Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 05
Leon, laki-laki yang pernah membuat Xixi merasa di permalukan dan berhasil membut Lulu tidak menyukainya duduk di kursi deretan belakang seperti biasa.
Tapi kali ini dia tidak bersikap seperti sebelumnya, dia mencoba untuk bersikap lebih baik pada Xixi. Seperti saat ini, dia mencoba tersenyum pada Xixi ketika dia melihat Xixi masuk ke kelas.
Xixi yang tidak mau mendapatkan perlakuan memalukan itu lagi memilih untuk duduk di kursi lain, dan tidak peduli dengan apa yang Leon lakukan padanya.
Bruuk
Sebuah buku jatuh diatas meja Xixi. Dan saat Xixi menoleh, dia melihat Rachel berdiri didepannya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Yo, culun. Kembalikan buku itu ke perpustakan." Ucap Rachel dengan sombongnya.
"Aku.. aku tidak meminjam buku itu, jadi.. kenapa aku yang harus mengembalikan buku itu?"
"Heh! Kamu berani menolak perintahku! Kamu itu cuma wanita culun, yang hanya pantas jadi pesuruh dan bahan lelucon. Jadi jangan macam-macam."
"Rachel benar, kamu itu disini hanya jadi bahan untuk lelucon dan bahan taruhan. Jadi kamu...."
Braak!
Suara gebrakan meja terdengar begitu keras. Rachel dan temannya menoleh kearah Leon yang tadi menggebrak meja.
Leon menatap tajam Rachel dan temannya itu, dia lalu berjalan mendekati meja Xixi.
"Jika aku mendengar kalian berdua atau siapapun berkata seperti itu lagi pada Xixi. Aku pastikan lidah kalian akan hilang, agar kalian tidak bisa berbicara lagi."
"Kak, kak Leon. Kenapa.. kenapa kau membela wanita culun ini? Dia cuma..."
"Cuma apa?"
Leon menatap Rachel dengan tajam. Rachel yang mendapat tatapan itu jadi tidak berani untuk meneruskan apa yang ingin dia katakan.
Rachel mengambil buku yang tadi dia lemparkan keatas meja dan menatap Xixi dengan rasa bencinya.
"Lihat saja nanti, dasar culun!" Desis Rachel pada Xixi.
Xixi yang menerima perlakuan itu hanya diam, dia sudah terbiasa mendengar hinaan seperti itu dari beberapa mahasiswa.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Leon pada Xixi.
Para mahasiswa yang melihat Leon membela Xixi saling berbisik, karena sebelumnya Leon sudah menjadikan Xixi sebagai bahan taruhan.
"Ka... kau, tolong jangan... dekati aku." Ucap Xixi pelan.
"Leonardo Damian!"
Suara keras seorang wanita berhasil mengejutkan Leon dan Xixi.
Lulu, pemilik suara keras itu berjalan dengam cepat menghampiri meja Xixi, dan menatap tajam Leon.
"Mau apa kamu mendekati Xixi, belum puas sudah membuat Xixi di tertawakan dan di hina oleh banyak orang karena mu?" Ucap Lulu seperti seorang ibu yang tengah melindungi anaknya dari laki-laki jahat.
"Aku tidak melakukan apa-apa pada Xixi, kau bisa tanyakan padanya." Ucap Leon membela diri.
"Kita... kita tidak dekat, jadi kau... tidak perlu memanggil namaku." Ucap Xixi.
Xixi berdiri dan berjalan keluar dari kelas dengan membawa tasnya. Pagi ini mood Xixi sedang tidak baik, jadi dia tidak akan masuk kelas pertama.
"Awas kau berani melakukan hal jahat pada Xixi lagi!"
Lulu mengikuti Xixi keluar setelah melesatkan ancamannya pada Leon.
Leon yang di tinggal hanya diam, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi agar Xixi memaafkan kesalahan yang sudah dia lakukan kemarin padanya.
Jika Leon bertanya pada Joseph, itu tidak akan berhasil. Karena pasti yang ada Joseph justru akan memarahinya juga seperti adiknya itu.
"Hah, biarkan sajalah. Aku akan memikirkan caranya lagi nanti." Gumam Leon.
Leon lalu berjalan kembali ke kursinya.
Di tempat lain, Rachel yang kesal karena di marahi oleh Leon mencoba menghubungi orang tuanya.
Kedua orang tua Rachel dan Leon adalah teman baik, jadi jika dia berbicara pada ibunya. Ibunya pasti akan membantu dia untuk berbicara dengan orang tua Leon, agar Leon tidak marah-marah lagi padanya.
"Xixi, wanita rendahan dan kampungan itu. Berani sekali dia membuat kak Leon marah padaku! Aku akan membalasmu."
Sudah sangat lama Rachel menyukai Leon, itu sejak pertama kedua orang tua mereka melakukam pertemuan keluarga dan mereka saling memperkenalkan Leon dan Rachel.
Perasaan Rachel terus bertambah, dia bahkan sampai melakukan banyak cara agar bisa masuk ke universitas dimana Leon kuliah.
Leon seharusnya adalah senior mereka, tapi karena beberapa alasan. Dia menunda kuliahnya hingga dua tahun, dan baru masuk bersamaan dengan Xixi dan Lulu.
Sementara Rachel, dia adalah mahasiswa pindahan dari universitas lain.
"Ayo, kita harus memberi sedikit pelajaran pada si culun itu. Beraninya dia membuat kak Leon marah dan membuatku malu didepan orang-orang." Ucap Rachel pada temannya.
"Benar, hanya anak kampungan saja sudah begitu berani." Ucap temannya.
Rachel berjalan pergi untuk mencari Xixi.
Sementara itu Xixi dan Lulu sedang duduk diatas atap kampus, mereka tidak tahu jika Rachel sedang mencari keberadaan mereka.
"Xixi, kamu tidak apa-apa?" Tanya Lulu khawatir.
Xixi menggelengkan kepalanya "Aku tidak apa-apa."
"Apa Leon berbuat jahat lagi padamu?"
"Tidak Lulu, tadi... dia hanya membantuku saat Rachel dan temannya mencoba membulliku."
"Hah, sungguh?"
Xixi mengangguk "Dia juga memarahi Rachel dan temannya."
"Apa otaknya sudah geser? Aneh sekali."
Xixi meraih tangan Lulu dan tersenyum "Sudah, aku sudah tidak apa-apa."
"Baguslah kalau kamu tidak apa-apa."
Braaak!
Suara pintu terbuka dengan keras, Rachel dan beberapa temannya berjalan mendekati Xixi dan Lulu yang duduk dilantai atap kampus.
"Ternyata kau disini, pantas aku tidak menemukanmu di kelas manapun." Ucap Rachel.
Xixi dan Lulu berdiri.
"Apa mau mu, dan untuk apa kalian kesini?" Tanya Lulu dengan lantang.
"Nona muda, lebih baik kau jangan ikut campur. Aku tidak ada urusan dengan mu."
"Tidak, aku tidak akan pergi. Kalian saja yang pergi dari sini! Jangan menganggu Xixi."
"Ini bukan urusanmu, dan aku juga tidak akan menyakitimu jika kau pergi dari sini."
Lulu maju dan merentangkan tangannya didepan tubuh Xixi. Seperti sedang melindungi Xixi dari orang-orang jahat.
Xixi yang melihat itu terkejut, dia tidak menyangka jika dia akan mempunyai seorang teman yang baik seperti Lulu.
"Kalian, singkirkan wanita yang menganggu itu." Ucap Rachel pada beberapa temannya.
Tanpa menunggu lagi, dua orang teman Rachel berjalan mendekati Xixi dan Lulu.
Mereka berdua semakin terpojok dan saling memeluk.
"Lulu, lebih baik kau... kau cepat pergi sekarang. Aku..tidak mau kau terluka." Ucap Xixi dengan takut.
"Aku tidak akan meninggalkan mu, aku ingin lihat seberapa beraninya dia padaku."
"Tapi Lulu, mereka begitu banyak."
"Xixi, kau tenang saja. Jangan khawatir dan takut."
Dua orang teman Rachel sudah berada didepan mereka.
Kreb!
Kedua tangan Lulu berhasil di pegang oleh kedua teman Rachel dan mencoba menjauhkan tubuh Lulu dari Xixi.
Lulu terus berontak, dia juga terus menggenggam tangan Xixi karena tidak mau meninggalkan Xixi sendirian.
"Tidak, kalian lepaskan aku. Jika tidak, aku akan memberitahu kakak ku untuk memukuli kalian semua!" Ucap Lulu sambil memberontak.
"Lakukan saja, kami tidak peduli."
"Lepaskan tangan ku, Xixi cepat pergi dari sini!"
Lulu terus berteriak dan meronta saat di seret menjauh dari Xixi.
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat pada pipi putih Lulu, dan membuat pipi itu merah bahkan terlihat sedikit bengkak karena tamparan itu cukup keras baginya.
Lulu dan Xixi terdiam, mereka tidak menyangka jika Rachel akan menampar pipi Lulu.
"Kau sangat berisik!" Seru Rachel.
"Kau menamparku?" Ucap Lulu pelan.
"Aku sudah bilang untuk pergi, tapi kau tidak mau. Malah berteriak-teriak seperti itu."
Melihat Lulu di tampar, kedua tangan Xixi meremas tas yang ada ditangannya. Dia tidak terima jika teman baiknya juga ikut di pukuli oleh Rachel.
"Kalian tahan dia baik-baik, aku akan memberi perhitungan dengan si culun itu."Ucap Rachel.
"Kau cepat lakukan, sebelum ada orang yang datang." Ucap seorang teman Rachel.
Rachel mengangguk, dia lalu berjalan mendekati Xixi yang masih meremas tasnya. Dia menatap Xixi dengan pandangan menghina.
"Aaaaaakh!" Jerit Xixi saat rambutnya ditarik oleh Rachel.
"Kau hanya wanita kampung yang culun, tidak pantas mendapatkan perhatian dari kak Leon." Ucap Rachel penuh penekanan.
Bruuuuk!
Rachel melempar tubuh Xixi kelantai.
"Xixi! Rachel, kamu sudah gila!" Seru Lulu yang masih di tahan dengan kuat oleh kedua teman Rachel.
Xixi yang dilempar merasa semua tubuhnya begitu sakit, lutut dan telapak tangannya lecet dan berdarah.
Rachel mendekati tubuh Xixi yang ada diatas lantai sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya.
"Aaaaakh!"
Kembali Xixi menjerit saat Rachel menarik rambutnya lagi.
"Ingat baik-baik, jangan pernah mendekati dan menggoda kak Leon lagi."
Setelah mengatakan itu, Rachel menampar beberapa kali pipi Xixi Dia juga menyuruh dua temannya yang lain untuk memukuli Xixi.
Braaakk!
Pintu atap kembali terbuka dengan keras. Rachel membulatkan kedua matanya saat melihat orang yang membuka pintu itu.
Leon yang membuka pintu itu melihat tubuh Xixi terkulai diatas lantai atap dengan wajah penuh luka, bahkan pakaian yang dia kenakan robek, dan Leon juga melihat Lulu yang tengah di tahan oleh dua orang wanita.
Disana Leon melihat dua orang yang masih memegangi rambut dan tangan Xixi, seperti sedang menyiksa tubuh Xixi. Dan Rachel, dia berdiri sambil berkacak pinggang didepan tubuh Xixi yang tergeletak.
"Ka... kak Leon." Gumam Rachel.
Tubuhnya bergetar saat melihat Leon menatapnya dengan tajam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk membela dirinya didepan Leon saat itu.
Leon berjalan dengan cepat mendekati mereka.
"Kak Leon, apa yang...."
Plak!
Satu tamparan yang cukup keras mengenai pipi kiri Rachel. Leon menatap Rachel dengan tatapan jijik dan muak.
"Kak Leon. Kenapa... kenapa kak Leon menamparku?"
"Kau bahkan pantas mendapatkan lebih dari sebuah tamparan. Beraninya kau menyentuh adik dari teman dekatku dan juga menyakiti Xixi!"
"Dia... dia hanya wanita kampung dan culun. Kakak, kau tidak pantas membelanya."
"Diam! Apa kau pantas berbicara seperti itu padaku?"
Rachel shock mendengar perkataan Leon yang begitu keras padanya.
Leon berjalan mendekati Xixi dan mendorong dua orang wanita yang tadi memukuli Xixi hingga mereka berdua jatuh diatas lantai.
Lulu yang melihat itu tidak percaya jika orang yang akan menolong mereka adalah Leon, orang yang tidak dia sukai.
Dengan pelan dan hati-hati, Leon menggendong tubuh Xixi dan berjalan beberapa langkah.
"Kalian masih tidak mau melepaskan Lulu? Apa perlu aku juga menampar kalian berdua!"
Mendengar bentakan dan melihat tatapaan tajam Leon, kedua wanita yang menahan Lulu melepaskan tangan mereka dari tubuh Lulu.
Lulu yang sudah terbebas langsung berlari kearah Leon.
"Rachel, aku akan mengingat hal ini. Dan jangan berfikir karena kau anak dari teman baik ibuku, aku tidak akan berani melakukan apapun padamu." Ucap Leon tanpa berbalik melihat Rachel.
Leon dan Lulu berjalan masuk kedalam bangunan kampus, mereka harus segera membawa Xixi kerumah sakit agar dia langsung mendapatkan pertolongan.
Di sepanjang koridor kampus para mahasiswa yang melihat Leon menggendong Xixi terkejut.
Bukan hanya karena seorang idola menggendong seorang wanita, tapi yang di gendong adalah Xixi si wanita culun. Dan juga tubuh Xixi penuh dengan luka dan darah.
Mahasiswa yang melihat itu saling berbisik, ada juga yang menutup mulutnya karena tidak tega melihat tubuh babak belur Xixi dalam gendongan Leon.
Di kampus, Xixi memang terkenal karena sering mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari beberapa mahasiswa, tapi mereka tidak menyangka, jika ada mahasiswa yang sangat berani membuat Xixi terluka sampai parah seperti itu.
Lulu yang mengikuti Leon dari belakang, membuka ponselnya lalu mengirimkan sebuah pesan pada kakaknya. Dia tentu tidak akan tinggal diam melihat teman baiknya di sakiti oleh orang lain.