NovelToon NovelToon
Anindirra

Anindirra

Status: tamat
Genre:Janda
Popularitas:15.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: non esee

Warning.!!! 21+


Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.

Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.

Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??

Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 08

Anin berada dalam mobil menuju rumah sakit dengan di antar Pak Dadang. Supir yang menjemputnya tadi. Selain supir Pak Dadang juga orang kepercayaannya yang setia kepada Dirga. Pak Dadang bahkan telah mengabdi di keluarga Wijaya dari usia Dirga dua belas tahun.

Tidak ada pembicaraan di dalam mobil. Keduanya sama-sama diam. Anin dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Pak Dadang fokus pada kemudi. Mobil mewah itu melaju di tengah malam dengan lancar bebas hambatan, jalanan tampak lenggang. Beberapa rute jalan pun nampak sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang melintas.

Sudah tidak banyak makhluk tuhan yang masih melakukan aktifitas malam ini. Hanya beberapa pedagang makanan yang menggunakan tenda yang masih bersedia membuka warungnya. Di saat sebagian orang sudah melebur masuk ke dalam mimpinya. Tetapi mereka dengan setia menanti para pembeli yang kelaparan di tengah malam. Berharap masih ada rejeki yang datang di terimanya.

Anin menyandarkan punggungnya di headboard kursi penumpang. Tubuhnya terasa lelah. Tanpa menunggu lama kedua bola mata bening itu terpejam. Tenggelam dalam lautan malam. Dengkuran halus menandakan Anin tertidur lelap dengan tenang.

Pak Dadang menepikan mobilnya disisi jalan. Ponselnya terus berdering. Ia segera menjawab saat melihat nama Dirga yang menelfonnya.

"Halo Tuan."

"Baik, Tuan."

Terdengar banyak pertanyaan dan perintah dari Tuannya. Ia mendengarkan apa yang di sampaikan.

"Sekitar sepuluh menit lagi sampai, Nona Anin tertidur Tuan. Tidak terdengar suara dering ponsel Nona." Pak Dadang menjawab pertanyaan tuannya.

"Baik Tuan, akan saya pastikan."

Setelah mengakhiri pembicaraan Pak Dadang melajukan lagi kendaraannya. Di lihatnya dari kaca spion Anin nampak tertidur pulas. Ia bicara dengan pelan.

"Semoga anda wanita yang tepat untuk Tuan Dirga Nona. Sudah lama senyum hangat di wajah Tuan menghilang." Dan hari ini ia menyaksikan raut wajah Dirga nampak berbeda dari biasanya.

Mobil yang di kendarainya sudah sampai di parkiran rumah sakit. Mematikan mesin mobil dan sedikit menurun kan kaca jendela. Membiarkan wanita Tuannya tertidur lelap. Pak Dadang memilih turun dari mobil menunggunya diluar.

Angin malam menerobos masuk ke dalam mobil. Udara dingin menyentuh kulit putihnya. Membangunkan Anin dari tidurnya. Anin merengangkan tangannya. Menggerakkan tubuhnya kesamping kanan dan kiri. Ia menormalkan penglihatannya.

"Ahh... Sudah sampai. Kenapa aku tidak di bangunkan?" Anin menghidupkan ponsel di lihatnya jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.

Ada beberapa panggilan masuk tak terjawab. Salah satunya dari nomor yang belum di namainya, tetapi Anin tau siapa pemiliknya. Saat masuk hotel ponselnya sengaja di matikan.

Segera Anin mengetik, memberikan nama dan menyimpannya dari daftar kontak. ( Tuan Pengikat ) Anin keluar dari dalam mobil mencari keberadaan sang supir.

"Nona sudah bangun?" tiba-tiba Pak Dadang muncul dari belakang mobil.

"Ya Pak, Maaf. Saya ketiduran... Membuat bapak menunggu." Anin merasa tidak nyaman. Karna membuat supir itu menunggu.

"Tidak masalah Nona, ini sudah menjadi tugas saya. Saya akan mengantar Nona sampai ruang perawatan."

"Tidak usah, Pak... Biarkan saya jalan sendiri. Segeralah pulang. Sekarang sudah pukul tiga sebentar lagi pagi.

Bapak pasti lelah." Anin menolaknya dengan halus.

"Saya tidak berani Nona. Tuan akan marah bila saya lalai dan mengabaikan perintahnya. Saya yang bertanggung jawab dengan keselamatan Nona. Saya harus memastikan Nona sampai ke ruangan dengan selamat. Mari Nona, jalanlah di depan saya."

"Ooh, ya ampuunn!" Anin menurut pasrah.

"Bos sama supir sama saja tidak bisa di tolak." Anin membatin.

Pak Dadang undur diri setelah memastikan wanita itu sampai tepat di depan pintu ruang perawatan.

"Terimakasih Pak." Anin tersenyum ramah.

"Sama sama Nona." Pak Dadang berbalik berjalan menuju parkiran.

Pelan-pelan Anin membuka pintu melangkah masuk ke dalam. Kedatangannya jangan sampai membangunkan Ibunya yang tertidur satu ranjang di samping Alea.

Di pandanginya sejenak wajah Alea yang sedang tertidur nyenyak. Menycium kening dan kedua pipinya.

"Maafkan Mama Nak, maaf... Cepatlah sembuh dan kita bisa bermain boneka lagi bersama."

Anin duduk di kursi samping kiri ranjang. Menaruh kepalanya di sisi kepala Alea. Sambil menggenggam tangan mungil yang terbebas dari selang infusan. Matanya ikut terpejam. Tanda lelah di tubuhnya belumlah menghilang.

*

*

"Bangun Nak, sudah jam enam." Bu Rahma mengusap pelan punggung Anin yang tertidur di kursi. Matanya pelan-pelan terbuka, kepalanya sedikit pusing. Badannya terasa remuk. Ia memijat pundaknya dan memijit pelpisnya.

Rasa lelah itu seakan menghilang ketika melihat Alea sudah rapih dan baru selesai di suapi bubur yang di sediakan dari rumah sakit. Alea terlihat ceria walau tidak menghilangkan rona pucat di wajahnya. Tangan kirinya memainkan boneka barbie kesayangannya.

"Kamu terlihat pucat An, mandilah dulu. Setelah itu Jangan lupa ada obat yang harus segera di tebus." Bu Rahma mengingatkan.

"Ya Bu." Anin menjawab sambil berjalan masuk ke kamar mandi. Hari ini ahir pekan. Waktunya ia libur dari rutinitas kerjanya.

Saat di kamar mandi Anin tidak lupa menutupi tanda merah di lehernya dengan foundation yang ia bawa ke dalam kamar mandi.

"Jangan sampai ibu melihatnya!" cicit Anin.

Memakai dres rumahan. Ia memakai bedak tabur dan sedikit memoles bibirnya dengan liptint. Agar wajahnya tidak terlihat pucat dan terlihat lebih segar dari sebelumnya.

"Aku harus segera menebus obat dan membeli pil penunda kehamilan." Anin segera keluar dari dalam kamar mandi.

"Ma... Ea lindu main cama Aby."

Gadis kecil berumur tiga tahun itu mulai berceloteh dengan suara cadelnya.

"Ea mau puyang ya Maa.."

"Belum boleh Sayaaang... Om Dokter bilang. Alea harus bobo disini dulu sampai dada Alea tidak sakit lagi. Sekarang Alea mainnya sama princess Elsa dulu yaa!" rayu Anin.

****

Bersambung❤️

1
ꪶꫝMAK DEVI ♉
banyak cobaan
ꪶꫝMAK DEVI ♉
kangen juga
aurel chantika
istri macam apa itu
aurel chantika
naga air 🤣🤣🤣
aurel chantika
semoga lekas sembuh
aurel chantika
capek ya nin
aurel chantika
langsung gas poll ya nin
aurel chantika
lantai 17 kamar 17
aurel chantika
pak aja Lo,lebih enak dr pada tuan
bzare21
Driver Gesrek 😛
ꪶꫝMAK DEVI ♉
baru baca
aurel chantika
awal ketemu pak ceo ne
aurel chantika
serem amat bu
aurel chantika
aku mampir
aurel chantika
udah punya anak baru cerai
aurel chantika
susah klo mau bantu uang 200 juta
aurel chantika
malangnya nasibmu anin
ꪶꫝMAK DEVI ♉
bucin akut
ꪶꫝMAK DEVI ♉
wah alea papa Balu tu
ꪶꫝMAK DEVI ♉
ha ha kasian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!