"Kenapa kau pergi, Al? Bagaimana nasib anak kita yang sebentar lagi akan lahir? Kenapa semesta sangat tega! Kenapa kau meninggalkan kami, Alan!" Angelina Blaire menangis histeris sembari memeluk kemeja yang biasa dipakai oleh suaminya.
Angelina yang terpukul mengalami gangguan mental di penghujung kehamilannya. Ia selalu menganggap bahwa Alan masih hidup. Bahkan, salah mengira jika Adam adalah suaminya.
Hal itu membuat Damian Jackson, menganjurkan agar putra pertamanya itu menikahi istri dari mendiang putra keduanya.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya, setelah Angelina menyadari bahwa selama ini suaminya bukanlah Alan, melainkan Adam?
Sekuel dari novel Salah Kamar ( Adik iparku, Istri ku )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5. Ingin Pingsan Saja.
Adam menarik napasnya yang lambat laun memburu. Ia hanya bisa memejamkan mata sambil mencengkeram bahu Angelina. Kalau tak ingat Angelina saat ini yang tengah hamil anak dari mendiang adiknya. Mungkin, tak perlu digoda seperti ini pun, wanita itu pasti sudah habis dimakan olehnya.
Perlahan, tangan Angelina semakin tak karuan dan berani saja. Ya, karena dia pikir pria di hadapannya ini adalah Alan. Sosok pria yang sangat ia cintai tentu saja. Tapi, kenyataannya ini adalah Adam, suaminya yang kedua. Dimana, pria itu belum bisa menyentuhnya saat ini.
Pria yang tanpa ia ketahui tengah menahan gelora dalam dirinya mati-matian sejak tadi. Bahkan, seakan hampir tak mampu lagi untuk bernapas.
Adam, mengigit bibirnya ketika jemari Angelina merayap ke dada bidangnya yang terbungkus kemeja tipis. Hingga, pada akhirnya Adam harus menahan jemari itu karena semakin berani untuk menjalar ke bawah perutnya. Adam pun berbisik. "Semua demi kebaikanmu dan anak kita sayang. Percayalah padaku. Jadi, ku mohon ... jangan goda lagi," bisik Adam. Membuat Angelina mendongak dan menatapnya intens.
"Benarkah? Dokter yang bilang begitu?" cecar Angelina. Ia nampak percaya, karena terlihat dari dekapannya yang mengendur sedikit. Apalagi, Angelina semakin yakin saat melihat wajah kusut pria di hadapannya ini.
"Iya, sayang. Kau tak percaya lagi padaku ya? Lagipula, mana mungkin wanita secantik dan semenarik dirimu ini aku diamkan. Jika saja, aku boleh menyentuhmu ... pasti kita sudah melakukannya di malam yang indah ini," ucap Adam dengan kalimat yang sebagian besar berasal dari dalam kalbunya sendiri. Karena, itulah sebenarnya ia rasakan saat ini.
Angelina, semakin mengerti karena tatapan Adam sangatlah jujur. Bahkan, perlakuan pria itu juga masih manis dan hangat padanya. Mungkin, semua itu memang benar. Angelina jadi mengira, bahwa dirinyalah yang terlalu berlebihan dalam menanggapi setiap hal yang terjadi.
Adam tersenyum, seraya mengulur jemarinya untuk merapikan anak rambut yang menutupi wajah Angelina. Perlakuan lembut dari pria yang Angelina anggap suaminya ini, sontak membuat hati sensitif wanita itu seakan terbuka.
Angelina kembali berjinjit karena tingginya hanya sebatas bahu Adam. Ia berniat mendekatkan kembali wajahnya kepada pria yang sangat tampan dan berkilau malam ini. Ingin sekali adam mendorong Angelina agar menjauh darinya. Untung saja ia ingat, jika wanita itu sedang hamil dan ia memiliki misi untuk mengembalikan jalan pikiran Angelina. Mengembalikan pikiran dari wanita yang memiliki bakat bisnis ini.
Tapi, yang hanya bisa ada lakukan adalah. Meletakkan telapak tangannya di bahu Angelina. Wanita itu langsung mengernyitkan keningnya. Kenapa hanya ciuman saja Alan juga menolaknya. Pikir Angelina.
"Kenapa? Aku cuma minta cium," ketus Angelina kesal. Dalam hatinya semakin bingung dan gak habis pikir jika ciuman juga di tolak. Bukan salahnya juga juga pada akhirnya Angelina berpikiran macam-macam.
Haih, bagaimana jawabnya. Mommy, bisakah kau tiba-tiba datang!
Adam masih menahan bahu Angelina. Ia menelan ludahnya dulu sebelum mengatakan sesuatu.
"O–oke. Biar aku yang melakukannya. Aku akan menciummu," jawab Adam. Meskipun, sesudahnya ia menyesali tawarannya itu. Namun, kepalang tanggung. Adam harus melakukannya agar Angelina percaya. Bukankah, mengembalikan mental Angelina? Karenanya, ia harus membuat Angelina percaya kepadanya.
"Oh, baiklah!" Entah kenapa Angelina sampai memekik kegirangan seperti itu. Nampak sekali jika Angelina memang sangat mencintai sosok Alan.
Adam ambil nafas lalu mendekatkan wajahnya ke paras cantik Angelina yang tetap berkilau meskipun hanya mengenakan riasan sederhana. Adam sebenarnya dalam hati kenapa sang adik bisa seberuntung ini.
Cup!
Adam melakukan ciumannya singkat pada kening serta bibir Angelina. Hal itu membuat sepasang mata indah membola.
"Sejak kapan kecupan bisa dibilang ciuman?" tanya Angelina tepat menohok kebenaran.
Aihh, bener juga sih. Aku barusan hanya mengecupnya saja. Aduh, Kenapa tidak terima saja, Ya ampun. Kenapa susah sekali menjadi pemeran pengganti!
Adam sungguh ingin sekali berteriak saat ini. Sudah susah payah ia mengumpulkan keberanian. Ternyata apa yang ia lakukan barusan masih salah.
"Ya sudah sekarang segitu dulu ya. Aku ... mau bersih-bersih badan dulu nih. Lengket!" seru Adam. Ia melangkah mundur perlahan, agar bisa menjadi Angelina dan masuk kamar mandi.
Akan tetapi, Angelina keburu meraih tengkuknya dan ...
Wanita itu, kembali menabrakkan bibirnya. Lagi-lagi, Adam dibuat mati kutu hingga tak berdaya pada saat ini.
Adam merasa permulaan saja sudah sesulit ini, entah bagaimana hari-hari selanjutnya.Akhirnya Adam membiarkan Angelina memainkan bibirnya sesuka hati. Ia mencoba menerimanya, dan anggap ini semua tidak masuk dalam pelanggaran.
Merasa cukup. Adam mendorong wajah Angelina , menghentikan paksa tautan mereka. "Cukup ya. Aku ... kebelet!" Setelahnya Adam pun langsung ngacir ke kamar mandi. Membuka pakaiannya cepat, lalu membasahi dirinya menggunakan air dingin di bawah shower. Ia harus segera mendinginkan otaknya. Juga, sesuatu yang telah mengeras di bawah sana.
Seumur hidup, Adam belum pernah bersentuhan dengan wanita manapun. Namun, beberapa saat yang lalu ia hampir saja tidak sanggup menahan dirinya. Angelina, wanita pertama yang berhasil merenggut ciuman pertamanya.
Saat sedang hanyut dalam pikirannya yang merencanakan hari-hari kedepan. Adam, di kagetkan dengan gedoran pada pintu kamar mandi.
Dok dok dok!
"Siapa yang menggedor? Masa iya--" Belum juga tuntas Adam bergumam. Sebuah suara nyaring yang ia kenal terdengar memanggil namanya.
"Alan! Buka pintunya dong. Aku mau mandi juga. Boleh ya? Hanya mandi saja aku janji!" teriak Angelina.
Adam rasanya ingin pingsan saja. Ia terlihat sangat frustrasi. Buru-buru ia menjawab dengan teriakan juga.
"A–aku sedang buang air besar! Sepertinya agak lama! Nanti saja ya sayang!" teriak Adam, dan ia pun nampak meringis sesudahnya. Karena, pada akhirnya ia menyesali alasan yang terucap. Karena, dengan begitu dirinya masih tetap harus berada didalam kamar mandi meskipun sudah selesai.
"Haihh, nasib ... "
"Baiklah!" seru Angelina menjawab. Wanita itu terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya di depan pintu kamar mandi. Ia mencoba mengingat apakah Alan memang suka lama kalau buang air besar. Dan, ternyata itu semua benar.
Angelina pun sempat menertawakan dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk tidur lebih dulu. Karena, malam ini dia tidak akan melakukan apa-apa dengan suaminya itu. Sebagai istri dan calon ibu yang baik Angelina harus menurut bukan.
Mencoba menghalau keinginannya yang menjadikan dirinya sedikit egois. Angelina sudah naik ke atas tempat tidur akan tetapi kepalanya menoleh untuk melihat ke arah kamar mandi. Ia berharap Alan segera keluar untuk menemaninya tidur. Setidaknya, pria itu bisa memeluknya dari belakang. Sambil mencium tengkuknya seperti biasa. Angelina pun memutuskan untuk menarik selimut dan mencoba memejamkan matanya.
Sesuai dengan perkataannya, Adam belum juga keluar dari kamar mandi. Pria itu ternyata ketiduran di dalam bathtub yang kosong. Tanpa mengenakan pakaian. Adam hanya melingkarkan handuk kecil di bawah pinggangnya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
Haihh, nampak mengenaskan sekali nasibmu.
Sementara itu, Damian dan Katie tengah berkutat dengan pikirannya masing-masing. Mereka tertidur dengan saling membelakangi satu sama lain. Kemudian, Katie nampak berbalik untuk menghadap suaminya.
"Sayang, apa kau sudah tidur?"
Mendengar pertanyaan dari istrinya, Damian pun langsung memutar tubuhnya.
"Belum? Kenapa? Mau ngajakin ronde kedua?" tanya Damian asal. Hingga, ia pun mendapat pukulan telak di bahunya.
"Haissh, lalu apa?" tanya Damian lagi dengan ekspresi malas. Ia kan semangat berbalik berpikir jika Katie memanggilnya untuk bermain kembali.
"Serius dong! Aku ingin membicarakan tentang anak dan menantu kita. Apakah, keputusan yang kita ambil untuk mereka itu sudah tepat?" tanya Katie yang mendadak berubah pikiran.
...Bersambung ...
...Bersambung ...
akhir yg membahagiakan utk semuanya
terimakasih author
Author kreji up hari ini .
Mohon dukungannya ya, like, komen, gift dan juga votenya.
Beri rating bintang lima juga.
Terimakasih.
Nantikan sekuelnya yang akan menceritakan tentang Laura dan Asisten kaku Aziel.
Sayang kalian banyak-banyak.