NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:391.3k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnah Keji

Nina bergegas masuk ke kamar untuk melihat keadaan putri semata wayangnya.

"Pak Rt itu emamg keterlaluan Nina, tapi ya wajar orang selalu di kasih uang tutup mulut sama ibu tiri kamu," jelas Wingsih.

"Sudahlah Bu, saya akan menyelesaikan masalah ini satu persatu, sekarang saya akan bawa Rima ke rumah sakit untuk di visum, Bu Wingsih bisa bantu saya membersihkan rumah? Tolong barang-barang milik orang tua saya dan Dita di keluarkan dari rumah ini," pinta Nina.

Wingsih memang bekerja sebagai pesuruh lepas di kampungnya, dulu saat kehidupan Nina masih makmur karena ada suaminya, Nina selalu memperkerjakan Wingsih di rumahnya, tapi tidak menginap karena memang rumah mereka berdekatan.

Ekonomi Wingsih juga tidak terlalu buruk, hanya karena mereka belum di karuniai keturunan, membuat Wingsih mencari kesibukan di luar dan semua atas izin suaminya.

"Kamu tenang saja mbak, serahkan urusan beberes sama Ibu. Ah rindu sekali ibu berada di rumah ini," ujar wanita ramah itu.

Nina mendatangi mobil pesanannya, beruntung sang sopir mau menunggu saat dia sedang dalam kericuhan tadi.

"Maaf ya pak, atas kesabaran bapak menunggu kami. Nanti akan saya tambahkan uangnya," ujar Nina tak enak hati.

Sang sopir memaklumi bahkan ia ikut mendengar apa yang terjadi di kediaman Nina tadi dan ikut bersimpati.

"Ngga papa bu, ngga usah, ibu yang sabar ya, saya yakin semau pasti atas kehendak Allah," balanya.

Nina mendatangi sebuah rumah makan pilihan anaknya, dia ingin menebus segala kesalahannya selama ini pada sang putri.

"Pelan-pelan makannya sayang, ibu akan ajak ke mana pun maumu hari ini," ucap Nina sendu kala melihat anaknya begitu lahap makan makanan favoritnya dulu.

Saat sedang menikmati makanannya tak lama seseorang mendekati keduanya.

"Wah bisa makan di sini kamu Rim, nyolong duit siapa lagi?" ledek gadis remaja seusia Rima.

Nina lalu menatap gadis itu dengan sengit, gadis remaja itu tak gentar dengan tatapan tajam Nina, justru melanjutkan ucapannya.

"Ati-ati tante, tukang nyolong dia!" ledeknya.

"Maksud kamu apa? Kalau ngomong ati-ati, saya ibunya Rima. Kamu ngga di ajari sopan santun sama orang tua kamu!" ketus Nina tajam.

Gadis itu mundur saat tau ternyata wanita cantik di hadapan Rima adalah ibunya.

Gadis itu menang tak pernah tau seperti apa ibu Rima yang selalu di rundungnya. Yang ia tau ibunya Rima bekerja sebagai TKW di luar negeri.

"Eh, siapa kamu main bentak-bentak anak saya!" ketus seorang ibu dengan tubuh gempal mendekati mereka.

Merasa ada yang membela teman sekelas Rima itu lantas merajuk pada ibunya.

"Ini loh mah, tante ini marahi aku, padahal kan niat aku baik, ngasih tau anaknya kalau tukang nyolong di sekolahan!" adunya.

"Oh kamu ibunya Rima, kebetulan banget, balikin uang anak saya yang di colong anak kamu!"

Tubuh Rima bergetar, Nina beranjak memeluk putrinya dan menggenggam tangannya.

Nina tau ada yang bermasalah dengan mental putrinya yang selama ini selalu di siksa.

"Tarik napasmu, tenang ada ibu di sini, ngga akan ibu biarkan siapa pun menyakitimu, Rima percayakan?" ucapnya lembut.

Gadis remaja itu mengangguk lalu menyeka air matanya. Nina mengajak Rima beranjak dari sana untuk menjauhkannya dari teman Rima dan ibunya.

"Heh, malah pergi selesaikan dulu masalah kita!" ejek ibu temannya Rima.

Nina berhenti lantas meminta Rima untuk datang ke sebuah kedai es krim dan menunggunya di sana.

"Kamu!" tunjuknya pada ibu teman putrinya dengan tatapan tajam.

Ibu bertubuh gempal itu mundur saat menatap Nina yang tampak menyeramkan, tapi ia berusaha tenang.

Nina lalu melipat kedua tangannya di dada, "apa Anda punya bukti kalau anakku mencuri?" tantangnya.

Wanita itu menoleh pada sang putri, "ayo ngomong!" desaknya.

Remaja seusia putrinya itu menatap takut-takut. "Dia ambil uangku, kalau ngga percaya tanya aja sama dia!" elaknya gugup sambil menunjuk Rima yang sedang duduk menikmati es krimnya.

"Baik tunggu di sini," sebelum beranjak meninggalkan keduanya, Rima menoleh dan tersenyum pada sang ibu, berbeda dengan dua orang yang justru mendelik ke arahnya.

Nina memutuskan memanggil sang putri dengan melambaikan tangan agar mendekat ke arahnya.

Rima melangkah menuju ke arah sang ibu dengan tubuh gemetar karena takut.

"Rima, ibu mau tanya benarkah kamu mencuri uang dia," ujar Nina lembut, tentu saja dia percaya pada sang putri hanya saja dia ingin tau kronologi yang sebenarnya.

Rima menengadah menatap sang ibu lalu menatap kawannya, temannya itu memelototinya. Nina yang tau tatapan mengancam teman sang putri meminta Rima agar jangan takut untuk mengungkap kebenarannya.

"Kamu tau, ibu akan melakukan apa pun, jika pun kamu salah, ibu akan ke sekolah besok, kamu jangan khawatir," pinta Nina agar sang putri merasa tenang.

Nina yakin besok teman putrinya itu akan merundung anaknya dan tak akan dia biarkan.

"Jelaskan saja," lanjut Nina lembut.

"A-aku menemukan uang Puput Bu, saat aku ambil, tiba-tiba Puput datang lalu mengatakan kalau aku mencuri uangnya," jelas Rima takut-takut.

"Halah mana mau ngaku dia, kepergok baru bilang nemu!" sela ibu Puput.

Nina lalu menoleh ke arah wanita itu dengan ekspresi jengah, "kamu tadi bilang aku harus mengembalikan uang yang di curi putriku. Kenyataannya tak ada yang di curi kan? Kamu mau memeras kami?" tuduh Nina.

Ibu dari Puput gelagapan mendengar tuduhan Nina, "enak aja, duitnya emang ilang kan Nak?" tanyanya pada sang putri.

Puput hanya melengos karena tak tau apa-apa dengan rencana ibunya, "ayo kita pulang bu, ngapain sih berurusan sama maling!" ketusnya.

Nina yang kesal lantas menatap Puput dengan geram, "Kamu dari tadi fitnah anak saya maling-maling tapi ngga ada buktinya, ingat ya besok saya akan ke sekolahan mengadukan kelakuan kamu!" ancam Nina.

"Apa maksud kamu ancam-ancam anak saya? Kamu ngga tau siapa saya, dengar ya, saya akan buat anak kamu di keluarkan dari sekolah!" bela ibunda Puput.

Keduanya lantas berlalu dari sana, Nina lantas mengajak Rima berbicara lagi.

"Ibu percaya sama kamu, apa di sekolah kamu sering di Buly oleh anak tadi?"

Rima menunduk, dengan sikap sang putri yang seperti itu, Nina yakin jika putrinya mengalami perundungan di sekolah dan Nina tak akan membiarkan hal itu.

Demi menghapus ketakutan sang putri Nina mengajak Rima memasuki sebuah Mall ternama di kotanya, Rima sangat senang, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan semenjak ayahnya meninggal dan ibunya bekerja keluar negeri.

Langkah gadis itu berhenti pada sebuah konter handphone. Nina yang melihat arah pandang putrinya lalu menebak apa yang di inginkannya.

"Rima mau hp?"

Rima menoleh ke arah sang ibu, ingin tentu saja, tapi ia takut merepotkan sang ibu.

"Sekolah Rima sudah mulai menerapkan sistem digitalisasi Bu, bahkan semua tugas sudah melalui media seperti hp atau laptop, hanya Rima yang belum memilikinya," lirihnya.

Nina terenyuh dengan keinginan sang putri, ia kira anaknya meminta ponsel hanya sekedar untuk bergaya seperti anak remaja pada umumnya, nyatanya dia meminta ponsel untuk kebutuhan sekolahnya.

"Ayo kita beli, Rima boleh beli apa pun yang Rima butuh kan, selain ponsel Rima butuh apa lagi nak?"

"Rima butuh seragam sekolah dan perlengkapan sekolah Bu, kalau boleh, Rima minta sepeda, ngga perlu baru Bu, Rima lelah selalu jalan kaki," jelasnya.

"A-apa? Rima jalan kaki ke sekolah? Bukannya Tante Tyas yang antar jemput kamu sekolah?"

Rima menggeleng bingung, selama ini dia selalu pulang pergi jalan kaki, bahkan tanpa sarapan dan uang saku, gadis remaja itu sudah lama menderita akibat kezaliman saudara tiri ibunya.

.

.

.

Tbc

1
Dwi Rita
ceritanya bagus. recomended
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
Muji Lestari Tari
kapok
Muji Lestari Tari
mada sih Anan SMP dah berani gituan
Muji Lestari Tari
keluarga toxic
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!