar membuat Ara tidak bisa menghindari penikahan itu.
Kepalanya kini dipenuhi kekhawatiran tentang pernikahan yang sudah di depan mata. Mengapa harus Ara? pertanyaan itu berkecamuk dibenak Ara saat ini. Belum lagi fakta bahwa calon suaminya adalah Dean Ardi Nugroho. Ara tidak terlalu mengenalnya, namun Ara sedikit tau, dia pimpinan di perusahaan tempatnya bekerja, Ara sudah bekerja di situ hampir dua tahun.
ting*
Notifikasi pesan masuk dari telfon genggamnya menyadarkan Ara.
+628233635xxxx
*Jam makan siang nanti kamu dijemput supir tante yaa, tante temani kamu fitting gaun pengantin. Tante juga sudah kabari Mama kamu.
Dari tante Ayana*
Ara hanya membalas pesan itu sekenanya. Semua hal tentang pernikahan ini serba mendadak, semuanya seperti tanpa persiapan. Mereka sudah mempersiapkannya katanya namun yang tidak siap di sini adalah Ara. Dia bahkan belum pernah berbicara bertatap muka dengan calon suaminya.
Sebentar lagi Ara akan sampai di kantor. bagaimana jika dia bertemu dengan Dean? Sudah pasti Dean mengenalinya selama ini. Lalu kenapa dia tidak pernah memberitahu Ara? Sejak kapan Pria itu tau?
Ara memasuki kantor dengan perasaan campur aduk, moodnya benar-benar buruk hari ini. Namun dia sadar bahwa dia harus tetap profesional bagaimana pun ini tempat kerja, masalah pribadinya tidak boleh mengganggu kinerjanya sebagai seorang karyawan.
Bekerja diperusahaan besar memang membuat kita harus mengesampingkan segala hal tentang diri kita sendiri, karna kita dituntut untuk selalu profesional setiap saat. Meski sebenarnya keadaan kita sedang sangat buruk sekalipun.
Namun Ara senang bekerja di sini, selain karna gajinya yang lumayan, lingkungan kerjanya juga bagus.
Apa setelah menikah Ara masih bisa bekerja di sini? Mungkin iya mungkin juga tidak, tapi Ara berharap dia masih bisa bekerja meski sudah menikah nanti.
Selain segala hal tentang persiapan pernikahan yang serba dadakan ini hati kecil Ara diam-diam bertanya 'bagaiman pendapat pria itu tentangnya?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
🌺 CICI 💖
baru mampir.... semoga ceritay bagus yaa
2024-10-29
0
Anonymous
keren
2024-11-16
0
Araaa
mmnmn
2024-09-30
0