NovelToon NovelToon
Emergency 31+

Emergency 31+

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:14.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.

Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.

Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.

Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?

Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesan singkat memberi semangat

Hari kedua libur bekerja, Deepika putuskan untuk pergi ke kios. Di rumah juga dia tidak melakukan apapun, jadi lebih baik dia membantu ibunya bekerja di sana.

Menggunakan paduan celana panjang dan blouse hitam, rambut panjangnya sengaja diikat tinggi memperlihatkan leher putih bersih, serta tas selempang yang hanya berisi ponsel dan dompet, Deepika siap menemani aktivitas ibunya di tempat kerja.

Motor yang sudah hampir seminggu tidak digunakan dia keluarkan dari garasi. Karena semalam dia tidak memberi tahu ibunya jika akan ikut pergi ke kios, Sani pun meninggalkan Deepika di rumah.

Sani pikir jika Deepika masih butuh waktu istirahat karena masalah yang dia hadapi. Sani tahu bagaimana sakitnya patah hati, dia tidak ingin membuat anaknya makin frustasi dengan menyuruh Deepika mencari kesibukan di kios miliknya. Pun kios memang dia buka untuk mencari nafkah tanpa mau merepotkan anak di dalamnya, karena Sani tahu apa yang dicita-citakan Deepika adalah menjadi penyiar radio bukan penjual ayam goreng seperti dirinya.

Ketika Deepika sudah menutup gerbang halaman rumahnya, dia dikejutkan dengan suara tangis Naraya yang berlari keluar dari rumah Sekar. Bocah 4 tahun itu meraung ingin pulang karena rindu ibunya. Sedangkan Abhi yang keluar sesudah Naraya berusaha menggendong keponakannya itu dengan berbagai bujukan. Sayangnya semua itu tidak mempan. Nara masih terlihat tantrum.

"Kenapa mas?"

Deepika mendekati Abhi dan Nara yang masih menangis sejadi-jadinya. Bocah itu menangis histeris seperti telah menjadi korban kekerasan oleh om nya saja.

"Ngambek. Minta pulang." Ujar Abhi.

Deepika melepas helmnya. Dia taruh asal di rumput dan setelahnya dia mendekati Nara yang berubah jadi reog gelosoran di rumput halaman rumah omanya.

"Cantik. Hei hei sayang.. Lihat sini dulu deh. Lihat, kok hp tante kameranya jelek banget ya buat fotoin tante. Burem gini. Coba kalo buat foto princess, burem juga nggak?"

Nara melihat sekilas ke arah Deepika. Bocah itu ingat siapa Deepika, temen om nya yang kemarin ikut bersamanya jalan-jalan. Tangis itu kembali terdengar tapi tidak sekencang tadi.

Deepika mengarahkan ponsel mode kamera ke muka Naraya. Mengambil foto asal lalu memperlihatkannya pada bocah yang masih merajuk itu.

"Yaah kok gini hasilnya dek. Lihat deh, cakepnya ilang dong gara-gara nangis. Padahal tante kan mau kirim foto ke mamahnya Nara, kasih liat ke mamah kalo Nara hari ini pake baju princess warna pink yang cantik banget. Bikin Nara makin cute, sayang banget Nara malah mewek gini.. Hmm gimana ya?"

Dan bocah itu berhasil ditenangkan Deepika hanya dengan bantuan kamera ponselnya. Abhi memperhatikan itu sedikit mengulas senyum di bibirnya.

"Ante Deep. Na au poto. Kiyim ke mamah.. Na au puyang huaaaa."

Dan tangisan itu kembali terdengar.

"Mau pulang kok nangis terus. Nanti mamah sedih lho liat Nara nangis terus gini. Coba kasih liat ke tante, cantiknya Nara gimana? Senyum dikiiit aja.. Atau kita foto bareng? Nara sama tante. Gimana? Mau?"

"Om Bhi itut poto." Masih dengan merajuk. Bocah itu menarik kaki Abhi yang sejak tadi duduk saja di tangga.

"Boleh deh. Yuk om. Ikut foto." Deepika melambaikan tangannya memberi kode pada Abhi agar lebih mendekat dengan dirinya.

"Nggak usah ikutan manggil om. Kamu bukan ponakan ku." Abhi sudah ada di dekat Nara. Deepika hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

Sesi foto bertiga terjadi untuk memenangkan sang bocil yang sedang tantrum.

"Ini kok malah kamu yang cemberut sih mas. Jelek banget tau nggak hasilnya. Kamu merusak pemandangan, orang tuh senyum mas. Senyum!" Protes Deepika ketika melihat hasil jepretan kamera ponselnya.

"Yang penting tuyul satu ini diem Deep. Nggak usah aneh-aneh minta aku senyum di depan kamera." Abhi tak tergoyahkan dengan ekspresi datarnya.

"Ya elah mas mas, barang nyenengin ponakan mu sendiri aja ogah-ogahan kamu ini. Ya udah deh, aku mau ke kios aja."

"Na sayang, tante kerja dulu ya. Jangan nangis lagi, jangan ngambek lagi oke. Nanti kalo tante pulang kerja, tante bawain ayam goreng kesukaan Nara. Oke? Tos dulu yok!"

Meski dengan sedikit rengekan, Nara mengangguk setuju kala Deepika berpamitan padanya.

"Tunggu Deep."

Abhi menghampiri Deepika yang sudah duduk di atas motornya. Gadis itu diam menunggu apa yang akan Abhi katakan.

"Foto tadi.. Kirim ke nomerku."

"Eh. Oiya bentar.." Mengeluarkan lagi ponselnya dari dalam tas.

"Aku nggak punya nomer mu mas. Mau dikirim lewat mana?" Ucap Deepika dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Sini ponselmu."

Abhi meminta gawai yang dipegang Deepika, lalu tanpa menunggu lama dia memberikan kembali benda tersebut ke tangan pemiliknya.

"Udah mas?" Tanya Deepika.

"Hu'um. Mau pergi sekarang?"

"Iya."

"Mau aku antar?"

"Eh.. Enggak, nggak usah mas. Itu.. Nanti Nara malah ngamuk lagi kalo kamu ninggalin dia." Tolak Deepika sungkan.

"Diajak aja. Sekalian beli ayam goreng di tempat ibu kamu."

Sebenarnya Deepika sungkan menerima tawaran Abhi tapi Nara yang kembali bergelayut manja padanya membuatnya tak tega begitu saja menepis tangan kecil bocah yang ingin kembali dimanjakan oleh Deepika.

Apalagi setelah Re si sulung ikut keluar rumah dan bergabung bersama sang adik yang bergelayut pada Deepika, Deepika hanya bisa mengiyakan usulan Abhi untuk mengantarkannya ke kios di pusat kota.

Di mobil dua orang dewasa itu hanya diam. Sedangkan para bocah selalu mengomentari apa yang mereka lihat, banyak sekali pertanyaan dari bibir mungil yang bisa membuat Deepika tersenyum bahkan kadang tertawa, melupakan lara hati karena dikhianati pacar durjana nya.

"Kamu punya inner beauty yang membuat orang lain tertarik dan betah berlama-lama sama kamu. Pantes aja pacarmu ngebet banget nggak mau pisah dari kamu." Kata Abhi memulai percakapan.

"Mantan. Dia bukan lagi pacarku mas." Kata Deepika membetulkan kalimat Abhi yang dia rasa tidak tepat.

"Iya. Itu maksud ku."

Belum sempat berlanjut percakapan mereka, mobil yang dikemudikan Abhi sudah sampai di kios milik Sani.

"Lho, kok sama mas Abhi Dee. Tadi kalau memang mau ke sini mbok ya bilang, jangan malah nyusahin orang gitu."

Baru juga sampai, Deepika yang tadinya tersenyum melihat Sani langsung kehilangan senyumannya. Dia ingin menjawab tapi tak ingin ada perdebatan yang membuatnya jadi bahan tontonan oleh Abhi atau karyawan ibunya.

"Aku yang maksa nganter Deep, tant." Abhi pasang badan dengan maju satu langkah di depan Deepika.

"Iya mas. Tapi harusnya Dee itu mandiri. Ngertiin kalau mas Abhi juga punya kesibukan sendiri, apalagi ada keponakan yang datang buat liburan, pasti mas Abhi repot. Dee malah manja minta anter-anter gini. Lain kali jangan nyusahin orang Dee. Ibu nggak suka!" Sani memberi ultimatum pada Deepika.

"Iya buk. Mas makasih ya udah nganter aku. Dan Re sama Nara, tante masuk dulu ya... Nanti kalo pulang tante bawain ayam goreng yang banyak buat kalian. Tapi janji jangan rewel, jangan nangis terus, nurut sama Oma dan om Bhi. Oke?" Deepika merangkap semua ucapan untuk ibu, Abhi, Reyana, dan Naraya dalam satu kalimat panjang.

Dia masuk menuju dapur setelah mengucapkan terimakasih pada Abhi dan berpamitan pada kedua keponakan lelaki itu.

"Tadi kenapa nggak bilang kalo mau ke sini? Nyusahin orang lain aja kamu bisanya. Nggak enak sama mas Abhi jadinya kan Dee." Sani mengikuti Deepika ke belakang setelah Abhi berpamitan untuk pulang.

"Aku nggak minta buk. Tadi juga udah mau bawa motor sendiri, tapi mas Abhi yang maksa buat nganterin aku ke sini."

"Harusnya kamu tolak. Mbok ya jangan dibiasain nyusahin orang gitu lho Dee. Nggak bisa ya?"

Sani terus mengomel seolah Deepika sudah melakukan kesalahan besar.

"Ya Allah buk.. Aku udah bilang dia yang maksa. Iya iya oke, lain kali aku nggak bakal nerima bantuan apapun dari orang lain."

Deepika selesai dengan box di depannya. Dia lalu mengeluarkan tepung dari tempat penyimpanan dan hanya diam meski ibunya masih saja membahas tentang larangan untuk tidak merepotkan orang lain.

Dari dulu Deepika selalu diajarkan untuk mandiri oleh Sani, jika bisa mengerjakan apapun sendiri jangan menyusahkan orang lain dengan meminta bantuan. Itu kata-kata yang Sani tanamkan pada Deepika, bukan hanya sekedar ucapan karena jika kedapatan Deepika mengabaikan petuah dari Sani, sudah dipastikan ibunya itu akan mendendangkan omelan sepanjang hari untuk Deepika.

Sedang pusing dengan semua ucapan Deepika, dia merasakan ponselnya berbunyi di dalam tasnya.

Sebuah pesan masuk, ada foto seorang lelaki bersama kedua keponakannya. Kali ini Deepika langsung menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman kala membaca pesan dan melihat gambar yang dikirimkan oleh Abhi.

Mas : Semangat Deep.

"Mas? Mas Abhi? Lha kok cuma mas doang ngasih namanya." Deepika bergumam sendiri.

Pesan singkat dua kata itu disertai foto Re dan Nara yang tertawa menghadap kamera dan Abhi yang sedikit tersenyum sebagai pemanis untuk memberikan semangat pada gadis yang dikiriminya chat tersebut.

Gejolak panas di hati akibat ceramah Sani yang tiada henti tadi menguap begitu saja karena pesan dua kata dari Abhi. Gadis itu bahkan sudah lupa jika tadi ibunya sempat mengomel karena dia datang ke kios diantar Abhi. Entahlah.. Perasaan bahagia itu muncul begitu saja hanya karena pesan singkat dari mas tetangga

1
𝐙⃝🦜尺o
berasa gak asing sama ice vanilla blue
𝐙⃝🦜尺o
nambah koleksi dalam bentuk jumlah maksudnya ya mas bukan warnanya 🤣🤣🤣
𝐙⃝🦜尺o
pake amplas aja kalo gak jewer aja biar gak bandel lagi
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
nah baru sebiji yg kamu temui, Dee.. udah panas aja..
inget gak kata Abhi, kamu bakal cemburu hanya dg mendengar nama Abhi disebut sama ciwik lain 😌
skrg keknya terbukti deh, dah betmut kan kamu?! 😅🤣
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
astaghfirullah robbal baroyaaa
astaghfirullah minal khotoyaaaa
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
knp gak Kelen aja yg staycation di hotel biar tenang😌🤣
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
gpp, itung² latian sblm liat isinya ntar ya Bhi🤣🤣🤣🤣
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
syukurlah klo emg dah beneran sadar
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
smoga emg tulus ya Tant, restumu itu
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
tyt jatuh cinta selain bikin org buta, bisa bikin org gangguan pendengaran juga😳
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
jgn² kamu komplotan Agus juga ya Dee😭😭😭
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
bagus lah, dia upgrade dong gak downgrade 🤣🤣🤣
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
masih aja nanya🤦🏻‍♀️ kurang jelas emg dia ngbrol sama siapa?!
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
aelah Tis Tis, masih ae kamu ngarepin org yg jelas² hatinya bukan buat kamu??
gak capek?!
misal nih ya, misaaaaallll kamu bisa bersama dg Abhi pun, kamu gak akan bahagia lho.. wong di hati Abhi gak ada kamu samsek..
seumur hidup itu lama woy.. mau kamu buang sia² waktu yg ada hanya utk mengemis cinta dari lelaki yg melirikmu pun ogah
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
nambah lagi populasi manusia akhlakless 😑
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
apanya yg tidak mendasar?
kurang kah bukti yg sudah ada?? 😏
𝐓𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐉𝐈🍵
haish, PD kali moncong kau
ᵇᵃˢᵉ
Deepika juga penasaran dengan isi belanjaan nya mas abhi 😂🤣
ᵇᵃˢᵉ
ada ya mimpi gini ya mas.. mosok mimpinya di kejar bayang²nya kuTang Wkwkwk
Dewi kunti
untung nggak dikejar isine kutang bhi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!