Cinta yang habis di orang lama itu, nyatanya bukan karna belum move on, tapi karna dia punya ruang tersendiri.
-anonim-
Kisah cinta pertama yang harus berakhir bukan karena tidak lagi saling mencintai.
"Aku terdiam menutup mataku, berpikir apa yang akan kukatakan. Akhhh Malika... kenapa ini begitu sulit? Tuhan tau betapa keras usahaku untuk melupakanmu, tapi sepertinya kini hanya dinding yang ada di hadapanku. Dulu ada satu titik, kita yakin pada kata selamanya, saat kamu meninggalkanku, rasanya aku menjadi seperti zombie. Aku yakin aku telah melewatinya tapi melihatmu kembali dihadapanku, kenapa aku jadi menggila seperti ini?."
Full of love,
From author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Siang ini aku berada di kosan kak Bima, membantunya mengepak sisa barang-barangnya, beberapa diantaranya sudah ia titipkan di kamar kosku atau ia berikan pada penjaga kos. Hari ini adalah malam terakhir kak Bima berada disini, besok pagi ia akan pulang ke rumah.
"Akhirnya selesai juga. Ga terasa udah sore ya Ka, pantes mulai berasa lapar".
Aku tertawa mendengarnya, "Kakak mau makan apa?".
"Apa ya? Mmmm....".
"Bungkus aja yuk Ka, aku pengen berdua aja sama kamu, soalnya ga tau kapan kita bisa ketemu lagi Ka".
"Libur semester kan aku bisa main ke Jakarta".
"Iya sih tapi masih lama kan Ka libur semester".
"Ya... iya sih", jawabku.
"Udah pokoknya kita bungkus aja ya, aku mandi dulu, ga enak keringatan gini".
Aku mengangguk mengiyakan, sambil menunggu kak Bima, aku menonton TV.
"Ayo Ka, aku sudah siap".
Kami berjalan menyusuri jalan sambil berpegangan tangan. Setelah membungkus makan malam kami, sesuai kemauan kak Bima, kami akan menghabiskan waktu di kamar kosku.
"Udah beres Ka?".
"Udah kak".
"Sini aku aja yang beres-beres bungkus makanannya, kamu mandi aja".
"Ok kak".
Saat aku keluar kamar mandi kulihat kak Bima sedang memilih milih tontonan di Netflix.
"Sini biar aku yang keringin rambut kamu", sambil mengambil hairdryer dari tanganku.
"Apa segini udah cukup Ka?".
"Iya kak makasih".
Kemudian ia mengecup bibirku, sambil tersenyum.
"Apa ada fim yang mau kamu tonton Ka?".
"Ga juga sih kak, apa aja".
"Ini aja kali ya, ini baru nih kayanya ok".
Aku mengangguk, lalu ia menarikku ke dalam pelukannya. Kak Bima duduk dibelakangku sambil memeluk pinggangku.
"Aku mau sambil peluk kamu Ka".
"Baiklah", ucapku singkat.
Saat pertengahan film, kak Bima mengangkat daguku lalu menciumku. Perlahan posisi kami berubah, aku dalam posisi tidur dibawah kungkungan badannya. Ia mulai menciumi leherku, tangannya mulai membuka beberapa kancing bagian atas piyamaku. Lalu ciumannya mulai turun ke arah bagian dadaku, sambil tangannya mulai masuk bergerak ke dalam bra, aku segera menghentikan tangannya.
"Kak...".
Ia menghentikan ciuman dan mengeluarkan tangannya dari dalam bra, kemudian kami sama-sama terdiam sambil mengatur nafas. Kemudian ia menciumku lagi, memberikan tanda di bagian dadaku,
"Ini supaya kamu selalu ingat aku Ka", ucapnya sambil menunjuk tanda kepemilikannya.
Kemudian ia mengancingkan kembali piyamaku, sambil berkata,
"Kamu membuatku gila Ka, nanti kamu ga boleh dekat sama cowok manapun ya Ka".
"Iya kak", jawabku sambil tersenyum.
"Ngobrol lama juga ga boleh".
"Iya kak".
"Kamu harus selalu cerita tentang hari kamu nanti ya Ka,".
"Iya kak, apa lagi kak", tanyaku sambil tersenyum.
"Pokoknya Malika hanya milik aku seorang".
"Ya iyalah kak, masa aku selingkuh gitu maksudnya? Ya gak lah".
"I love you Malika, aku hanya punya kamu seorang aja Ka, ga ada yang lain".
"Iya kak Bima".
Kali ini aku mencium bibirnya duluan.
"Ka, aku tidur disini ya malam ini, boleh ya?".
Aku memicingkan mataku, menatapnya curiga.
"Aku cuma tidur sambil peluk kamu aja, janji Ka".
Aku masih memberinya tatapan curiga.
"Ayolah ini malam terakhirku disini, pleaseee...".
"Ok, baiklah", jawabku.
Malam itu, ia menepati janjinya, kami benar-benar hanya tidur sambil berpelukan. Lalu film Netflix itu terlupakan begitu saja.
Cerita lain tentang kehidupanku adalah kak Aryo. Saat ini kak Aryo sudah jadian dengan kak Sheila, sebelum kak Sheila kembali ke Jakarta.
Hari itu aku pulang ke rumah, kebetulan ada tontonan menarik, yaitu drama percakapan antara kak Aryo dan papa.
"Pa, aku dibolehin ya kos di Jakarta".
"Ya iya nanti kalau udah tau dapat kerja dimana Yo".
"Ya ampun pa, masa kalau ada panggilan wawancara Aryo harus bolak balik Jakarta Yogya".
"Jaman sekarang tahap awal panggilan wawancara kan bisa online Yo, kamu lupa papa belum pensiun apa?", balas papa tidak mau kalah.
"Ya elah pa...", kak Aryo merajuk.
"Ahh kamu cuma mau pacaran aja ama Sheila kan, nanti kamu kerja di Jakarta juga bisa pacaran sepuasnya".
"Ya mangkanya apa bedanya sama sekarang pa? toh aku bakalan ke Jakarta juga", kak Aryo masih terus memberikan perlawanan.
"Nanti kalau udah tau kamu kerja dimana, papa beliin apartemen buat kamu, papa juga kasih kamu mobil, tapi nanti setelah tau keterima kerja dimana. Kurang baik apa papa sama kamu Yo?".
Kak Aryo masih memikirkan jawaban untuk membalas perkataan papa.
"Malika juga akan menyusul kamu ke Jakarta, jadi nanti Malika sudah punya tempat di Jakarta. Papa lebih tenang kalau kalian tinggal bareng, jadi bisa saling jaga".
Aku agak tersentak kaget saat namaku disebut dalam debat mereka dan pada akhirnya kak Aryo menyerah juga.
Perasaanku campur aduk, antara merasa kasihan dengan kak Aryo tetapi juga senang, karena papa memperhatikanku.
Beberapa bulan kemudian, keinginan kak Aryo terwujud, ia mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya di Jakarta.