Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Kisah ini bagian dari My Introvert Husband 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan baik-baik saja
"Kimmy..." Seseorang tiba-tiba menyentuh bahunya, membuat Kimmy segera mengangkat wajahnya untuk melihat orang tersebut. Kedua mata Kimmy dibuat membulat seakan hendak terlepas dari tempatnya. Seseorang yang tak asing kini berdiri di hadapannya.
"Je-Jeslyn..." Dengan tubuh yang gemetar, Kimmy segera beranjak berdiri hingga tubuhnya kini berhadapan sejajar dengan Jesslyn.
"Kenapa? kau melihatku seperti sedang melihat hantu!" seru Jesslyn dengan kesal.
Kimmy membungkam, entah dirinya bingung harus menjawab apa. "Ka-kau di sini?" tayanya dengan wajah memucat. Bagaimana Jesslyn bisa menemukan dirinya di sana.
"Iya, kenapa? kau terkejut? tidak suka bertemu dengan diriku?" Raut wajah Jesslyn terlihat penuh dengan keseriusan seakan begitu kecewa dengan wanita yang kini berdiri di hadapannya.
"Tidak, Jesslyn. Aku justru senang sekali bisa melihatmu di sini." Kimmy hendak memeluk sahabat kecilnya itu, namun Jesslyn menepis dan menghindarinya, membuat Kimmy begitu terkejut akan penolakan sahabatnya.
"Kenapa kau jahat sekali?" Bentakan Jesslynmembuat Kimmy begitu terkejut, ia masih mencerna apa yang dimaksud oleh sahabatnya. "Kau sudah tidak mau berteman denganku dan Alana lagi?"
"Ti-tidak, Jesslyn. Siapa yang tidak mau berteman denganmu. Aku justru sangat merindukanmu dan juga Alana."
"Bohong! Kau pembohong!" teriakan Jesslyn menggema di lorong rumah sakit yang sepi tersebut, tidak ada siapapun kecuali mereka berdua. Namun, di ujung lorong itu terlihat Jasson dan Alea tengah berjalan menghampiri mereka berdua, langkah kaki alas mereka berdua berbenturan dan menggema di sana.
"Aku tidak pernah berbohong..." Kimmy membantah sambil menggelengkan pelan kepalanya. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca.
"Kau berbohong dan masih saja mengelak! Kau pikir aku tidak tau? kau bekerja di rumah sakit ini sudah lebih dari 5 bulan. Iya, kan?" seru Jesslyn. Kimmy seketika bungkam, bagaimana Jesslyn bisa tau akan hal itu.
"Aku tadi bertemu dengan paman Louis. Tapi aku tidak percaya kalau kau masih berada di luar negeri, jadi aku menanyakan tentang dirimu kepada staf rumah sakit. Dan ternyata benar, kau bekerja di sini dan kau tidak pernah pergi ke luar negeri!" teriakan Jesslyn terasa hingga menyakiti telinga Kimmy.
"Jesslyn!" Bentakan Jasson tak membuat Jesslyn takut ataupun menyautinya.
Kimmy mengatur napasnya yang kian memberat. Ia menundukan kepalanya. "Maafkan aku,Jesslyn." Air mata yang semula ia tahan, akhirnya lolos membasahi lantai yang ia pijaki saat itu.
Jesslyn mencengkram kedua bahu Kimmy. "Kenapa kau membohongiku dan Alana? apa salah kami? kau tidak mau berteman dengan kami lagi?" Serunya sembari menggoyangkan kasar kedua bahu itu. Bahkan tak sedikit air mata kekecewaan menggenangi wajah cantiknya.
"Jesslyn!" Jasson hendak melepaskan tangan Jesslyn dari Kimmy. Namun wanita itu malah menepis kasar tangan saudara kembarnya.
"Jesslyn ini rumah sakit, tenanglah dulu!" tutur Alea.
"Dam! Kalian jangan ikut campur! terutama kau!" Jesslyn menunjuk ke arah Alea. "Kau bukan siapa-siapaku jadi jangan ikut campur!" perkataan Jesslyn yang menyakitkan membuat Alea seketika bungkam.
"Bicaralah yang sopan!" tegur Jasson.
"Suruh sekretarismu ini yang berbicara sopan agar tidak ikut campur masalah orang lain!" Jesslyn yang tengah dikaluti oleh perasaan kecewa dan penuh amarah, tidak bisa mengontrol emosinya, tak mempedulikan apapun kecuali penjelasan dari sahabat kecil yang sudah ia rindukan selama tiga tahun ini.
"Maafkan aku." Alea menundukan kepalanya dan segera berlalu pergi dari sana.
"Alea..." panggilan Jasson tak membuat langkah wanita itu terhenti atau menoleh ke arahnya. Bisa saja Jasson pergi mengikuti Alea. Namun, dirinya justru memilih untuk tetap di sana mengawasi saudara kembarnya yang tengah dipenuhi oleh rasa kekecewaan.
Perhatian Jesslyn kini kembali mengarah ke arah Kimmy, menatap kesal sahabatnya yang masih menundukan kepalanya seraya mengusap berulangkali wajahnya yang basah.
"Kenapa kau membohongiku!" Jesslyn masih ingin mendengar alasan dari sahabatnya tersebut, tetapi, sayangnya Kimmy masih bungkam, mulutnya tetap saja membisu. Tidak mungkin dirinya memberitau alasan sebenarnya kenapa dirinya menghindar selama ini. Kini yang terdengar hanya suara isakan yan terdengar dengan jarang.
"Kenapa kau diam? katakan kenapa kau tidak mau bertemu denganku dan Alana!" bentak Jesslyn sambil mengusap kedua sudut matanya yang basah sejak daritadi.
"Jesslyn, jangan memaksaya jika dia tidak mau berbicara!" tutur Jasson.
"Diamlah, aku tidak berbicara denganmu!" Jesslyn yang merasa kesal reflek mendorong tubuh saudaranya tersebut. Namun tak membuat tubuh Jasson berpindah akan posisinya.
"Baiklah, aku rasa kau memang sudah tidak mau berteman dengan diriku lagi!" Ucapan Jesslyn terlontar dengan penuh kekecewaan.
Kimmy mengangkat wajahnya, menatap dengan jelas wajah sahabatnya tersebut. "Bukan seperti itu, Jesslyn," katanya sambil menggeleng pelan kepalanya.
"Aku tidak mau bertemu denganmu lagi! Aku tidak mau berteman denganmu lagi!" Jesslyn berucap dengan penuh penekanan dan berlalu pergi dari sana.
"Jesslyn..." Kimmy hendak mengikuti sahabatnya tersebut. Namun, Jasson menarik tangan Kimmy untuk menghalanginya. Kimmy harus sedikit mendongakan wajahnya ke atas untuk bisa melihat wajah Jasson yang memiliki tubuh yang lebih tinggi darinya. Mereka bertatap mata dengan cukup lama, Kimmy hampir lupa bagaimana wajah laki-laki yang pernah bertahun-tahun mengisi hatinya itu
"Biar aku yang bicara dengannya." Jasson berucap pelan sambil menatap dalam kedua bola mata Kimmy yang masih dipenuhi air mata secara bergantian.
"Lepaskan..." Kimmy menepis kasar tangan Jasson dan berlalu pergi dari sana. Ia meneriaki nama Jesslyn dengan wajah yang masih berurai air mata, Jasson pun mengikuti Kimmy dan juga Jesslyn dari belakang.
"Jesslyn...." Kimmy semakin mempercepat langkah kakinya untuk keluar dari rumah sakit saat melihat Jesslyn menyabrang jalan dan memasuki sebuah taxi, namun karna heels yang Kimmy kenakan memiliki hak yang sangat tinggi, membuat dirinya begitu kesulitan untuk mengejar sahabatnya tersebut.
"Jesslyn...." Kimmy hampir saja terjatuh. Jasson yang masih jauh berada di belakang Kimmy hendak membantunya. Namun seorang laki-laki terlebih dulu menangkap tubuh wanita itu, hingga Jasson pun mengurungkan niatnya. Laki-laki itu tak lain ialah dokter Mark.
dokter Mark ternyata sedari tadi memang memperhatkan dan mengikuti Kimmy dari kejauhan.
Jasson menghentikan langkah kakinya dan masih mematung di tempat yang sama melihat Kimmy bersama laki-laki yang menurutnya asing itu.
"Kimmy, ayo lebih baik kita pulang," ajak Mark.
"Tidak, aku ingin mengikuti sahabatku. Dia marah kepadaku."
"Kimmy, dia sudah pergi!" ucapan Mark seketika menghentikan Kimmy yang mencoba meronta untuk meminta supaya Mark melepaskannya.
"Jesslyn marah kepadaku. Dia sangat marah...." Kimmy berucap dengan terisak-isak. Tubuhnya melemas hendak terjuntai ke tanah, namun dokter Mark segera mendekapnya untuk menenangkan wanita itu.
"Kimmy, kau tidak bisa berbicara dengan orang yang masih dipenuhi emosi. Kau bisa berbicara dan menjelaskan kesalah pahaman ini nanti!" tutur Mark. "Ayo aku akan mengantarkanmu pulang."
Kimmy terdiam sejenak, ia berucapdengan bibir yang gemetar. "Tapi—"
"Kimmy, percayalah kepadaku, semuanya akan baik-baik saja." Bujukan Mark akhirnya mampu membuat Kimmy mempercayainya. Ia membantu Kimmy berdiri. melingkarkan tangannya di tubuh wanita itu dan membantunya berjalan untuk menuju ke parkiran di mana mobil miliknya terparkir, Kimmy melewati Jasson begitu saja, tanpa menegur atau melihatnya sama sekali, seakan tak mengenal laki-laki itu.
Jasson masih mematung, lalu mengalihkan pandangannya memperhatikan Kimmy dan juga dokter Mark, sebelum akhirnya dirinya memilih pergi dari sana.
🥰🥰🥰