Hi hi hayyy 👋
Selamat datang di karya pertamaku... semoga kalian suka yaaa
Marchello Arlando harus mendapat julukan pria buruk rupa setelah insiden yang membuatnya mengalami banyak luka bakar.
"Aku tak sudi bersamamu lagi Chello. Aku malu memiliki pasangan yang buruk rupa sepertimu."
Marah, benci dan juga dendam jelas sangat dirasakan Marchello. Namun keadaannya yang lemah hanya bisa membuat dirinya pasrah menerima semua ini.
Hingga 7 tahun berlalu, Marchello dipertemukan oleh fakta tentang keluarga kandungnya dan membuatnya menjadi penerus satu-satunya. Menjadi CEO sekaligus pemimpin mafia yang selalu menggunakan topeng, Marchello bukan lagi pria berhati malaikat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hingga pada suatu hari, ia diminta menikah untuk bisa memberikan penerus bagi keluarganya. Wanita yang dijodohkan untuknya justru mengalihkan posisinya dengan adik tirinya sendiri setelah tahu keadaan Marchello yang memiliki rupa misterius. Mungkinkah perjodohan akan tetap berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerjasama
Dalam sel tahanan, Victor, Shena dan Jessica benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Sampai tiba-tiba, seorang polisi memanggil Jessica.
“Ada yang ingin bertemu dengan anda. Mari keluar sebentar,” ucap polisi seraya membuka pintu sel tahanan.
Sebagai orang yang baru saja ditahan, Jessica penasaran akan sosok misterius yang ingin bertemu dengannya.
“Bertemu denganku? Tapi siapa? Ini hari pertamaku ditahan dan mungkinkah berita ini sudah tersebar?” gumam Jessica dalam hati.
Jessica pun mengikuti polisi untuk membawanya menemui orang yang mencarinya.
Namun, rasa penasaran Jessica terjawab ketika ia menyadari bahwa sosok itu adalah Aaron, yang dimana Aaron adalah teman kuliah adik tirinya Vilme.
“Kau? Apa yang kau lakukan di sini?” Jessica terkejut melihat Aaron duduk di hadapannya.
“Kurasa berita penangkapanmu sudah cukup menyebar, Jes. Tapi aku di sini untuk menawarkan bantuan,” ucap Aaron enteng.
Jessica menaikkan alis, menaruh curiga. “Bantuan? Maksudmu?”
“Iya, aku bisa membebaskanmu dan orang tuamu dari tuntutan suami Vilme, asalkan kau mau membantuku untuk mendapatkan Vilme”
Jessica menatap Aaron bingung. “Vilme? Jangan katakan kalau kau menyukainya,”
Aaron mengangguk pasti, “Aku memang menyukainya. Menyukainya sejak lama dan membenci pria yang sekarang bersamanya. Aku hanya ingin Vilme menjadi milikku.” Jelas Aaron.
Jessica tawa meremehkan, “Kalau kau menyukainya sejak lama, kenapa tak kau katakan padanya sejak dulu?” ujar Jessica.
“Ya, ini memang salahku. Tapi aku tak menyangka dia sudah menikah saat aku kembali dari Belanda.” Aaron menghela nafas kasar mengingat begitu tertekannya Vilme bersama Marchello.
Jessica menatap pria di hadapannya ini, “Jadi, bantuan seperti apa yang kau butuhkan?” tanya Jessica.
“Rusak rumah tangga mereka dan pastikan mereka berpisah secepatnya.” Jawab Aaron sembari menyeringaikan senyuman sinisnya.
“What? Apa kau serius dengan ucapanmu ini Aaron? Maksudku, keluarga Chello tak akan main-main soal balas dendam jika kau gagal dalam hal ini.” Ucap Jessica mengingatkan.
“Maka dari itu jangan sampai kita gagal. Harusnya ini menjadi pekerjaan mudah bagimu.” Balas Aaron penuh penekanan.
“Aku mungkin akan menargetkan Chello lebih dulu. Aku akan memerlukan waktu sampai aku bisa menghancurkan rumah tangga mereka,” ucap Jessica yang diangguki oleh Aaron.
“Tak masalah. Tapi mengingat suami Vilme adalah mantan kekasihmu, aku yakin kau tak perlu susah payah dalam berusaha merebut dia kembali.” Aaron menyeringaikan Senyumnya pada Jessica.
Jessica tersenyum sinis, “Asalkan aku bisa bebas dari sini, aku setuju.”
Sementara Victor kini menghela nafas kasar atas keadaan dirinya.
“Anak tak tahu diri. Sudah kunikahkan dengan orang kaya, tapi dia justru menjebloskan kita ke penjara.” Geram Victor.
“Anakmu yang bernama Vilme itu sebenarnya memang sejak lama kan tak suka padaku? Sudah tentu menikah dengan Marchello adalah untuk memanfaatkan kekuasaan suaminya supaya ia bisa menguasai hartamu.” Balas Shena dengan wajah kesal.
“Tak berbalas budi! Bukannya membantu ayahnya bebas, dia justru menyetujui penangkapanku. Tuan Vincent juga amat sangat menyebalkan karena semua ini tak mungkin terjadi kalau bukan dia yang membantu Vilme mengusut kasus ini.” Victor benar-benar mengepalkan tangannya karena menahan amarah yang menguasai dirinya.
Sampai tiba-tiba, polisi membukakan pintu sel tahanan dan menyatakan bahwa Victor dan Shena sudah bebas.
Terkejut, jelas hal itu sangat dirasakan oleh Victor dan Shena.
“Apakah Marchello berubah pikiran?” ucap Shena penasaran.
“Bukan Chello yang membebaskan kita, mommy.” Jessica berucap sembari tersenyum sinis di belakang polisi ini.
Shena menghampiri putrinya dengan tatapan penuh selidik, “Maksudmu?” tanya Shena lirih.
“Akan kujelaskan nanti setelah sampai di rumah. Ayo!” ajak Jessica.
Shena hanya mengangguk dan menurut akan putrinya yang pastinya telah memikirkan rencana besar.
Keesokan harinya, Aaron terlihat lesu di kampus. Ia masih merasa gagal karena tidak berhasil membujuk Vilme untuk kembali melanjutkan kuliah.
Ia merasa sangat kecewa dengan sikap Marchello yang melarang Vilme kuliah, dengan alasan bahwa Vilme sudah bisa mendapatkan segalanya tanpa harus melanjutkan pendidikannya.
Saat Aaron tengah terlarut dalam kekecewaannya, tiba-tiba ia melihat sosok yang tak disangka-sangka datang ke kampus. Itu adalah Vilme yang tersenyum padanya.
Matanya membelalak, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Vilme datang dengan semangat dan keberanian yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
“Vilme, ini benar kau?” Aaron masih tak menyangka akan apa yang ia lihat.
Vilme mengangguk, “Iya, Marchel akhirnya mengizinkanku untuk kembali kuliah. Ya meskipun aku harus dikawal oleh para pengawalnya, namun setidaknya aku bisa melanjutkan pendidikanku.” Jelas Vilme dengan perasaan begitu ceria.
“Baguslah, ayo duduklah dulu!” ajak Aaron dengan langsung menarik tangan Vilme.
Lucas yang menjadi salah satu pengawal Vilme langsung menyingkirkan tangan Aaron dari istri Marchello.
“Tolong jaga batasan anda!” ucapnya penuh penekanan.
“Aku hanya memegang tangannya, bukan menciumnya.” Balas ketus Aaron.
“Ini perintah dari suami Nona Vilme. Ingatlah, Nona Vilme sudah bersuami!” jelas Lucas yang membuat Aaron menghela nafas kasar.
“Sudahlah Aaron, mari kita membahas hal yang telah lama aku lewatkan,” ucap Vilme yang langsung diangguki oleh Aaron.
Aaron merasa sangat senang dan bahagia akan kembalinya Vilme. Itu artinya, kepulangannya dari Belanda dan pemberian pembebasannya pada Jessica kemarin tidak sia-sia.
Meski dengan syarat Vilme harus selalu dikawal oleh pengawal-pengawal Marchello, setidaknya Aaron kini bisa dekat lagi dengan wanita pujaannya.
Tak hanya Aaron, teman-teman Vilme yang lain juga merasa senang akan kembalinya Vilme. Vilme selalu menjadi pusat perhatian di kalangan mahasiswa, karena kecantikan dan kecerdasannya yang luar biasa. Bahkan, tak sedikit yang mengagumi Vilme, termasuk Aaron.
Namun, tak sedikit juga yang mencemooh Vilme, karena mengira Vilme menikahi Marchello hanya karena harta. Namun sebagai teman terbaik Vilme, Aaron membantah tiap perkataan buruk dari orang-orang yang melukai hati Vilme.
Marchello, CEO perusahaan Gem Light, tengah menyibak beberapa berkas penting di kantornya. Tangan kanannya bergerak lincah memilah berkas-berkas tersebut, sementara matanya tak henti meneliti angka-angka yang tertera.
Sebagai sosok yang ambisius dan berprestasi, Marchello tak pernah mengambil keputusan sebelum mempertimbangkan semuanya dengan matang.
Tiba-tiba, pintu kantor Marchello terbuka dan asistennya yang bernama Vinsel menghampirinya dengan wajah cemas.
“Permisi Tuan Marchello, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan anda,” ujar Vinsel dengan ragu.
Marchello mengangkat wajahnya dari berkas yang sedang diperhatikannya, “ Wanita? Siapa?”
Vinsel menggeleng, “Saya tidak tahu, Tuan. Dia menggunakan masker dan tidak mau menyebutkan namanya.”
Mendengar hal tersebut, Marchello memilih untuk mengabaikan. “Suruh dia pergi. Aku tak meladeni hal tak penting seperti dirinya.”
“Tapi, wanita itu mengatakan kalau dia memiliki sesuatu rahasia tentang Nona Vilme, Tuan.” Jelas Vinsel.
Marchello mengerutkan kening, merasa terganggu dengan wanita tersebut. Ia pun meminta Vinsel untuk membawa wanita itu masuk ke ruangannya.
Tak lama kemudian, wanita tersebut berjalan masuk dengan langkah pasti. Begitu wanita ini membuka masker yang menutupi wajahnya, mata Marchello langsung membulat karena terkejut.
“Kau? Bagaimana bisa kau berkeliaran sampai kemari?” tegas Marchello tak menyangka.