NovelToon NovelToon
KUTUKAN 99 HARI

KUTUKAN 99 HARI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Matabatin / Mata Batin / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Seorang pria muda yang sedang menunggu interview dan seraya menunggu panggilan, dia memilih meluangkan waktunya untuk menjadi driver ojek online, tapi pria yang bernama Junaidi ini cukup apes dan apesnya ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali.

Singkatnya, pada malam itu pria muda tersebut tengah terburu-buru untuk mengantarkan pesanannya, tanpa sengaja, dia menyerempet nenek tua yang sedang menyebrang jalan.
Bukannya menolong, dia justru acuh tak acuh dengan alasan takut diberi bintang satu jika terlambat datang.

Namun, siapa sangka kalau nenek yang dia serempet bukanlah sembarang nenek dan setelah malam itu, mata batinnya terbuka. Inilah KUTUKAN SEMBILAN PULUH SEMBILAN HARI yang harus Junaidi terima.

Cerita ini merupakan karya fiksi murni. Nama tempat, kejadian dan karakter yang disebutkan tidak memiliki koneksi dengan kenyataan dan hanya untuk tujuan kreatif semata ditulis oleh Tsaniova.

Jam Update pukul 9.00 pagi dan malam pukul 19.00 wib

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhirnya Dapat Kerja Juga

Dengan terpaksa, Junaidi kembali ke kos, dia mendorong motornya ke area parkir dan saat itu datang Rumi yang baru pulang bekerja. "Kenapa lu?" tanya Rumi dari belakang.

Junaidi menoleh. "Mogok lagi," jawabnya singkat.

"Lu kalau mau narik pake aja ini motor, habis ini juga gua nggak kemana-mana." Pria berjaket parasut itu melemparkan kunci motornya dan Junaidi menangkap.

"Lu baik banget sama gua, curiga gua," celetuk Junaidi dan Rumi yang masih duduk di atas motornya itu terkekeh.

"Restuin aja gua sama Hana, Jun," jawab Rumi yang kemudian turun dari motor, dia menepuk bahu Junaidi, meyakinkannya kalau dirinya benar-benar tulus pada sang adik.

"Urusan jodoh terserah Hana aja gua, mah. Lagian dia harus sekolah dulu, lulus sekolah katanya mau kuliah," sahut Junaidi, dia berterus terang tak ingin mengatur asmara sang adik.

Sekarang, mereka berdua berjalan beriringan menuju kamar kos seraya berbincang, Junaidi yang membutuhkan pekerjaan pun menanyakan lowongan kerja pada sahabatnya itu.

"Ada, bagian ob, mau?" tanyanya seraya membuka pintu kamar.

Kita persingkat saja, singkatnya Junaidi menggantikan posisi ob yang digosipkan meninggal karena bunuh diri di kantor itu. Dia pun melihat dengan jelas sosok wanita yang berpakaian seragam sama dengannya.

"Liat apa, lu?" tanya Rumi yang berdiri di samping kanan Junaidi, mereka berdiri di depan kantor dan Junaidi yang terdiam itu segera memalingkan wajahnya dan sosok Melati yang sedang mengelap kaca pintu utama melihat ke arahnya.

"Nggak apa-apa," jawab Junaidi yang kemudian mengajak Rumi masuk.

Sekarang, Rumi mengenalkan Junaidi pada staf yang bertanggungjawab. Mereka saling berjabat tangan dan sekarang, Rumi pergi ke ruangannya, ruangan staf HRD, sementara Junaidi, dia ikut bersama staf lainnya untuk membahas perihal pekerjaan.

Selesai dengan itu semua, sekarang Junaidi berkenalan dengan rekan kerjanya, mereka yang merasa cantik mulai berbisik membicarakan Junaidi yang berparas tampan.

"Kamu ob baru, ya?" tanya seorang wanita yang menghampiri pantry di mana Junaidi mulai bekerja.

"Iya," jawab Junaidi singkat.

"Bikinin kopi hitam tiga, kirim ke lobi!" perintahnya dan Junaidi mengangguk, dia pun membuatkan pesanan itu, dia mencari-cari dimana letak kopi berada. Lalu, seseorang menunjuk ke arah laci dimana gula dan kopi tersimpan.

"Terima kasih," jawab Junaidi seraya menoleh dan betapa terkejutnya dia karena yang ada bersamanya di ruangan tersebut adalah sesosok wanita berwajah pucat.

"Kamu bisa lihat aku?" tanya Melati dengan lirihnya.

Junaidi segera memalingkan wajahnya, dia tak mau berurusan dengan hantu, Junaidi pun mengabaikan sosok tersebut. Sementara sosok hantu itu terus mengikutinya.

"Aku tau kamu bisa lihat aku, kan?" tanyanya lagi.

Junaidi benar-benar mengabaikannya dan setelah mengantarkan kopi itu, Junaidi mendengar bisik-bisik yang mengatakan kalau kali ini ob baru tersebut tidak akan bertahan lama seperti kebanyakan ob sebelumnya.

"Biarin aja lah, nggak usah urusin orang gosip," gumam Junaidi dalam hati, sekarang tugasnya yang harus membersihkan toilet di lantai dua itu mulai mengambil peralatannya.

Kreket! Suara Junaidi mendorong salah satu pintu toilet di lantai tersebut, begitu pintu berhasil terbuka pintu itu harus kembali tertutup lantaran Melati yang menutupnya dari dalam. Akhirnya, mereka berdua sama-sama memainkan pintu itu.

"Buka tutup, buka tutup, capek gua," gumam Junaidi yang kemudian menutup pintunya rapat membuat sosok hantu cantik berambut pendek itu melongok keluar. "Udahan Bang main pintunya?" tanyanya seraya terbang ke arah Junaidi berdiri. Ya, Junaidi berdiri di depan wastafel panjang, mengelapnya juga mengelap kaca yang terpajang di dinding.

Junaidi yang masih tidak mau menanggapi itu tetap diam sampai akhirnya dia lelah karena hantu itu terus mengikutinya. Junaidi yang sekarang sedang menyikat kloset paling ujung itu menatapnya, menatap hantu bernama Melati. "Kita beda alam, sebaiknya lu jangan ganggu gua sebelum gua setelin murottal pengusir hantu!" ancamnya.

"Apa?" tanya Melati yang begitu terkejut.

"Entahlah, kadang aku merasa bersyukur jadi setan karena jaman sekarang manusia lebih kejam dari setan itu sendiri!" lanjutnya. Dia mengekori Junaidi yang pindah ke toilet sebelah, menyemprotkan cairan berwarna biru lalu menyikatnya dan saat membutuhkan air, hantu Melati menutup kerannya.

"Kalau begitu, pergi ke alam lu sana! Ngapain masih di sini, ganggu orang, lagi!" gerutu Junaidi seraya menyingkirkan hantu Melati, hantu itu menembus ke dinding sebelah dan secepatnya kembali, dia mendorong kepala Junaidi dengan jahilnya.

"Astaga!" ucap Junaidi dengan geram, dia pun berbalik badan dan menatap sosok itu yang terlihat sangat menantang.

"Jangan lupakan, walaupun lu hantu kalau lu cantik boleh juga," ucapnya lagi seraya memperhatikan nametag Melati yang berada di dada. Tentunya, Junaidi hanya menggoda berharap setelah ini hantu tersebut berhenti mengikutinya.

Namun, yang terjadi adalah hantu tersebut tersipu malu, dia menyilangkan tangannya di dada. Karena tak kunjung pergi, Junaidi yang iseng itu semakin mendekat membuat Melati hampir terhimpit dan tiba-tiba saja sosok itu menghilang dari pandangan. "Heh." Junaidi terkekeh, dia pun kembali melanjutkan pekerjaannya.

Siang ini, jam istirahat, Rumi mengajaknya makan siang bersama di kantin, hari pertama bekerja Rumi mentraktirnya. "Gimana, lu betah nggak?" tanyanya seraya meletakkan piringnya ke meja makan.

"Betah aja," jawab Junaidi yang sedang menarik kursi untuknya duduk, lalu, Rumi menyikut lengannya, dia bertanya dengan setengah berbisik. "Ada kejadian apa? Biasanya anak baru belum setengah hari aja udah kabur."

"Kaya nggak tau gua aja, lu!" jawab Junaidi sedikit membanggakan diri sendiri.

"Makanya gua bilang ada lowongan sama lu, karena gua tau lu temenan sama hantu! Haha-haha!" Rumi menertawakannya, berharap leluconnya itu juga akan membuat Junaidi tertawa.

Tapi, yang terjadi adalah, Junaidi terdiam, dia memikirkan Melati. "Kenapa secantik dia jadi hantu?" tanyanya.

Deg! Kali ini Rumi yang terdiam, dia melihat kanan-kirinya, takut hantu yang selama ini mengganggu di kantornya itu muncul.

"Jangan kenceng-kenceng, Jun. Takut dia ke sini," ucap Rumi yang merasa merinding.

"Tenang aja, dia nggak ada di sini, dia penunggu toilet, kan?" tanya Junaidi lagi, dia terus menikmati makan siangnya.

"Bukan cuma toilet, tapi juga pantry, Jun," jawab Rumi.

"Oh." Junaidi mengangguk mengerti. Lalu, tanpa dimintai bercerita, Rumi mulai menceritakan awal mula Melati ditemukan tewas mengenaskan di dalam toilet.

"Malam itu gua lembur, sebelum pulang gua ke toilet," bisik Rumi, "terus, gua yang berdiri di depan wastafel liat ada darah yang ngalir keluar dari toilet, Jun," sambungnya dan seketika bulu halus Rumi berdiri, dia pun bergidik merinding jika tiap kali teringat dengan kejadian itu.

"Gua teriak, dong. Panik gua, takut gua yang jadi tersangka, Jun," ungkap Rumi lagi, lalu, Junaidi menyuapi sahabatnya saat melihat makanan di piring Rumi masih utuh.

"Terus, terus?" tanya Junaidi.

"Lu tau, ternyata Melati hamil muda, diduga bunuh diri karena pacarnya nggak mau tanggungjawab!" Mendengar cerita itu, Junaidi pun mengangguk mengerti.

"Pantesan jadi hantu penasaran," gumam Junaidi dalam hati, sekarang waktu istirahat sudah selesai. Junaidi kembali ke pantry untuk mencuci perabotan kotornya dan saat itu, Melati datang menghampiri.

"Kamu percaya sama gosip itu?" tanyanya, dia menyender ke meja wastafel, menatap Junaidi yang fokus bekerja.

"Aku nggak pernah bunuh diri, apalagi hamil muda," tuturnya, hantu cantik itu pun menangis, lalu menghilang dari pandangan Junaidi membuat pria itu sedikit bingung, pria tinggi semampai itu mencari-cari keberadaan hantu tersebut dan tak melihat keberadaannya.

"Apa mungkin di sini ada pembunuh?" tanya Junaidi pada dirinya sendiri.

1
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Kebanyakan enncumm tu pikiran tman mu juneddd😂
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞: Tak perlu 😂
Tsaniova: 😂😂😂😂 jangan kasih clue
total 4 replies
Aono Morimiya
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
Tsaniova: Terima kasih, kak. 😇😇
total 1 replies
Sukemis Kemis
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Tsaniova: Alhamdulillah, makasih akak. 😇😇😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!