Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya butuh sebuah penjelasan
Malam harinya Kinara dan juga Delisha menunggu kepulangan Geffie untuk makan malam bersama, jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 tapi Geffie tak kunjung juga datang, Kinara sudah mencoba berulangkali menghubungi ponsel Geffie namun tetap saja seperti tidak terhubung. Kinara akhirnya menyerah dan menghentikan panggilannya setelah ia mencoba menghubungi Geffie untuk yang kesekian kalinya.
"Sayang bunda suapi saja ya? mungkin ayah pulang malam, jadi gak akan sempat untuk makan malam bersama kita."
"Oke bunda."
Mendapat persetujuan dari Delisha, Kinara lantas mulai menyuapi Delisha satu sendok, dua sendok hingga sendok terakhir tapi tetap saja tidak ada tanda tanda Geffie pulang, helaan nafas terdengar dari Kinara, ini sudah benar benar kelewatan.
"Apa menghubungiku sesulit itu mas?" ucapnya dalam hati.
Setelah menyelesaikan urusannya dengan Delisha, Kinara menyuruh Nining mengantar Delisha ke kamarnya untuk pergi tidur.
Lagi lagi Kinara menatap ke arah jam dinding sambil menunggu ke datangan suaminya.
Ditatapnya ponsel miliknya siapa tahu Geffie mengiriminya chat atau apapun itu namun hasilnya tetap saja kosong. Sekelebat bayangan tentang malam itu di mana Fara dan juga Geffie memesan kamar hotel, begitu membekas di kepalanya seakan terus berputar seperti kaset rusak.
Kinara mendudukkan pantatnya di sofa ruang tamu sambil menunggu kedatangan Geffie, satu jam berlalu Geffie tak kunjung datang, dua jam, sampai tiga jam kemudian Geffie juga belum datang, hingga Kinara yang menunggu sedari tadi menjadi lelah lalu tertidur di sofa.
*******
Di sebuah kamar hotel bintang lima Geffie mengerjapkan matanya kala sebuah alarm ponsel berbunyi mengusik tidurnya.
"Oh astaga! ini sudah tengah malam, Bi bangun cepetan... sudah pukul 12 Kinara dan Kafeel pasti curiga kalau kita belum pulang." ucap Geffie sambil bangkit dan memunguti bajunya yang berserakan lalu memakainya dengan gerakan cepat.
"Kenapa kamu tidak membangunkan ku!" ucap Nabila dengan kesal.
"Sudahlah tidak ada yang perlu di ributkan, karena aku dan kamu sama sama ketiduran tadi, lebih baik sekarang bergegaslah dan pulang." ucap Geffie sambil memasang celana jeansnya dengan terburu buru.
Setelah menyelesaikannya dengan secepat kilat Geffie kemudian melangkahkan kakinya pergi namun urung dan kembali lagi.
"See you next time." ucap Geffie sambil mencium kening Nabila dengan lembut kemudian melangkah pergi meninggalkan Nabila sendiri di kamar hotel itu.
"Apa aku terlalu egois jika menginginkan lebih?" tanya Nabila pada diri sendiri setelah Geffie menghilang dari pandangannya. "Sudahlah kenapa aku jadi seperti ini? sebaiknya aku pulang Kafeel pasti menungguku." ucapnya kemudian bangkit dan bergegas.
******
Mobil Geffie berhenti tepat di parkiran, hembusan nafas terdengar beberapa kali dari Geffie, sebelum masuk ia menyempatkan untuk melihat ke kaca spion dan membenarkan penampilannya tak lupa satu paper bag kecil ia tenteng masuk ke dalam.
Cklek
Dilihatnya Kinara yang tengah tertidur di sofa dengan tatapan yang sendu, sekelebat rasa bersalah datang menghantuinya karena telah menipu Kinara selama ini.
"Harusnya aku bisa lebih berani dan mengakuinya dari dulu, mungkin kamu gak akan seperti ini sekarang." ucap Geffie dalam hati sambil berjalan mendekat ke arah Kinara.
Dibelainya perlahan wajah Kinara, Geffie benar benar bingung harus bagaimana sekarang, ketika segalanya menjadi kian rumit sedangkan rasanya pada Nabila kian membengkak.
"Maaf" ucapnya lirih kemudian menggendong Kinara dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Turunkan aku mas!" ucap Kinara tiba tiba yang lantas menghentikan langkah kaki Geffie.
"Ada apa ra? apa aku membangunkan mu?" tanya Geffie dengan raut wajah bingung.
"Turunkan aku!" ulang Kinara.
"Baiklah"
Sesuai dengan permintaan Kinara secara perlahan Geffie menurunkannya.
"Sekarang jawab aku mas, kamu dari mana?" tanya Kinara to the point.
"Aku? bukannya tadi pagi sudah ku katakan kalau aku bertemu dengan klien." ucap Geffie dengan santai.
"Apa yang kamu bicarakan dengan klien itu hingga larut malam begini? apa kamu sedang bergosip dengannya?" sindir Kinara.
"Ya gak sampai malam juga, sorenya aku mampir ke kantor untuk mengambil parfum yang aku bicarakan kemarin tapi malah ketiduran di sana." ucap Geffie masih dengan nada yang santai tanpa rasa bersalah.
"Oh ke kantor... kantor mana yang menyediakan noda lipstik di baju bosnya? kantor mana aku tanya?" ucap Kinara sambil menunjuk ke arah kaos Geffie yang terdapat noda merah bekas lipstik di sana.
Geffie terdiam tak bisa menjawab, saking buru burunya tadi ia sampai lupa mengecek kondisi bajunya.
"Oh ini tadi gak sengaja pas aku..." ucap Geffie namun keburu dipotong oleh Kinara.
"Udahlah mas basi tau gak!"
"Tapi aku bener bener ketemu klien tadi."
"Terserah! aku udah capek ya mas diem terus selama ini, setidaknya hargain aku sedikit bisa gak sih? jika kamu gak bisa coba lihat Delisha, dia dari tadi nunggu kamu pulang saking pengennya makan malem bersama, tapi apa? bahkan ayahnya gak muncul sama sekali!" ucap Kinara pada akhirnya mengeluarkan unek uneknya.
"Harusnya kamu bisa bilang kan kalau aku lembur?"
"Oh jadi segampang itu? gampang banget ya kamu ngomongnya. Sekarang gini deh mas kalau kamu udah capek dan bosen sama aku bilang! jangan main kucing kucingan seperti ini, apa kamu pikir aku gak tahu kelakuan mu selama ini?" ucap Kinara dengan nada meninggi.
"...."
"Kenapa kamu diam? bingung mau jelasinnya gimana? atau bingung mau memperkenalkan dia gimana? munafik tau kamu mas." ucapnya sambil menunjuk ke arah dada Geffie. "Harusnya kalau kamu memang suka sama dia, kamu ngomong dari awal mas, sekarang kalau begini gimana coba? aku dan dia itu berteman dekat mas, harus banget ya kamu selingkuh dengan dia? jawab mas."
"Oke aku minta maaf, aku minta maaf yang sebesar besarnya jika hal itu melukaimu." ucap Geffie kemudian.
"Hanya itu?"
"Lalu kamu mau aku gimana?"
"Jika hanya itu simpan kata maaf mu itu, aku gak butuh!" ucap Kinara.
Setelah mengatakan hal itu Kinara lantas masuk ke kamar kemudian menguncinya dari dalam agar Geffie tak bisa menyusulnya.
"Arggggg benar benar sial! aku sudah tahu ini akan terjadi tapi mengapa rasanya tetap sakit! tenang Gef semua akan baik baik saja, toh Kinara berasumsi itu Fara kan? jadi aku bisa tenang karena Kinara tidak mengetahui yang sebenarnya. Lalu haruskah sekarang aku diam saja melihat Kinara seperti itu?" ucapnya pada diri sendiri. "Sudahlah biarkan saja dulu begini, percuma juga membujuk Kinara yang tengah emosi seperti ini." ucapnya kemudian.
Pada akhirnya Geffie memilih untuk diam dan tidak menjelaskannya, padahal yang di tunggu Kinara sejak lama hanyalah sebuah penjelasan, Kinara pasti akan luluh jika Geffie mau menjelaskannya dan memperbaiki segalanya, namun sayangnya Geffie memilih untuk diam dan membiarkan luka Kinara semakin menumpuk dan menjalar memenuhi hatinya.
Bersambung