"Saya tidak akan pernah memaksa kamu untuk mencintai saya. Tapi yang harus kamu ketahui, cinta datang karena terbiasa bersama. Saya harap semoga kamu bisa merasakan cinta yang telah saya rasakan sejak tiga tahun yang lalu sampai saat ini Dik"
Satu kejadian yang tak pernah terduga yang saat ini sedang dialami oleh seorang gadis yang tidak percaya yang namanya cinta, gadis itu ialah Green Abreena.
Suatu hari, Abreena dinikahkan dengan seorang ustadz yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya. Sebuah pernikahan yang terpaksa tanpa adanya cinta yang tak bisa dihindari oleh seorang gadis cantik.
Apakah kehidupan pernikahan yang dijalani oleh Abreena dan seorang Ustadz akan berjalan dengan mulus tanpa adanya ujian dipernikahan mereka?
Dan bagaimana cara mereka melalui ujian yang datang menerpa rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MamaRizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Rencana Pindah Rumah
Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Saat ini Ayah Doni, Ibu Ratih, Abreena dan Dayyan sedang sarapan bersama dengan suasana yang hening. Hanya ada dentingan sendok, garpu dan piring yang beradu.
Selesai sarapan Dayyan memberanikan dirinya untuk meminta izin membawa Abreena pindah dari rumah Ayahnya untuk tinggal bersama dengannya.
"Ayah, apa Dayyan boleh menyampaikan sesuatu pada Ayah" ucap Ustadz Dayyan.
"Ada apa Dayyan? Sepertinya penting iya" tanya Ayah Doni setelah melihat raut wajah serius Dayyan.
"Dayyan mau meminta izin sama Ayah dan Ibu. Dayyan mau mengajak Breena tinggal bersama Dayyan yah" ucap Dayyan hati hati.
"Apa kalian nanti akan tinggal dipesantren?" tanya Ayah Doni. Yang ingin memastika dimana Dayyan akan membawa anaknya tinggal bersamanya.
"Dayyan belum tau Ayah. Abah dan Umma meminta Dayyan untuk tinggal sementara dipondok pesantren dulu Yah. Karena mau mengadakan acara disana. Tetapi sebenarnya Dayyan sudah menyiapkan rumah untuk Breena Yah" jelas Dayyan.
"Baiklah kalau begitu nak. Nanti kalian bisa bicarakan dulu mau tinggal dipesantren atau dirumah yang sudah kamu siapkan. Kapan kalian akan pergi kepesantren?" tanya Ayah Doni lagi.
"Besok pagi Ayah. Karena acarnya diadakan lusa Ayah. Dayyan berharap Ayah dan Ibu juga datang diacara besok Yah" pinta Dayyan dengan penuh harap.
"Kami pasti akan datang kesana besok Dayyan" jelas Ayah Doni yang memastikan kalau ia akan datang diacara yang akan diselenggarakan oleh besannya.
"Tapi Yah, Breena tidak mau pindah dari rumah ini Yah. Breena mau tinggal dirumah ini saja" tolak Breena tiba tiba.
"Tidak nisa Breena. Kamu sekarang sudah menikah. Wajib hukumnya istri mengikuti suaminya sayang" jawab Ibunya dengan lembut.
"Tapi Bu kalau Breena pergi tinggal sama suami Breena, Ayah dan Ibu nanti siapa yang menemani"
"Ibu dan Ayah bisa jaga diri Breena. Kamu juga bisa mengunjungi kami kapan pun kalian ada waktu. Jadi kamu jangan takut. Ikutlah bersama suamimu nak. Karena surga istri ada pada suaminya" jelas Ayah Doni yang menjawab kekhawatiran anaknya.
Abreena tidak menjawab lagi, ia hanya bisa terdiam. Ini untuk pertama kalinya ia jauh dari orang tuanya dan harus berpisah rumah. Sunggu ini sangat berat bagi Abreena.
Setelah orang tuanya menyetujui keputusan suaminya. Abreena izin kekamar untuk mengemasi barang barang yang akan dibawanya.
Didalam kamar Abreena duduk dipinggir ranjangnya, dan melihat sekeliling kamarnya. Ia rasanya begitu berat untuk meninggalkan kamar kesayangannya ini.
Abreena menuju kelemari besarnya, ia membuka lemari dan mengeluarkan koper besar miliknya. Kemudian ia mulai menyusun baju bajunya kedalam dua koper. Selesai dengan urusan baju, sekarang ia juga memasukkan buku buku kuliahnya kedalam satu koper.
Abreena hanya membawa tiga koper besar saja. Selebihnya ia tinggalkan agar ia bisa menginap dirumah orang tuanya tanpa harus membawa ganti.
Selesai mengemasi barang barangnya selama hampir dua jam. Sekarang Abreena sedang berdiri didekat jendela kaca kamarnya yang menghadap keluar. Dan menatap bunga bunga kesayangannya yang ada ditaman samping rumahnya.
"Apa yang harus kulakukan kedepannya. Aku menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak kukenal. Tidak ada cinta diantara kami. Akan seperti apa pernikahan kami ini nanti. Ku akui dia lelaki baik dan sopan. Tapi aku belum mempunyai perasaan apa apa padanya. Apa aku sanggup menjalani ini semua. Tinggal bersamanya dilingkungan pesantren. Yang sudah pasti ada seseorang yang begitu memcintainya disana. Iya Ustadzah itu, aku tau dia mencintai suamiku" ucap Breena dalam hati. Ia memikirkan rumah tangganya kelak akan seperti apa.
Ditengah tengah lamunannya, ada sepasang tangan kekar yang tiba tiba saja memeluknya. Abreena pun terkejut, lalu ia melihat kebelakangnya. Dan ternyata suaminyalah yang sedang memeluknya.
Breena pun berusaha melepaskan pelukan itu. Tetapi bukannya lepas malah pelukan itu semakin erat dirasakannya. Sehingga ia pun pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Dayyan.
"Sudah selesai dik ngemasin barang barangnya?" tanya Dayyan yang masih setia memeluk istrinya dari belakang.
"Sudah" jawab Abreena singkat.
Dayyan pu n membalikkan tubuh Breena menghadap kearahnya, tanpa melepaskan pelukannya.
Ia memandangi wajah Breena yang terlihat sangat sedih.
"Mas mengajakmu tinggal bersama, bukan karena mas mau memisahkanmu dengan orang tuamu dik. Tapi karena mas ingin kita hidup mandiri. Mas tidak ingin urusan rumah tangga kita dicampuri oleh orang tua kita dik" ucapnya sambil memangdang wajah istrinya yang diam diam ia cintai.
"Nanti kita hanya seminggu saja tinngal dipondok. Setelah semua acara selesai, mas mau mengajakmu tinggal dirumah pribadi kita yang sudah mas sediakan dari pertama kali mas melihatmu. Mas tidak akan membatasi dan mengekangmu dik. Kamu masih boleh melanjutkan kuliahmu sampai tamat. Satu lagi yang harus kamu ketahui dik.." ucap Dayyan menjeda kalimatnya, lalu ia memegang kedua pipi Abreena sambil berkata.
"Mas tidak akan memaksamu untuk melayani mas, memberikan hak mas sebagai suami sekarang. Mas akan melakukannya kalau kamu sudah mencintai mas. Mas akan sabar menunggunya dik" lanjutnya lalu memeluk Abreena dan memcium kening Abreena dengan sayang.
Abreena yang mendengar semua yang dikatakan oleh suaminya pun merasakan kebahagiaan. Ia pikir suaminya akan memaksanya untuk memberikan haknya.
Merasakan kehangatan dari pelukan suaminya, Abreena membalas pelukan suaminya. Abreena menangis dipelukan Dayyan.
Pelukan ternyaman kedua yang ia dapatkan dari seorang pria setelah pelukan Ayahnya.
Dayyan yang mendapatkan balasan dari pelukannya pun tersenyum bahagia, dan ia semakin mengeratkan pelukannya.
Dayyan yakin cepat atau lambat Abreena pasti membalas cintanya.
"Anna uhibbuka fillah Abreena" bisik Dayyan tepat ditelinga Abreena. Sehingga membuat Abreena menegang.
Abreena yang paham apa yang dikata Dayyan hanya bisa terdiam. Ia bukannya tak ingin menjawabnya. Hanya saja ia masih belum tau bagaimana perasaannya saat ini untuk Dayyan yang sudah berstatus sebagai suaminya. Yang Abreena tau pelukan Dayyan membuatnya nyaman.
...----------------...
...----------------...
Hari pun berlalu begitu cepat.
Keesokan harinya Dayyan keluar dari kamar sambil membawa koper milik Abreena. Mereka memutuskan akan pergi kepesantren setelah selesai sarapan pagi.
Dimeja makan tak ada satu pun orang yang berbicara, mereka menikmati sarapannya dengan suasana hening. Selesai sarapan barulah Dayyan memulai pembicaraannya.
"Ayah Ibu hari ini Dayyan akan membawa Abreena kepesantren Yah" ucapnya pada Ayah Doni yang sedari tadi hanya diam menatap anaknya.
"Kalian hati hati dijalan nak. Besok pagi Ayah dan Ibu beserta kerabat yang lain akan menyusul kalian kesan" jawab Ayah Doni.
"Ayah apa Breena harus ikut sama suami Breena? Apa Breena tidak boleh tinggal disini saja dengan kalian?" tanya Breena dengan manja sambil memeluk Ayahnya.
"Tidak sayang. Kamu sudah menikah dan kewajiban istri harus ikit kemana pun suaminya akan membawanya tinggal" ucap Ayah Doni yang membalas pelukan anaknya.
"Tapi Breena tidak mau pisah samaAyah dan Ibu" kata Breena yang sudah mulai menangis.
"Ayah pun begitu nak. Ayah juga berat berpisah sama kamu. Tapi sekarang kamu sudah jadi tanggung jawab suamimu sayang" jawabnya sambil menghapus air mata anak kesayangannya.
"Pesan Ayah turuti semua apa kata suamimu nak. Patuh padanya dan patih juga pada orang tua suamimu. Insya Allah kamu akan menemukan kebahagiaanmu dengannya sayang" pesan Ayah Doni lalu mencium kening anaknya.
Lalu Abreena beralih memeluk Ibunya yang sedari tadi sudah menangis.
"Kalau begitu kami jalan dulu Ayah Ibu. Biar tidak terlalu siang sampai disana nanti" pamit Dayyan lalu menyalami tangan Ibu dan Ayah mertuanya.
Hal serupa juga dilakukan Abreena. Walau pun sebenarnya ia sulit meninggalkan orang tuanya. Tetapi ia harus tetap mengikuti kemana pun suaminya akan membawanya.
"Assalamualaikum" ucap Dayyan dan Abreena berbarengan.
"Wa'alaikum salam.. Hati hati bawa mobilnya Dayyan. Dan jaga putri Ayah" jawab Ayah Doni.
"Iya Ayah" kemudian Dayyan masuk kedalam mobilnya. Lalu menjalankan mobilnya keluar dari perkarangan rumah masa kecil Abreena.
Setelah kepergian Abreena dan Dayyan. Ibu Ratih langsung menangis dipelukan suaminya.
"Ikhlas Bu. Anak kita akan memulai kehidupan barunya. Yakinlah kalau dia akan bahagia bersama Dayyan" ucap Ayah Doni yang hanya dibalas anggukan kepala oleh sang istri.
Kemudian Ayah Doni membawa istrinya masuk kedalam rumahnya untuk istirahat.
maaf 🙏 Thor aku kritik tulisanmu banyak salah, nulisnya ngantuk ta gmn thor